Senin, 30 Maret 2015

Tidak Lurus Tingkah Laku Sebelum Lurus Lisannya

Sekarang ini banyak orang yang suka bicara kasar. Apalagi di dunia maya ini. Mereka sudah tidak takut pada dosa. Kebanyakan dari mereka menyembunyikan diri mereka agar tidak diketahui oleh orang lain. Mereka takut diketahui oleh orang lain, tapi tidak takut pada Tuhan yang Maha Menyaksikan. Ketika ada orang yang menegurnya agar berhati-hati terhadap ucapannya, ucapannya malah semakin menjadi-jadi. Ketika diingatkan akan azab Tuhan, mereka tidak mempedulikannya karena merasa selama ini aman-aman saja. Kalaupun kemudian ada rasa takut dihati mereka itu hanya sesaat saja. Tidak lama kemudian penyakitnya kambuh kembali karena terbukti Tuhan tidak mengazabnya. Inilah apa yang disebut qalbun maridh (hati yang sakit) dan qalbun mayyit (hati yang mati). Summun bukmun umyun fahum layarziuun.

Akhir-akhir ini juga sering kita dengarkan ucapan, "Boleh bicara kasar asal tidak korupsi." Saya teringat dengan ucapan hampir sama yang pernah dikatakan Iwan Fals terkait dengan anaknya yang diberi nama "Galang Rambu Anarki". Baginya, terserah anaknya mau buat apa untuk dirinya sendiri asalkan tidak anarkis kepada orang lain. Akibatnya sang anakpun kecanduan narkoba dan mati dalam keadaan overdosis.

Tidak bisakah kita bersikap tegas di satu sisi, tapi disisi lain juga dapat bertutur kata sopan santun? Tidak bisakah berlaku jujur tapi juga tetap sopan santun? Tidak bisakah kita berbuat baik pada diri kita sendiri sekaligus mampu berbuat baik kepada orang lain?

Ternyata bisa juga kita menggabungkan dua perbuatan yang menurut mereka saling berlawanan itu, dalam diri kita. Dalam Al Quran, As Sunnah, dan sejarah Islam, akan kita dapatkan pemikiran yang integral antara adab dengan tingkah laku. Antara kejujuran dengan sopan santun. Antara keimanan dengan menjaga lisan. Rasulullah bersabda, tidak akan lurus tingkah laku seseorang sebelum lurus lisannya. Oleh karena itu, bagaimana mungkin seorang yang mengaku sebagai mukmin, berbicara kasar dan jorok terhadap orang lain? Maka, setiap orang yang mengaku beriman, akan dipertanyakan keimanannya apabila lisannya tidak mampu dijaga.

Bagi saya pemikiran boleh bicara kasar yang penting tidak korupsi adalah pemikiran kaum sekuler; pemikiran yang tamazuq (memisahkan yang satu dengan yang lainnya), akibatnya jauh lebih membahayakan atau split personality. Yang paling berbahaya lainnya, efek domino yang akan ditimbulkannya; bolehlah berbicara kasar kepada kedua orangtua asal memberi uang bulanan kepada keduanya. Boleh berbicara kasar kepada ulama asal mengumrohkan atau menghajikan setiap tahun. Boleh memaki-maki rakyat kecil asal memberi santunan. Naudzubillahi mindzalik.

Sabtu, 28 Maret 2015

MotoGP, Valentino Rossi, dan Hiburan Dunia Sport

Di TV, sport yang paling saya senangi untuk ditonton adalah MOTOGP. Saya menontonnya dari awal sampai akhir. Tidak seperti sport lain yang kadang tamat kadang tidak, seringkali juga sekelebatan saja. Misalnya saya menonton sepakbola seringkali hanya nonton cuplikan gol saja.

Yang paling saya senangi dari motogp adalah saat motor saling salip menyalip. Rasa-rasanya menegangkan sekali dan membuat penasaran. Apalagi saat Valentino Rossi tampil. Start dari urutan keberapa saja bisa tampil sebagai juara. Pernah saya lihat Rossi tercecer di urutan belakang setelah sebelumnya nyungsep di gundukan pasir. Tapi kemudian dia mampu bangkit kembali dengan menyalip satu persatu lawan-lawannya di depan hingga akhirnya finish di urutan pertama. Faktor Rossi inilah yang banyak menyedot perhatian saya selama menonton motogp.

Saat Rossi masih di Honda, boleh dibilang dia rajanya motogp. Skill ditunjang dengan motor yang prima mampu mengantarnya menjadi juara dunia beberapa kali berturut-turut. Saya sempat berpikir, bagaimana kalau Rossi ganti pabrikan motor? Biar ada tantangan begitu. Kalau motornya honda dan Rossi menang terus, kesannya motornya yang bagus dan bukan karena keahlian Rossi.

Ternyata pikiran Rossi sejalan dengan pikiran saya. Rossi angkat koper menuju Yamaha. Dia ingin tantangan baru. Yamaha selama Rossi mengikuti motogp selalu berada di bawah honda. Seolah Rossi ingin membuktikan apapun motor yang dikendarainya, dia bisa tampil sebagai juara. Ketika Rossi dengan Yamahanya juara, saya semakin salut dan semakin menunjukkan bahwa bukan karena motornya tapi karena keahliannyalah yang membuat Rossi juara.

Ketika Rossi pindah ke Ducati pun saya berharap Rossi bisa tampil sebagai juara. Tapi ternyata harapan itu kandas setelah Rossi tidak mampu bersaing di tiga besar. Rossi sering mengeluhkan motornya. Padahal niat Rossi pindah ke Ducati karena faktor nasionalisme. Ducati adalah pabrikan motor dari negara asal Rossi, yaitu Italia.

Saya melihat rider-rider muda saat ini belum ada yang seperti Rossi yang banyak menampilkan sisi hiburan dengan acara salip menyalipnya. Sehingga kesan tidak ada Rossi motogp tidak ramai sepertinya memang benar adanya. Marquez yang juara dunia tahun lalu hanya terlihat sebagai rider yang melulu ingin tampil sebagai juara. Kesannya motogp saat ini agak membosankan.

Rossi? Saat ini dia hampir uzur tapi masih memikat untuk dilihat penampilannya. Ditengah rider-rider muda, dia mampu bersaing dan seringkali tampil mengejutkan. Dulu saya berharap pada kegarangan Simonceli tapi dia tewas kecelakaan. Lalu ada Lorenzo pembalap papan atas yang sering jatuh karena keganasannya di track. Baginya juara atau jatuh. Tapi akhir-akhir ini Lorenzo terlihat lebih berhati-hati sehingga agak kurang menarik dari sisi hiburan. Harapan saya semoga motogp dapat memunculkan kembali rossi rossi baru sehingga motogp masih layak untuk saya tonton lagi.

Maling Teriak Maling

Website-website pro syiah ramai-ramai mengatakan "Amerika dan Israel mendukung serangan Arab Saudi terhadap syiah houthi di Yaman." Seolah-olah dibuat kesan Amerika dan Israel berada dibalik serangan tersebut.

Selama ini kelompok pro syiah selalu mengidentikkan dirinya sebagai kelompok yang anti Amerika dan Israel. Mereka mengecam Israel tapi sinagog Yahudi banyak bertebaran di Iran. Kabarnya yang terbanyak di Timur Tengah. Mereka mengecam Amerika karena Amerika membantu pemberontakan melawan Bashar Asad di Suriah. Kemudian mereka mengesankan seolah-olah pihak pemberontak mendapatkan suplai senjata dari Amerika. Hal ini dibantah langsung oleh pihak pemberontak. Pihak pemberontak adalah kaum mujahidin yang sangat anti Amerika. Bagaimana mungkin mereka mendapatkan senjata dan Amerika memberi mereka senjata, sedangkan di antara keduanya saling bermusuhan.

Tapi anehnya, kelompok pro syiahlah yang paling mendapat keuntungan dari penggulingan Saddam Husein yang dilakukan oleh Amerika. Kini kelompok syiahlah yang berkuasa di Irak, bukan lagi kelompok sunni sebagaimana yang terjadi di era Saddam Husein dulu.

Jadi, pada hakikatnya peristiwa penggulingan Saddam Husein, bagaimanapun kezalimannya, telah menyingkapkan hubungan yang dekat antara Amerika dan Iran (syiah). Maka taktik yang serupa bisa saja terjadi di negara Islam lainnya, tidak terkecuali di Indonesia.

Jumat, 27 Maret 2015

Iran: Dalang Dibalik Konflik Timur Tengah

“Usaha Iran untuk mendominasi benar-benar menjengkelkan kami, dapatkah ini ditoleransi?” ujar Erdogan Kamis (26/03/2015) dalam sebuah konferensi pers sebagaimana dikutip dari Reuters.

Erdogan juga menyatakan bahwa konflik di Timur Tengah telah menjelma menjadi konflik sektarian dan mendesak Iran untuk tidak ikut campur.

“Iran harus merubah cara pandanganya dan mereka harus menarik semua pasukan, baik yang berada di Yaman, Suriah dan Irak sebagai bentuk rasa hormat terhadap teritori mereka,” tegasnya.

Inilah yang berbahaya dari Iran. Iran bukan hanya sebuah negara tapi juga pusat penyebaran ajaran syiah. Negara atau kelompok yang berbau syiah pasti mereka bela. Contohnya adalah pembelaan mereka terhadap syiah Houthi di Yaman, Bashar Asad di Suriah, Hizbullah di Libanon, dan kelompok oposisi syiah di Bahrain. Non sense pembelaan itu semata-mata alasan kemanusiaan atau membela pihak yang terzalimi. Karena negara dan kelompok yang mereka bela justru berada di pihak yang telah berbuat kezaliman.

Sebagai hubungan timbal balik dan kedekatan ideologi dan ajaran keagamaan, kelompok-kelompok ini juga mendukung Iran dan siap menjadi penopang Iran ditengah-tengah negara Islam yang sunni. Maka tidaklah mengherankan bila kita dapatkan mereka mengangkat foto-foto tokoh syiah seperti Ali Khemenei dan Hasan Nashrallah dalam setiap demonstrasi yang mereka lakukan. Menggambarkan seolah-olah Iran berada di balik semua kerusuhan dan perselisihan itu.

Kamis, 26 Maret 2015

Syaikh Muhammad Al Arifi: Ulama Ahli Hadits dan Motivator Islam Terkenal


Di antara penulis motivasi islami yang saya kagumi adalah Syaikh Prof. Dr. Muhammad Al Arifi hafidzahullah. Tulisannya lancar mengalir dan enak dibaca. Begitupun khutbah-khutbahnya sering beliau ucapkan tanpa teks. Dan satu lagi murottal beliau yang menawan seperti contoh di atas.

Beliau berasal dari Bani Khalid (Bani Makhzum) yang merupakan Bani dari Shahabat Nabi, Khalid bin Walid –radhiallahu ‘anhu-. Beliau lahir pada 15 Juli tahun 1970. Beliau lulus dari Universitas di Saudi dan menyandang gelar Ph.D. Disertasi S3 beliau ialah “Ara’ Shaykh al-Islam Ibn Taymiyya fi al-Sufiyya – Jam’ wa Dirasah” (Pandangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang Tasawuf).

Beliau kini menjadi profesor di King Saud University of Riyadh dan menjadi dosen tamu di berbagai universitas baik di Arab Saudi maupun diluar Arab Saudi dengan spesialisasi ilmu hadits. 

Di zaman Raja Abdullah alm. lalu beliau dipenjara karena mengkritik kebijakan raja yang mendukung kudeta terhadap Dr. Muhammad Mursi hafidzahullah dan juga dipenjara sekali lagi karena mengkritik pelayanan ibadah haji. Itulah karakter beliau, berani mengatakan yang haq itu haq dan yang batil itu batil tanpa pernah merasa takut dipenjara. 

Alhamdulillah beliau dibebaskan oleh Raja Arab yang baru, Salman hafidzahullah.

Keutamaan Mengulang-Ulang Bacaan (Muraja'ah)

Seringkali ketika akan menyampaikan suatu permasalahan yang terkait dengan hukum syariah saya membaca kembali buku-buku atau artikel yang terkait tentangnya. Takut-takut pemahaman sebelumnya salah. Jadi saya mempelajarinya kembali guna mencari jalan selamat. Dengan cara itu saya memperoleh dua manfaat: Pertama, menyegarkan, menambahkan atau meluruskan kembali pemahaman saya. Kedua, mendapatkan keselamatan dalam bertutur kata.

Saya dapati di dalam sejarah kehidupan para ulama, meskipun sudah dikenal dengan keilmuan dan kepakarannya, para ulama tidaklah malu untuk mengulang-ulang pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Meskipun mereka sudah hafal hadits-hadits, sudah pernah membaca buku Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Bulughul Maram, Riyadhus Shalihin, Tafsir Ibnu Katsir, dan banyak buku lainnya, mereka masih saja mengulang-ulang untuk membaca buku-buku itu. Tidak sedikit di antara mereka telah mengulang-ulangnya hingga puluhan kali bahkan ratusan kali.

Gholib bin Abdirrahman bin Gholib Al-Muhaariby telah membaca Shahih Al Bukhari sebanyak 700 kali.

Al-Muzani berkata: Aku telah membaca kitab Ar Risalah (karya Imam Asy-Syafi’i) sejak 50 tahun lalu dan setiap kali aku baca aku menemukan faidah yang tidak ditemukan sebelumnya.

Al-Hafizh Burhanuddin Al-Halabi pernah membaca Shahih Al-Bukhari lebih dari 60 kali, dan Shahih Muslim 20 kali, di luar bacaan beliau semasa masa belajar atau dari bacaan orang lain (yang beliau dengar). (Adh-Dha’ul Lami’, As-Sakhawi 1/141)

Al-Hafizh Sulaiman bin Ibrahim Al-Alawi membaca ulang Shahih Al-Bukhari lebih dari 280 kali dengan membaca, mendengar atau dibacakan. (Thabaqatul Khawash, Syihab Ahmad Asy-Syarji)

Al-Fairuz Abadi membaca kitab Shahih al-Bukhari lebih dari 50 kali. (Fihrizul Faharis wal Atsbat, Al-Kattani)

Imam An-Nawawi ketika menulis biografi Imam Abdul Qadir bin Muhammad Al-Farisi berkata, Al-Hafizh Al-Hasan As-Samarandi membaca Shahih Muslim lebih dari 30 kali. Dan Abu Sa’id Al-Buhairi membaca Shahih Muslim di hadapannya lebih dari 20 kali. (Syarhul Muslim, An-Nawawi, 1/8)

Apa yang tersebut di atas menunjukkan bahwa mengulang-ulang membaca buku yang bermanfaat merupakan amaliah para salafus saleh. Maka, mari kita amalkan amaliah ini, semoga ilmu kita bertambah keberkahannya dan kemanfaatannya.

Rabu, 25 Maret 2015

Bahaya Pengangguran

Harga-harga bahan pokok meningkat, bbm naik, nilai rupiah melemah, ekonomi terpuruk, mencari pekerjaan sulit, banyak pengangguran, banyak kejahatan.

Imam Syafi'i berkata, "Dan dirimu, bila tidak engkau sibukkan dengan kebenaran, maka dialah yang akan menyibukkanmu dengan kebatilan."

Imam Ibnul Qayyim berkata, "Bahaya terbesar yang dialami seorang hamba adalah adanya waktu menganggur dan waktu luang. Karena jiwa tidak akan pernah diam. Ketika dia tidak disibukkan dengan yang bermanfaat, pasti dia akan sibuk dengan hal yang membahayakan."

Maka pengangguran, seperti kata Albert Camus (peraih nobel sastra), hanyalah santapan bagi setan.

Yang dimaksud pengangguran bukan sebatas tidak bekerja mencari nafkah. Tapi mereka yang tidak mengisi waktu luang dengan beragam kebaikan juga bisa dikategorikan sebagai pengangguran. Amirul Mukminin Umar bin Khaththab berkata, "Sungguh aku marah dengan orang yang menganggur. Tidak melakukan amal dunia maupun amal akhirat.

Oleh karenanya penting bagi kita untuk merencanakan hari-hari, membuat target-target yang bisa dicapai pada satu hari, seminggu, sebulan, dan seterusnya. Target-target itu tidak perlu langsung yang susah-susah. Pertama-tama awalilah dengan target-target yang mudah agar kita semangat mengerjakannya. Setelah itu, kita bisa meningkatkannya lagi. Misalnya, sehari membaca buku 50 halaman, tilawah Al Quran 1 juz, shalat sunah 12 rakaat, menghafal Al Quran 1-5 ayat, berolahraga minimal 15 menit, dan seterusnya. Semua itu dilakukan agar kita luput dari bahaya pengangguran. 

Orang yang bijak selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat. Istirahatnya diniatkan untuk beribadah, apalagi disaatnya terjaga. Sekalipun miskin harta, ia selalu sibuk dengan kebaikan. Suatu waktu dia mencari nafkah, kemudian banyak berdoa, banyak berdzikir, rajin membaca, tekun menuntut ilmu, mengerjakan shalat sunah dan tilawah. Jika tidak dapat memberikan manfaat kepada orang lain, maka ia akan memberikan manfaat kepada dirinya sendiri.

Siapa yang Pertama Kali Mengakui Kemerdekaan Indonesia: Vatikan atau Negara Islam?

Sebuah kebohongan besar diucapkan oleh Ahok yang mengatakan bahwa negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia adalah Vatikan. Hal ini sangat tidak sesuai dari sisi fakta sejarah dan agama.

Dari sisi fakta sejarah, sebagaimana disebutkan dalam buku Ensiklopedia Ulama Nusantara hal. 173, pengakuan de facto terhadap Indonesia pertama kali diberikan oleh Mesir (10 Juni 1947), Libanon (17 Juni 1947), Syiria (2 Juli 1947) dan selanjutnya negara-negara Timur Tengah lainnya. Berarti negara-negara Islam di kawasan Timur Tengahlah yang pertama kali mengakui secara de facto lahirnya Republik Indonesia.

Kedua, dari sisi agama. Semua penjajah Barat selain membawa misi merauk kekayaan negara yang dijajahnya, juga untuk menyebarkan agamanya. Jadi, bila negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan adalah negara Katolik seperti Vatikan, maka hal itu dusta belaka. Yang paling tepat dan sesuai adalah sebagaimana fakta sejarah yang disebutkan di atas. Negara Islamlah yang pertama kali mengakui secara de facto kemerdekaan Indonesia.

Hampir semua pahlawan di negeri kita beragama Islam. Bahkan beberapa pahlawan yang dikesankan sebagai penganut agama Kristen ternyata adalah seorang muslim seperti Si Singamangaraja yang cap kerajaannya bertuliskan aksara Arab dan Patimura yang bernama asli Ahmad Matulessi. Logikanya, tidak mungkin pendeta/ pastur mengajarkan pengikutnya untuk menghancurkan atau membunuhi sesamanya sendiri meskipun sesamanya itu adalah penjajah. Karena pendeta/pastur itu sendiri adalah utusan penjajah. Sama halnya negara-negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia tidak mungkin datang dari negara-negara kafir. Apalagi Vatikan yang notabene adalah pusat penyebaran agama Katolik.

Selasa, 24 Maret 2015

Akibat dari Memperturutkan Hawa Nafsu

Sesungguhnya memperturutkan hawa nafsu ibarat fatamorgana. Dilihat ada padahal tiada. Kita berusaha mendapatkannya dengan berbagai cara, bahkan dengan jiwa dan harta. Namun begitu sampai ke tujuan, ternyata tiada. Semua yang kita keluarkan ternyata hanya kesia-siaan; kelelahan, kehinaan, kemiskinan, hingga kehancuran dalam hidup.

Banyak orang yang berharap dari meminum-minuman keras adalah kenikmatan. Namun kesudahannya ternyata tidak terperikan. Satu maksiat hanyalah pintu masuk maksiat selanjutnya. Maksiat kedua adalah pintu masuk maksiat ketiga. Begitupun selanjutnya. Ibarat berada di dalam lingkaran setan, sulit untuk dihentikan.

Pelaku maksiat lebih kuat keinginannya untuk berbuat maksiat ketimbang mereka yang belum berbuat maksiat. Meskipun pelaku maksiat itu berusaha memperbaiki dirinya untuk tidak lagi berbuat maksiat. Tetapi godaan-godaannya masih terasa. Mereka ibarat orang yang mencabut paku di sebuah kayu, meskipun paku itu telah tercabut namun bekasnya masih ada. Itulah mengapa saat bulan Ramadhan tiba, mereka masih saja berbuat maksiat padahal setan telah dibelenggu. Ya, setan memang telah dibelenggu, namun bisikannya yang telah berlalu masih mengendap di dalam benak pelaku maksiat.

Para pengisap ganja ternyata diawali dari kecanduan merokok. Orang-orang yang terkena HIV AIDS kebanyakan diantaranya bermula dari seks bebas dan pecandu narkoba. Artinya keduanya saling beririsan. Setelah menggunakan narkoba banyak di antara mereka berzina.

Saya banyak menemukan orang yang kaya di antara ahli maksiat. Namun banyak pula di antara mereka jatuh miskin dan hidup sengsara setelah terjerumus maksiat.

Saya juga banyak menemukan orang yang miskin di antara ahli taubat. Namun kemudian Allah anugerahkan kekayaan, ketenangan, dan kebahagiaan kepada mereka sebagai balasan atas ketaatan mereka.

Qad aflaha man zakkaha waqad khoba man dassaha

Agar Tidak Terjebak Fitnah Di Era Informasi

Zaman sekarang dapat disebut sebagai zaman kebanjiran informasi. Informasi dengan mudah kita dapatkan semudah membalikkan telapak tangan. Tidak perlu kita mengejar-ngejar informasi karena sering sekali ia datang dengan sendirinya. Kita baru berpikir tentang suatu informasi, tiba-tiba saja sudah banyak informasi di depan mata kita. Hingga pengulangan informasi sering terjadi membuat otak kita merekamnya sampai dalam taraf menghafalnya.

Ketika saya membaca semua informasi itu, saya berusaha memilah-milahnya. Tidak semua informasi saya telan begitu saja. Mungkin perlu penelitian lebih lanjut. Misalkan, satu situs online menginformasikan tentang suatu berita yang lain daripada yang lain. Misalkan tentang keburukan seseorang. Berita seperti ini baru kali ini. Jadi, bisa jadi berita seperti ini masuk dalam kategori maudhu, dhaif, hingga bisa saja shahih tapi ahad. Kenaikan peringkat perawi informasi tergantung banyak hal, salah satunya siapa di balik situs online itu? Apakah mereka majhul atau tidak dikenal? Apakah mereka orang baik-baik atau orang jahat? Dari mana situs online itu mendapatkan kabar tersebut, apakah sumber tersebut adalah orang yang dapat dipercaya atau tidak?

