Selasa, 24 Maret 2015

Agar Tidak Terjebak Fitnah Di Era Informasi

Zaman sekarang dapat disebut sebagai zaman kebanjiran informasi. Informasi dengan mudah kita dapatkan semudah membalikkan telapak tangan. Tidak perlu kita mengejar-ngejar informasi karena sering sekali ia datang dengan sendirinya. Kita baru berpikir tentang suatu informasi, tiba-tiba saja sudah banyak informasi di depan mata kita. Hingga pengulangan informasi sering terjadi membuat otak kita merekamnya sampai dalam taraf menghafalnya.

Ketika saya membaca semua informasi itu, saya berusaha memilah-milahnya. Tidak semua informasi saya telan begitu saja. Mungkin perlu penelitian lebih lanjut. Misalkan, satu situs online menginformasikan tentang suatu berita yang lain daripada yang lain. Misalkan tentang keburukan seseorang. Berita seperti ini baru kali ini. Jadi, bisa jadi berita seperti ini masuk dalam kategori maudhu, dhaif, hingga bisa saja shahih tapi ahad. Kenaikan peringkat perawi informasi tergantung banyak hal, salah satunya siapa di balik situs online itu? Apakah mereka majhul atau tidak dikenal? Apakah mereka orang baik-baik atau orang jahat? Dari mana situs online itu mendapatkan kabar tersebut, apakah sumber tersebut adalah orang yang dapat dipercaya atau tidak?

Berita yang paling baik adalah berita yang diangkat dari beberapa sumber terpecaya, memiliki akhlak yang baik dan benar dalam menyampaikan berita. Berita seperti ini masuk dalam kategori mutawatir, sehingga kita boleh mengambilnya sebagai rujukan. Jadi, saya bukan termasuk orang yang serta merta menelan mentah-mentah informasi yang ada. Sering saya membanding-bandingkan satu berita dengan berita yang lainnya. Rasa-rasanya semakin banyak membaca berita yang saya perlukan, semakin baik untuk saya agar saya mendapatkan kesimpulan yang tepat. Biasanya bila ada suatu berita yang aneh membuat saya bertanya-tanya, benarkah berita ini? Dan pada akhirnya membuat saya mencari tahu kebenarannya.

Menurut saya hal ini penting untuk dilakukan agar kita tidak terjebak pada fitnah. Fitnah saya sebut sebagai dosa sosial. Beberapa ulama mengatakan bahwa bila ingin taubat kita diterima dari dosa tersebut, maka kita wajib meminta maaf kepada yang bersangkutan. Inilah yang berat dari dosa memfitnah orang atau menzalimi orang. Karena sering sekali mereka enggan entah karena malu atau karena gengsi.

Rasulullah Saw. bersabda, “Inginkah kalian aku beritahukan manusia terburuk diantara kalian?” Para sahabat menjawab: "Ya." Beliau SAW bersabda, “Yaitu orang-orang yang ke sana ke mari menyebar fitnah, yang memecah belah di antara orang yang saling mencintai dan meniupkan aib kepada orang-orang yang tidak berdosa/bersalah.” (HR Ahmad).

Mafhum mukhalafah, memilih informasi yang benar agar tidak terjerumus pada fitnah atau dosa adalah suatu bentuk amal saleh bagi kita. Oleh karena itu, jangan malas untuk mencari informasi yang benar.

Tidak kalah pentingnya dari memilih informasi yang benar adalah mengambil hikmah dari informasi-informasi tersebut sehingga kita dapat mengambil manfaat yang mendalam khususnya untuk kebaikan diri kita sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar