Jumat, 30 Oktober 2015

Bencana Kabut Asap, Siapa yang Peduli?

Bencana kabut asap menimpa saudara-saudara kita di Sumatera dan Kalimantan. Dan efeknya tidak hanya pada wilayah tersebut. Provinsi lain dan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand juga terkena dampaknya. Sudah berbulan-bulan bencana ini belum juga berhenti sementara korban terus berjatuhan.

Bencana Kabut Asap Bukan Bencana Nasional?
Ada yang mengatakan bencana ini bukan bencana nasional karena kebakaran dan asap merupakan hasil perilaku manusia yang serakah dan sengaja membakar hutan dan lahan. Tapi mengapa kebakaran hutan di tahun 1997, yang jauh lebih parah daripada tahun 2015 tidak dipermasalahkan? Padahal kebakarannya mencapai 9,7 juta hektar dibanding saat ini yang hanya 1,7 juta hektar sebagaimana dikatakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Kalau begitu mengapa dampak kebakaran hutan saat ini jauh lebih luas? Menurut BNPB hal itu terjadi karena pengaruh El Nino yang panjang (1).

Jadi, jika ditafsirkan bencana kabut asap bukan bencana nasional karena faktor manusia atau terkait masalah hukum, bisa jadi salah. Tapi sudahlah. Fokus saya bukan disitu. Yang menjadi perhatian saya adalah alasan belum ditetapkannya status bencana nasional karena terkait jumlah korban dan kerugian ekonomi. Hal ini diakui oleh Kabareskrim Komjen Anang Iskandar dan Kepala BNPB William Rampangilei, bahwa penegakan hukum tidak terpengaruh status bencana itu sendiri (2).

Bencana asap telah menyebabkan 503.874 jiwa sakit ISPA di 6 provinsi sejak 1 Juli hingga 23 Oktober 2015. Jumlah masing-masing provinsi adalah 80.263 di Riau, 129.229 di Jambi, 101.333 di Sumsel, 43.477 di Kalbar, 52.142 di Kalteng dan 97.430 di Kalsel (3). Dampak kabut asap diperkirakan capai Rp 200 trilliun (4).

Simpati dan Empati untuk Korban Kabut Asap
Angka-angka di atas sangat besar. Bila Gubernur SUMSEL mengatakan bahwa bencana kabut asap bukan hanya sekedar bencana nasional tetapi bencana internasional, ada benarnya juga. Berpegang pada dalil-dalil Al Quran dan As Sunnah tentang persaudaraan sesama muslim, keutamaan menolong sesama muslim maupun kepada manusia pada umumnya, maka setiap muslim hendaknya peduli untuk mengulurkan pertolongan kepada saudara-saudaranya yang tertimpa bencana kabut asap. Tidak ada istilah bencana tersebut hanya urusan orang Sumatera atau orang Kalimantan saja. Kepedulian bisa diberikan oleh kaum muslimin diluar wilayah tersebut, bahkan hingga mancanegara. Saya pernah membaca berita ada rakyat Palestina yang turut memberikan bantuan kepada korban bencana asap ini. Fakta ini menunjukkan bahwa persaudaraan antar sesama muslim melewati batas-batas teritorial sebuah negara. Seperti kata Erdogan, di mana azan berkumandang, disanalah tanah air Islam.

Kurang cepatnya penanganan bencana kabut asap ini, menurut saya, terkait erat dengan lemahnya kepemimpinan nasional. Kebijakan-kebijakan yang diambil menunjukkan kelemahan itu. Semua orang bisa saja melihat data-data, tapi untuk "merasa" tidak semua orang bisa mendapatkannya. Merasakan kesedihan orangtua yang bayinya wafat karena menjadi korban terpapar asap; merasakan betapa tidak nyamannya hidup dengan asap dimana-mana; merasakan mereka yang terkena asma atau infeksi saluran pernafasan. Seperti kurang simpatiknya perkataan MENKES yang mengatakan, Pencemaran asap (di Riau) saat ini belum pada taraf sangat berbahaya (5).