Berita yang paling baik adalah berita yang diangkat dari beberapa sumber terpecaya, memiliki akhlak yang baik dan benar dalam menyampaikan berita. Berita seperti ini masuk dalam kategori mutawatir, sehingga kita boleh mengambilnya sebagai rujukan. Jadi, saya bukan termasuk orang yang serta merta menelan mentah-mentah informasi yang ada. Sering saya membanding-bandingkan satu berita dengan berita yang lainnya. Rasa-rasanya semakin banyak membaca berita yang saya perlukan, semakin baik untuk saya agar saya mendapatkan kesimpulan yang tepat. Biasanya bila ada suatu berita yang aneh membuat saya bertanya-tanya, benarkah berita ini? Dan pada akhirnya membuat saya mencari tahu kebenarannya.

Menurut saya hal ini penting untuk dilakukan agar kita tidak terjebak pada fitnah. Fitnah saya sebut sebagai dosa sosial. Beberapa ulama mengatakan bahwa bila ingin taubat kita diterima dari dosa tersebut, maka kita wajib meminta maaf kepada yang bersangkutan. Inilah yang berat dari dosa memfitnah orang atau menzalimi orang. Karena sering sekali mereka enggan entah karena malu atau karena gengsi.

Rasulullah Saw. bersabda, “Inginkah kalian aku beritahukan manusia terburuk diantara kalian?” Para sahabat menjawab: "Ya." Beliau SAW bersabda, “Yaitu orang-orang yang ke sana ke mari menyebar fitnah, yang memecah belah di antara orang yang saling mencintai dan meniupkan aib kepada orang-orang yang tidak berdosa/bersalah.” (HR Ahmad).

Mafhum mukhalafah, memilih informasi yang benar agar tidak terjerumus pada fitnah atau dosa adalah suatu bentuk amal saleh bagi kita. Oleh karena itu, jangan malas untuk mencari informasi yang benar.

Tidak kalah pentingnya dari memilih informasi yang benar adalah mengambil hikmah dari informasi-informasi tersebut sehingga kita dapat mengambil manfaat yang mendalam khususnya untuk kebaikan diri kita sendiri.

Senin, 23 Maret 2015

Mengapa Yahudi Kaum Yang Paling Keras Memusuhi Umat Islam?

"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik." (QS. Al-Maidah: 82)

Mengapa kaum Yahudi orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman? Dalam kitab tafsir seperti Kitab Tafsir Al-Qur'an Al-Adzim karya Imam Ibnu Katsir, buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dan buku Pengkhianat-Pengkhianat dalam Sejarah Islam karya Syaikh Sa'ad Karim Al-Fiqi akan kita temukan fakta-fakta mengenai hal ini. Fakta sejarah yang tertuang dalam buku-buku itu membenarkan firman Allah Swt di atas. Kejahatan kaum Yahudi dimulai sejak zaman sebelum diutus Muhammad sebagai seorang Nabi dan Rasul. Mereka adalah pembunuh para Nabi dan orang-orang yang banyak melakukan penyelewengan. Mereka tidak akan tinggal diam dengan keberadaan seorang Nabi meskipun Nabi tersebut dari kalangan mereka, apalagi di luar kalangan mereka. Maka, kebencian dan kedengkian mereka terhadap Nabi tersebut semakin besar.  

Di zaman Rasulullah Saw. dan para sahabatnya, orang-orang Yahudi sangat berperan aktif dalam upaya penghancuran Islam. Mereka telah melakukan konspirasi dalam memfitnah, mengadu-domba, dan.  berkomplot dengan musuh. Bila orang musyrik berperang secara terbuka melawan kaum muslimin yang terlihat pada perang Badar dan Uhud. Sementara orang-orang Yahudi menyembunyikan permusuhannya terhadap Islam, namun jika ada kesempatan yang pas, mereka akan menikam dari belakang.

Diketahui dalam sejarah, setelah pasukan Islam memborbardir benteng mereka, ternyata di dalamnya banyak sekali persenjataan dan alat-alat militer yang memang digunakan untuk berperang. Mereka tahu jika mereka secara terbuka melakukan perlawanan terhadapumat Islam, mereka akan kalah pada saat itu juga. Tapi bagaimana caranya mereka dapat menghancurkan umat Islam tanpa melalui kontak fisik antara mereka dengan kaum muslimin. Salah satu bukti kejahatan mereka terlihat ketika Umat Islam berperang melawan kafir Quraisy dalam perang Khandaq atau Ahzab. Umat Islam tidak hanya menghadapi musuh-musuhnya dari luar, tetapi juga dari dalam kota Madinah, yaitu karena masih bercokolnya orang-orang Yahudi.

Rasulullah Saw. dan para sahabatnya adalah orang-orang yang cinta damai. Mereka menerima orang-orang Yahudi. Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak menerima keberadaan kaum muslimin. Maka dalam kondisi seperti ini, umat Islam harus bertindak. Jika tidak, maka mereka akan terus dipermainkan oleh orang-orang Yahudi tersebut. Setiap pengkhianat akan mendapatkan balasan yang setimpal. Dan, Rasulullah beserta kaum muslimin bangkit dalam menghancurkan pengkhianatan Yahudi tersebut.

Saat orang-orang Yahudi dari Bani Qainaqa melakukan pelecehan terhadap seorang muslimah dan hal itu diketahui oleh seorang sahabat Nabi, maka sahabat tersebut melakukan perlawanan untuk membebaskan muslimah tersebut walaupun akhirnya beliau syahid dibunuh oleh orang-orang Yahudi tersebut. Kaum muslimin akhirnya menuntut keadilan dengan membalas kebiadaban ini. Kaum muslimin mengepung tempat tinggal kaum Bani Qainaqa hingga mereka menyerah. Mereka diusir dari Madinah selama-lamanya dalam keadaan hina dan lemah. Banyak diantara mereka menemui ajalnya ketika dalam perjalanan mereka. 

Hal yang sama terjadi pada kaum Yahudi lainnya seperti Bani Quraizhah, Bani An-Nadhir, dan Bani Khaibar. Mereka adalah para pengkhianat dan balasan bagi pengkhianat adalah pedang terhunus yang menebas tubuh mereka. Pengkhianatan tersebut terus saja terjadi padahal mereka telah menyaksikan kehancuran yang terjadi pada saudara-saudara mereka yang telah diusir dari Madinah. Syaikh Sa'ad Karim Al-Fiqi mencatatkan bahwa 7 dari 15 pengkhianatan yang terjadi di masa Rasulullah Saw. hidup, dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Saya tidak bisa menyebutkan satu persatu pengkhianatan tersebut karena mungkin bisa menghabiskan hingga tercipta sebuah buku. Intinya, pengkhianatan tersebut hampir saja mencelakai diri Rasulullah dan banyak juga mencelakai kaum muslimin lainnya. 

Karena sikap yang keras kaum muslimin terhadap orang-orang Yahudi, keturunannya menyimpan dendam membara yang tersimpan di dalam hati mereka. Namun mereka sadar, saat yang lemah bukanlah saatnya berperang di medan tempur, tapi mereka melancarkan perang lain yang jauh lebih mematikan, yaitu Ghazwul Fikr (Perang Pemikiran). Inilah perang yang dapat merubah musuh menjadi orang yang disukai, lawan dianggap kawan dan kawan dianggap lawan. Mereka mempreteli akidah kaum muslimin dengan kemaksiatan, menjauhkan kaum muslimin dari Islam dengan cara apapun. 

Dan kini, disaat mereka kuat, mereka menunjukkan belang kejahatannya. Mereka tidak hanya melancarkan perang pemikiran, tetapi juga perang fisik seperti yang terjadi di Palestina. Keberhasilan mereka dalam perang pemikiran terlihat pada ketidakberdayaan kaum muslimin dalam pertempuran fisik. Para pemimpin negara-negara muslim mayoritas dipimpin bukan oleh rakyat dan untuk rakyat tetapi semata-mata bentukan kaum Yahudi. Oleh karenanya, ketika rakyatnya meminta berperanglah untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin, para pemimpin itu malah menangkapi, memenjarakan, bahkan sampai membunuh para penyeru itu.  

Bahasa Menunjukkan Kualitas Seseorang

Sultan-sultan melayu di zaman dulu sangat memperhatikan dunia kesusastraan. Mereka sangat menghargai karya-karya sastra. Pejabat tinggi hingga rakyat jelata, ulama hingga para pengikutnya berlomba-lomba dalam dunia sastra ini; baik dalam bertutur kata maupun melalui karya tulis yang mereka buat.

Sastra disini bukan sekedar sastra itu sendiri. Sastra disini adalah sastra yang mengandung budi pekerti, nilai-nilai religi, hingga sebagai alat untuk memahami ilmu pengetahuan. Bila ada peribahasa mengatakan, bahasa menunjukkan bangsa, sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai luhur. Baik buruk sifat dan tabiat orang dapat dilihat dari tutur kata atau bahasanya. Seorang ayah berbahasa kepada putra putrinya, seorang anak berbahasa kepada orangtuanya, seorang ulama berbahasa kepada penguasa, seorang penguasa berbahasa kepada ulama dan rakyatnya. Semua orang berbahasa. Semakin baik bahasanya, semakin tinggi kualitas dirinya.

Karya-karya ulama di negeri ini. Mulai dari zaman Hamzah Fanshuri, Nuruddin Ar Raniry, Raja Ali Haji hingga Buya HAMKA, begitu sangat kuat nilai-nilai sastra dalam karya-karya mereka, begitu bermaknanya mereka dalam bertutur kata menunjukkan 2 hal: Pertama, lingkungan mereka yang sangat kental dengan sastra. Dan kedua, sastra menunjukkan kualitas diri mereka.

Ketinggian nilai-nilai satra ditunjukkan di dalam Al Quran. Semakin menunjukkan kepada kita semakin tinggi kualitas seseorang, semakin tinggi kualitas bahasanya. Begitupun sebaliknya, semakin tinggi kualitas bahasa seseorang, semakin tinggi kualitas diri orang tersebut. Al Quran menunjukkan siapa sebenarnya ia dan siapa sebenarnya yang mengatakannya. Sehingga ia berani menantang kepada para sastrawan hingga cendikiawan untuk membuat satu ayat hingga satu surat seperti halnya Al Quran. Luar biasanya, tantangan itu disertai jaminan bahwa tidak ada yang bisa melakukannya. Dan memang betul tidak ada yang mampu menandinginya hingga kini.

Minggu, 22 Maret 2015

Syiah Menuduh Saya Wahabi

Paling eneg kalau debat dengan orang syiah. Ketika bertanya, bener ngga apa yang kalian lakukan begini dan begitu (misalnya bener ngga kalian mencaci maki para sahabat?) Bukannya menjawab benar atau tidak. Malah menuduh saya wahabi. Ya sudahlah kalau begituuh.

Mereka itu berusaha menutup-nutupi keyakinan mereka. Salah satu caranya dengan mengalihkan pembicaraan. Agar mereka seolah sedang tidak terlihat berdusta. Karena kalau mereka berkata tidak benar, umat Islam akan tahu mereka sedang bertaqiyah.

Metode mengalihkan pembicaraan atau menyalahkan pihak lain adalah upaya syiah untuk memecah belah kaum muslimin. Jadi janganlah termakan hasutan ucapan mereka. Kesesatan mereka sudah terang benderang.

Mengingat Mati dari Sejarah Masa Lalu

Ketika saya membaca buku sejarah membuat saya sering teringat akan kematian. Saya berpikir tentang mereka-mereka yang ada di dalam sejarah, dimanakah mereka kini berada? Dikuburan-kuburan mereka berada. Ada yang ratusan tahun lamanya tinggal di dalamnya. Berselimutkan tanah, cacing sebagai karibnya, munkar dan nakir teman-temannya.

Saya berpikir tentang keadaan mereka yang mati, apa yang saat ini mereka hadapi? Apakah mereka hidup dalam kebahagiaan atau sedang mendapat siksa? Mereka yang dulunya gagah berani, tampan rupawan, takluk diterjang waktu. Semua makhluk-Nya pasti mati. Itulah sunnatullah tidak terkecuali.

Lalu saya berpikir tentang diri saya, sudah cukupkah bekal saya dalam menghadapi kematian? Apakah amal kebaikan saya lebih banyak daripada amal keburukan saya? Apakah saya selamat dari siksa kubur? Disebutkan dalam sebuah hadits, umur umat Nabi Muhammad bila dirata-ratakan sama seperti umur ketika Nabi Muhammad wafat, yakni 63 tahun. Bila demikian, saat ini kita sedang berangkat menuju kematian. Mungkin sebentar lagi. Tidak terasa waktu terus beranjak. Yang dulu bayi, kini sudah beranjak dewasa. Kemudian menikah, punya anak, memasuki masa pensiun, dan menunggu datangnya ajal. Bisa saja kita berhenti untuk selamanya disebuah fase sebelum fase pensiun terjadi.

Imam Hasan Al Bashri berkata, "Maut telah menunjukkan kesalahan-kesalahan dunia dan tidak menyisakan kegembiraan bagi orang yang mau berpikir."

Sabtu, 21 Maret 2015

Jelaslah Sudah Pendukung Kebenaran dan Pendukung Kebatilan Di Mesir

Sewaktu Mursi terpilih menjadi Presiden Mesir, Mursi memaafkan orang-orang yang dulu pernah memenjarakannya. Padahal bisa saja dia menghukum mereka. Tapi beliau tidak melakukannya. Mungkin beliau berpikir saat ini tatanan masyarakat telah berubah akibat terjadinya revolusi musim semi. Orang yang dulunya jahat berubah menjadi baik dan bertobat. Beliau berbaik sangka kepada semua orang sebagai bukti ketulusan cintanya kepada rakyat Mesir.

Tapi mungkin inilah "kesalahan" terbesar Mursi; terlalu baik kepada lawan politiknya. Saya berpikir, kalau seandainya saja Mursi waktu itu menghukum lawan-lawan politiknya yang telah menyiksanya, mungkin kudeta saat ini tidak terjadi.

Tapi saya kemudian berpikir lagi, apalah artinya saya dihadapan pejuang seperti Mursi dan saudara-saudaranya yang tercinta seperti Prof. Muhammad Badi, Syaikh Mahdi Akif dan Khairat Asy Syatir. Yang sering keluar masuk penjara, sering mendapatkan teror, yang ilmunya lebih luas, akhlaknya lebih indah, ibadahnya lebih khusyu. Mungkin yang ada dipikiran mereka adalah perubahan itu sendiri. Ketika perubahan ke arah yang lebih baik itu tercapai maka hal itu adalah hadiah bagi pengorbanan mereka selama ini. Setidaknya kejadian ini adalah pelajaran sangat berharga bagi Mursi.