Pemerintah Amerika, misalnya, untuk menyelamatkan satu orang sandera saja menerjunkan ratusan tentara untuk membebaskannya. Harga satu orang begitu mahal dan berarti. Tapi di negeri ini, harga satu orang begitu murah! Menunggu korban berjatuhan agar bisa dikategorikan bencana nasional, sungguh memprihatinkan.

Bencana Alam Jangan Dijadikan Ajang Pencitraan
Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) Jajat Nurjaman mengatakan, keengganan pemerintah untuk menaikan status bencana asap sebagai bencana nasional mengisyaratkan jika Jokowi masih ingin membuktikan diri akan kemampuannya mengatasi masalah asap, meskipun pada akhirnya menerima bantuan asing yang sebelumnya telah ditolak! (6)

“Intinya begini, sebenarnya pemerintah sama sekali tidak menutup diri terhadap bantuan, tetapi bantuan itu pemerintah tidak mau kemudian diklaim. Bahwa ini kan pemerintah sedang sungguh-sungguh untuk menyelesaikan, termasuk statusnya, jangan sampai kemudian ini diklaim karena mereka (negara lain),” demikian Seskab Pramono Anung menjelaskan terkait pemerintah mau menerima bantuan asing (7).

Saya tanggapi, mengapa tidak dari dulu saja pak pemerintah mau menerima bantuan asing? Apakah itu berarti pemerintah salah prediksi, misalnya pernyataan Jokowi yang menyebutkan kabut asap dapat diatasi dalam waktu dua minggu? Lalu setelah pemerintah tidak berhasil, baru kemudian meminta bantuan asing dengan SYARAT: keberhasilan dalam mengatasi kabut asap jangan diklaim sebagai keberhasilan pihak asing yang membantu. Keberhasilan itu semata-mata adalah keberhasilan pemerintah. Itulah yang diinginkan pemerintah saat ini.

Duh, rakyat kok dijadikan barang mainan!

Coba bandingkan dengan merajalelanya tenaga kerja Cina di Indonesia. Di mana harga diri bangsa sementara warganya sendiri disingkirkan! Sementara untuk korban bencana, pemerintah merasa harus punya harga diri!

Wahai Pendukung Jokowi, Kalian Jangan Hanya Sibuk Di Medsos Membela Tuan Kalian, Berlomba-Lombalah dalam Kebaikan!
PKS yang selama ini sering mendapat semprot oleh para pendukung Jokowi karena kerjaannya tukang kritik pemerintah, ternyata malah menjadi kelompok yang terdepan dalam penyelasaian kasus bencana kabut asap ini. PKS sudah meluncurkan Gerakan Nasional Tanggap Asap (Genta PKS) demi membantu menanggulangi dampak bencana asap di Indonesia dengan berbagai aksi kemanusiaannya, seperti pembagian masker, pendirian posko-posko bencana, pemberian bahan makanan pokok, dan fraksi PKS menyumbangkan Rp 685 juta yang berasal dari kenaikan tunjangan anggota dewan (8).

Saya menasehati untuk saudara-saudara saya yang telah memilih Jokowi sebagai Presiden RI, hendaknya kalian jangan melepas Jokowi begitu saja tanpa memiliki tanggung jawab moril untuk membantunya agar dapat menyelesaikan masalah bencana ini dengan sebaik-baiknya. Jangan orang-orang yang kritis kepada Jokowi mendahului kalian dalam berbuat kebaikan ini. Karena kalian terlalu berpanjang lebar membahas pembelaan kalian terhadap Jokowi. Padahal pembelaan itu tidak akan menyelesaikan masalah yang ada, tidak akan membantu korban-korban yang sudah berjatuhan, dan tidak akan bermanfaat apa-apa selain membuat orang yang kalian bela itu semakin kurang peduli terhadap bencana ini! Buktikanlah kepada rakyat bahwa kalian adalah orang yang benar dan orang yang kalian bela juga orang yang benar. Berlomba-lombalah dalam kebaikan!