Akhlak Mursi yang begitu mulia ternyata disalahgunakan oleh orang-orang yang membencinya sejak dulu. Mereka merencanakan kudeta secara diam-diam, tidak terkecuali orang-orang yang berlabel "syaikh" juga turut terlibat di dalamnya. Lalu terjadilah kudeta itu. Rezim kudeta membunuh ribuan pendukung Mursi dan memenjarakan Mursi dan tokoh-tokoh revolusi. Berbeda sekali keadaannya sewaktu Mursi berkuasa.

Dari sini saya semakin sadar bahwa Mursi adalah orang yang baik dan berada dipihak yang benar dan pihak pengkudeta berada dipihak yang batil. Mereka yang dulunya diampuni oleh Mursi kini malah menyiksa Mursi dan para pendukungnya. Maka jelaslah sudah mana yang haq dan mana yang batil.

Saya teringat dengan salah satu dari sepuluh pintu kemenangan yang diutarakan Sayyid Quthb dalam Fizhilal-nya, yaitu ketika sudah terlihat jelas mana yang haq dan mana yang batil; mana pendukung kebenaran, mana pendukung kejahatan. Semoga saja kejadian yang terjadi di Mesir saat ini adalah pertanda aktivis dakwah disana sebentar lagi akan memperoleh kemenangan.

Jumat, 20 Maret 2015

Jomblo tapi Bahagia

Alhamdulillah saya sudah pernah menamatkan membaca kitab Riyadhus Shalihin dan Al Adzkar karya Imam Nawawi rahimahullah. Seringkali ketika saya membacanya, saya mengingat sejarah kehidupan Imam Nawawi. Membuat saya terkesima dengan pencapaian yang telah beliau raih. Usia 42 tahun beliau wafat. Usia yang tergolong masih muda bila dibandingkan kebanyakan ulama pada umumnya. Namun keilmuan beliau sungguh luar biasa banyaknya. Hal ini ditunjukkan dengan karya tulis beliau yang sangat banyak dan berjilid-jilid tebalnya. Tidak hanya itu, hampir semua karya beliau menjadi rujukan utama para ulama dari zamannya hingga kini. Membuktikan dari segi keilmuan, kepakaran beliau sudah tidak diragukan lagi.

Mengenai diri beliau, secara singkat dapat kita baca dari keterangan berikut ini:
Imam Adz-Dzahabi mengatakan, "Beliau adalah profil manusia yang berpola hidup sangat sederhana dan anti kemewahan. Beliau adalah sosok manusia yang bertakwa, merasa cukup dengan apa yang ada, menjaga diri dari yang haram, memiliki perasaan selalu merasa di awasi Allah baik di saat sepi maupun ramai. Beliau tidak menyukai kesenangan pribadi seperti berpakaian indah, makan-minum lezat, dan tampil mentereng. Makanan beliau adalah roti dengan lauk seadanya. Pakaian beliau adalah pakaian yang seadanya, dan tempat tidur beliau hanyalah kulit yang disamak."

Abul Abbas bin Faraj berkata, "Syaikh (An-Nawawi) telah berhasil meraih tiga tingkatan yang mana satu tingkatan saja jika orang biasa berusaha untuk meraihnya, tentu akan merasa sulit. Tingkatan pertama adalah ilmu yang dalam dan luas. Tingkatan kedua adalah zuhud yang sangat. Tingkatan ketiga adalah keberanian dan kepiawaiannya dalam beramar ma'ruf nahi munkar."

Ibnu Al-Aththar berkata, "Guru kami, An-Nawawi, di samping selalu bermujahadah, menjaga diri dari yang diharamkan, senang mendekatkan diri kepada Allah, dan mensucikan jiwanya, beliau adalah seorang yang hafal banyak hadits, bidang-bidangnya, rijalnya, dan ma'rifat shahih dan dhaif-nya. Beliau juga seorang imam dalam madzhab fikih."

Ibnu Al-Aththar juga berkata, "Guru kami, An-Nawawi, menceritakan kepadaku bahwa beliau tidak pernah sama sekali menyia-nyiakan waktu, tidak di waktu malam atau di waktu siang bahkan sampai di jalan, beliau terus dalam menelaah dan menghafal."

Rasyid bin Muallim berkata, "Syaikh Muhyiddin An-Nawawi sangat jarang masuk kamar kecil, sangat sedikit makan dan minumnya, sangat takut mendapat penyakit yang menghalangi kesibukannya, sangat menghindari buah-buahan dan mentimun karena takut membasahkan jasadnya dan membawa tidur. Beliau sehari semalam makan sekali dan minum seteguk air di waktu sahur."

Quthbuddin Al-Yuniny berkata, "Beliau adalah teladan zamannya dalam ilmu, menjaga diri dari yang diharamkan, ahli ibadah, dan zuhud."

Syamsuddin bin Fakhruddin Al-Hanbaly berkata, "Beliau adalah seorang imam yang menonjol, hafidz yang mutqin, sangat menjaga diri dari yang diharamkan dan zuhud."

Imam Nawawi hingga akhir hayatnya tidak menikah. Namun beliau menjalani kehidupan dengan penuh kebahagiaan. Beliau benar-benar mewakafkan usianya untuk berdzikir kepada Allah, menuntut ilmu, mengajar, dan menulis kitab tanpa ada yang menghalangi, tanpa ada yang menakut-nakutinya. Usianya yang singkat benar-benar berkah. Ilmunya pun kemudian menjadi berkah. Hingga kini karya-karyanya telah menjadi amal jariyah bagi beliau.

Sahabatku, kesendirian anda janganlah anda tangisi. Karena bisa jadi kesendirian anda saat ini jauh lebih bermanfaat bagi anda dan orang lain. Kesendirian Anda maupun kebersamaan Anda bersama pasangan hidup Anda, adalah ujian bagi Anda. Sebagaimana juga mereka yang telah memiliki anak maupun yang belum memiliki anak; sama-sama sedang di uji Allah. Yang satu diuji dengan sifat amanah, dan yang kedua diuji dengan sifat sabar. Isilah waktu-waktu anda dengan kesibukan yang bermanfaat. Jauhkan diri anda dari maksiat. Tutuplah hari-hari anda dengan kebahagiaan. Semoga Allah memberkahi hidup anda.

Kamis, 19 Maret 2015

Mencari Pemimpin yang Tegas dan Beretika

Kaka Slank bilang haji Lulung berbahaya karena marahin Ahok.

Kalau Ahok sering marahin semua orang yang ditemui dan menemuinya. Apalagi kepada orang yang mengkritiknya, umpatan dan kata-kata kasar keluar dari mulutnya. Kata Kak Seto, Ahok bukan contoh yang baik bagi anak-anak karena kelakuannya ini.

Pemimpin boleh tegas, tapi tetap punya etika. Umar bin Khaththab mantan preman Makkah. Sikap tegasnya masih melekat setelah masuk Islam. Dia obrak abrik kesombongan kafir Quraisy terhadap kaum muslimin. Maka saat Hamzah dan Umar masuk Islam, umat Islam dapat bernafas lega. Mereka punya pelindung yang gagah berani. Mereka mulai berani berdakwah secara terang-terangan. Banyak orang kafir Quraisy takut kepada Umar. Bahkan setan pun takut kepada Umar. Tapi Umar tetap menjadi pribadi yang menyenangkan. Pernah ada seorang nenek mengkritiknya karena kelakuan Umar yang menyimpang dari syariat. Bagaimana Umar? Umar berterima kasih kepada nenek tersebut, membatalkan pendapatnya pribadi, dan membenarkan pendapat sang nenek.

Bukan suatu hal yang buruk karena kekerasan yang ada pada diri kita. Hanya saja kekerasan itu semestinya diarahkan pada tempatnya seperti berjihad. Bila kekerasan itu artinya merendahkan sesamanya, marah-marah yang tidak karuan, lisannya penuh dengan caci maki mengerikan dan senang menyalahkan orang lain maka hal itu tidak sesuai dengan fitrahnya.

Rabu, 18 Maret 2015

Warisan Ilmiah Kajian Keagamaan dalam Islam

Sepanjang sejarah hidup saya, saya belum pernah mendengar kajian keagamaan umat dari agama lain melebihi kajian keagamaan yang telah dilakukan oleh umat Islam. Entah sudah berapa banyak buku yang membahas tentang fikih, ushul fikih, hadits, tafsir, sejarah, sastra, dan tasawuf. Kalau dikumpulkan mungkin tidak terhitung jumlahnya.

Kita sedang tidak membahas disiplin ilmu lainnya seperti ilmu-ilmu sains alam dan sains sosial walaupun juga sangat banyak jumlahnya dalam sejarah Islam dan sering beririsan dengan kajian-kajian keagamaan kita. Kita cukupkan saja tentang kajian-kajian keagamaan an sich. Lalu kita bandingkan dengan kajian-kajian keagamaan yang dilakukan oleh umat dari agama lain. Maka akan tampak betapa sangat jauh perbedaannya.

Sejak zaman Galileo Galilei, kemudian zaman renesainsce, dunia Barat menjauhi agama yang mereka anut dan akibatnya mereka juga menjauhi kajian-kajian keagamaan. Hanya sedikit dari kalangan mereka tetap melanjutkan kajian itu. Kalaupun ada seringkali kajian-kajian mereka hanya bersifat teologis atau kalam. Karena toh agama mereka tidak menunjukkan wujud syariat yang komprehensif. Kajian-kajian keagamaan mereka paling dominan membahas seputar ketuhanan, seperti apakah Yesus itu Tuhan atau bukan? Apakah Tuhan itu tiga atau satu?

Sedangkan bagi umat Islam masalah ketuhanan sudah final sehingga kajian-kajian tentangnya bukan untuk bertanya-tanya apakah Allah itu Tuhan atau bukan? Atau Allah itu tiga atau satu? Melainkan bertujuan untuk semakin mengenal-Nya (ma'rifatullah), mendekat kepada-Nya (taqarub ilallah), dan mencintai-Nya (mahabbatullah). Kajian-kajian seperti ini sangat banyak jumlahnya terutama dalam ilmu tasawuf.

Selepas itu, umat Islam mengkaji masalah-masalah lain yang tidak kalah pentingnya. Mulai dari ajaran yang kecil hingga yang besar, mulai dari mencukur jenggot, memotong kuku hingga masalah bermasyarakat dan bernegara. Sehingga saya katakan kajian keagamaan kita seringkali beririsan dengan studi-studi sains alam maupun sosial. Sebaliknya, sains alam dan sains sosial kita juga beririsan dengan studi-studi keagamaan karena kajian kita bersifat Rabbani (ketuhanan) dan syumul (menyeluruh). Bila kita membaca sejarah ulama di masa keemasan Islam akan membuktikan hal ini. Selain dikenal sebagai pakar keagamaan, ulama kita juga pakar dibidang sains alam dan sains sosial.

Sangat disayangkan bila kita mengabaikan warisan sejarah kita yang gemilang. Padahal dari warisan itu kita dapat merenda masa depan. Warisan itu adalah modal berharga untuk umat agar kembali meraih kejayaannya. Umat telah memiliki tradisi keilmuan yang panjang dan teruji dalam sejarah. Dari ilmu itu muncullah butir-butir kebijakan yang berandil besar dalam melestarikan kejayaan. Maka ada tiga hal yang perlu kita perhatikan dalam hal ini: Pertama, memperhatikan sejarahnya yang gemilang berikut warisannya yang berharga dapat memunculkan kembali muruah dan izzah umat agar tidak menderita penyakit rendah diri dihadapan umat agama lain. Umat harus bangga dengan agamanya sebagaimana ungkapan isyhadu bi anna muslimin.

Kedua, mengambil kebaikan sebanyak-banyaknya dari warisan masa lalu umat agar umat tidak putus dari sejarahnya yang gemilang. Mengaktifkan kembali kajian-kajian keagamaan seperti fikih tasyri (perundang-undangan), fikih dauli (kenegaraan), dan fikih iqtishadi (ekonomi) sebagai upaya untuk membentuk kembali daulah islamiyah di era modern. Bahwa Islam adalah agama dan negara.

Ketiga, mengambil kebaikan sebanyak-banyaknya dari peradaban modern dengan tetap berlandaskan kepada keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemajuan dalam Islam adalah kemajuan yang beriman, bukan yang melepas iman.

Sebagai penutup, saya mengutip perkataan Syaikh Muhammad Al Ghazali rahimahullah, "Ilmu Islam mengisi akal dengan cahaya dan hati mengisi hati dengan keyakinan. Para ulama pun telah berjuang sehingga mereka berhasil membentuk generasi-generasi mulia dan bersih. Tak lama kemudian, khilafah sekali lagi hadir mengangkat bendera tauhid di timur dan barat."

Selasa, 17 Maret 2015

Senantiasa Hidup Berkat Buku yang Ditulis

Imam Syafi'i berkata tentang Imam Laits bin Sa'd bahwa Imam Laits lebih fakih ketimbang Imam Malik.

Imam Syafi'i berani berkata demikian karena beliau telah berguru kepada kedua ulama tersebut. Dari sana beliau mampu menilai mana yang lebih fakih di antara keduanya.

Yang menjadi pertanyaan adalah, siapakah Imam Laits yang dikatakan Imam Syafi'i sebagai ulama yang lebih fakih ketimbang Imam Malik? Mengapa beliau tidak termasuk di antara Imam Madzhab fikih yang ada hingga sekarang ini?

Imam Laits adalah ulama besar yang tinggal di Mesir. Beliau adalah ahli hadits, fikih, ushul fikih, dan tafsir. Sekaligus pedagang yang kaya raya namun hidup zuhud dan wara. Walaupun dikenal sebagai ulama yang fakih namun sayangnya beliau tidak menulis satupun buku. Kalaupun ada karya tulis yang dinisbatkan kepada beliau, itupun ditulis oleh murid-murid beliau dan itupun sangat sedikit jumlahnya. Pemikirannya yang besar hanya bisa didapat dari buku-buku yang dikutip secara terpisah-pisah sehingga seringkali tidak dapat menampilkan pemikirannya secara utuh dan konfrehensif.

Berbeda dengan Imam Malik yang rajin menulis dan pemikirannya juga banyak dibukukan oleh para murid dan pengikutnya. Sehingga namanya terus dikenang sebagai salah satu Imam fikih paling terkemuka sepanjang sejarah.

Begitupun dengan imam madzhab fikih yang lainnya, mereka semua dikenal karena masih adanya pemikiran mereka yang tersimpan dalam buku yang mereka dan murid-muridnya tulis. Buku-buku seperti itu masih saja terus ditulis dengan ijtihad yang diambil dari pokok-pokok fikih imam madzhab. Para ulama hingga kini berlomba-lomba menulis buku terkait dengan madzhab yang dianutnya.

Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Al Ghazali, Imam Nawawi, dan ulama-ulama lainnya, nama-namanya begitu dikenal dalam sejarah. Mereka akan selalu hidup di benak sanubari kaum muslimin berkat karya-karya yang telah mereka tulis.

Tinta Para Ulama Sejajar dengan Darah Para Syuhada

Ada sebuah hadits Nabi mengatakan bahwa tinta para ulama disejajarkan dengan darah para syuhada.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan tulis menulis sudah seharusnya melekat pada diri seorang ulama. Bila definisi ulama diperluas, yakni mereka yang takut kepada Allah; beriman dan bertakwa, maka kemampuan tulis menulis ibarat senjata yang dapat dipergunakan setiap mukminin dan mukminat di medan jihad ghazwul fikr. Mereka sampaikan kebenaran dan meluruskan setiap penyimpangan lewat karya tulis yang mereka buat.

Jika umat Islam melepaskan pena ini dari diri mereka, maka peperangan akan dimenangkan oleh musuh-musuh Islam.

Oleh karena itu, banjiri dunia ini dengan kebenaran lewat media tulisan. Jangan mudah bosan karena cepat bosan engkau tidak akan mampu menegakkan kebenaran. Setiap hari banyak hal yang bisa dikomentari untuk menegakkan kebenaran ini. Namun kebenaran tetap haruslah tersusun dengan rapi agar tampak indah dan enak dibaca banyak orang. Jangan sekedarnya saja tapi jangan pula menunggu sempurna karena tidak ada karya manusia yang sempurna.

Tetaplah bersemangat meskipun karyamu sepi pembaca. Karena seringkali manusia melihat wujud orangnya bukan suara kebenaran itu sendiri. Dan seringkali pula mereka melihat produktivitas dirimu dalam berkarya karena masih banyak penulis yang karya-karya mereka terus menghiasi dunia dan itu lebih layak untuk dibaca daripada penulis yang baru menulis satu dua tulisan kemudian mati lunglai. Seribu langkah kaki tetap harus melalui langkah pertama. Para penulis besar tidak wujud seketika. Mereka seringkali melalui proses panjang yang melelahkan dan pengorbanan yang terus menerus.

Imam Asy Syaukani rahimahullah, ulama besar dan penulis kitab Nailul Author, sejak kecil dididik gurunya untuk menulis minimal dua baris setiap hariya. Latihan yang terus menerus ini mampu membentuk karakternya agar konsisten dan produktif dalam menulis. Buku yang ditulisnya mencapai 240 judul.

Senin, 16 Maret 2015

Persaudaraan Umat Islam Melewati Batas-Batas Geografis

Beberapa waktu yang lalu saya berdebat dengan seseorang yang ternyata beragama Kristen. Orang tersebut mengatakan, untuk apa jauh-jauh membantu rakyat Palestina padahal di dalam negeri sendiri masih banyak yang memerlukan bantuan.

Perkataan itu mungkin saja secara betul. Namun dia berpikir dalam kerangka yang sempit dan tidak mengenal hakikat persaudaraan di dalan Islam. Jadi dia merasa kepedulian itu hanya diletakkan pada satu tempat saja sedangkan di tempat yang lain tidak. Saya takutkan orang seperti ini hanya pandai mengkritisi saja tapi tidak pernah melakukan apa yang menjadi pendapatnya di atas. Saat saya menyodorkan bukti-bukti tentang kepedulian rakyat Palestina terhadap bangsa kita. Yaitu di saat kita ditimpa bencana alam, mereka turut membantu kita dengan mengirimkan sejumlah uang kepada kita. Padahal posisi mereka saat ini sedang mengalami kesulitan; mengapa mereka jauh-jauh mengirimkan bantuannya kepada kita sementara mereka sendiri sedang kesusahan? Itulah persaudaraan dengan maknanya yang sangat dalam. Itsar; mengorbankan kepentingan dirinya untuk kepentingan orang lain.

Setelah saya sodori fakta-fakta tersebut, orang Kristen itu tidak lagi menanggapi perkataan saya; pergi entah kemana. Saya temukan di dalam komentar-komentar mereka di dunia maya, orang-orang seperti orang Kristen ini. Mudah-mudahan saja mereka bukanlah dari kalangan kaum muslimin. Bila dari kalangan kaum muslimin, jelas sangat menyedihkan.



Tanah air kaum muslimin adalah Islam. Maka dibelahan bumi manapun kaum muslimin memerlukan bantuan maka wajib kita bantu sebisanya. Dulu Khalifah Utsmani di Turki mengirimkan kapal perang untuk membantu Fatahillah dalam mengusir penjajah Portugis dari tanah Jawa. Padahal Turki-Indonesia terbentang jarak yang cukup jauh. Satunya berada di ujung selatan Asia Tenggara, yang satunya lagi berada di gerbang benua Eropa.

Minggu, 15 Maret 2015

Umat Islam VS Media Massa Sekuler

Saat ini saya melihat fenomena pembunuhan akal kritis rakyat Indonesia oleh media massa.

Hampir seluruh media massa saat ini adalah pendukung Jokowi, Ahok, dan kaum sekuler lainnya. Walaupun mereka sesekali mengkritik tapi seringkali apa yang mereka kritik itu bukan substansi sesungguhnya atau bukan terkait masalah-masalah besar. Bila ada tokoh umat mengkritik tokoh-tokoh sekuler dari kalangan mereka, ramai-ramai media membela tokoh sekuler itu. Karena mereka mungkin menyadari bahwa menjatuhkan kewibawaan tokoh-tokoh sekuler sama saja meruntuhkan sekularisme itu sendiri! Oleh karena itu, tokoh-tokoh sekuler itu harus dibela habis-habisan. Salah satu caranya adalah membuat opini tandingan seolah tokoh umat tersebutlah yang berbahaya bagi rakyat.

Dalam kasus Ahok vs DPRD DKI misalnya, pengamat seperti Effendi Ghozali misalnya mengatakan Ahok dikeroyok oleh anggota dewan. Jelas sekali pengamat seperti Effendi Ghozali walaupun kadang berusaha tampil objektif, namun seringkali memperlihatkan wujud aslinya sebagai pengamat yang tidak netral.

Taruhlah Ahok dikeroyok anggota dewan, maka yang terjadi saat ini juga anggota dewan dikeroyok media massa. Lebih parah mana, dikeroyok anggota dewan yang jumlahnya segelintir orang dan acapkali hanya mampu mempengaruhi segelintir orang lainnya atau dikeroyok media massa yang mampu mempengaruhi rakyat Indonesia secara keseluruhan; bisa saja yang haq dikatakan batil dan yang batil dikatakan haq.

Baru-baru ini juga beberapa lembaga survei mengungkapkan hasil surveinya yang menyebutkan 60-70% rakyat jakarta mendukung Ahok. Saya tidak terlalu heran dengan hasil survei ini karena mereka (LSI dan Cyrus) adalah lembaga survei pendukung Ahok.

Media massa sering mengopinikan seolah Ahok berada diposisi terzalimi padahal mulut Ahok, kata orang betawi, gede bacot; sering berkata kasar dan merendahkan bawahannya. Bagaimana bisa ia ditampilkan sebagai orang yang terzalimi sementara disisi lain dia tampil menzalimi?! Ahok mengatakan Legislatif dan Eksekutif sama-sama tukang garong. Apakah dia tidak menyadari bahwa dirinya bagian dari eksekutif? Apa yang terjadi sesungguhnya? Bukannya membersihkan internalnya atau aparat birokrasinya, dia malah ingin membangun pencitraan untuk dirinya pribadi.

Umat jangan sampai terperosok pada lubang pencitraan untuk yang kedua kalinya. Akal kritis dan hati nurani harus terus dimainkan. Jika tidak, saya takutkan sekularisme merajalela, orang-orang saleh disingkirkan dan syiar-syiar Islam dipadamkan. Percaya atau tidak, hal itu sudah mulai terjadi saat ini.