Sumber:

Kamis, 29 Oktober 2015

Keterkaitan Antara Amalan Ruhiyah dengan Produktivitas Berkarya dan Berprestasi

Pada suatu hari saya merasa malas dalam membaca dan menulis. Kalaupun ingin mulai menulis, otak terasa beku dan tidak tahu apa yang ingin saya tulis. Setelah saya teliti lebih dalam lagi, ternyata ada beberapa amalan ruhiyah yang tidak saya kerjakan pada hari itu.
Orang-orang mungkin akan bertanya, apa hubungan antara amalan ruhiyah dengan membaca dan menulis? Bagi saya amalan ruhiyah memberikan pengaruh yang besar bagi hati dan akal pikiran ini. Selain berkah dan rahmat Allah sehingga motivasi dan inspirasi begitu melimpah, juga memberikan kenikmatan tersendiri ketika mengerjakannya. Saya bercermin pada tradisi intelektual ulama Islam yang begitu produktif dalam membaca dan menulis. Misalnya Imam Malik bin Anas, pendiri mazhab Maliki dan penulis kitab Al Muwatha. Imam Bukhari, seorang ahli hadits yang menulis kitab seperti Jami Ash Shahih dan Adabul Mufrad. Imam Ibnu Qudamah, seorang ulama besar mazhab hanbali dan penulis kitab Al Mughni. Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah menulis 96 judul kitab dan dalam satu judulnya terdiri dari beberapa jilid kitab.
Dari sini kita seringkali terjebak hanya melihat ujungnya, tanpa melihat pangkalnya. Kita tidak melihat mengapa mereka mampu melakukan pekerjaan berat itu. Tapi bagi yang jeli melihatnya, tradisi intelektual itu tidak pernah lepas dari ibadah yang kuat, amalan yang istiqomah. Seperti halnya pondasi yang kuat, maka bangunan yang berdiri di atasnya bisa kokoh, sebesar dan seberat apapun.
Tentang amalan ruhiyahnya Imam Bukhari, beliau tidak meletakkan 1 hadits pun dalam kitabnya, kecuali mandi dan salat 2 rakaat terlebih dahulu.
Tentang amalan ruhiyahnya Imam Malik bin Anas, Abu Mush’ab dan Ahmad bin Ismail berkata: Malik bin Anas berpuasa sehari dan berbuka sehari selama 60 tahun dan ia salat setiap hari 800 rakaat.
Tentang amalan ruhiyahnya Imam Ibnu Qudamah, Imam Ibnu Rajab al-Hanbali berkata, “Ibnu Qudamah salat antara Maghrib dan Isya’ sebanyak 4 rakaat, dengan membaca surat Sajdah, Yasin Tabaraka dan ad-Dukhan. Beliau salat Tasbih setiap malam Jumat antara Maghrib dan Isya’ dan memanjangkannya. Di hari Jumat ia salat 2 rakaat dengan membaca al-Ikhlas 100 kali. ia salat sunah sehari semalam sebanyak 72 rakaat. ia memiliki banyak wiridan. Ia melakukan ziarah kubur setiap Jumat setelah Ashar”
Tentang amalan ruhiyah Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Imam Ibnu Katsir berkata, “Beliau seorang yang bacaan al-Quran serta akhlaknya bagus, banyak kasih sayangnya, tidak iri, dengki, menyakiti atau mencaci seseorang. Cara shalatnya panjang sekali, beliau panjangkan ruku’ serta sujudnya hingga banyak di antara para sahabatnya yang terkadang mencelanya, namun beliau rahimahullah tetap tidak bergeming.”
Imam Ibnu Katsir berkata lagi, “Beliau rahimahullah lebih didominasi oleh kebaikan dan akhlak shalihah. Jika telah usai shalat Shubuh, beliau masih akan tetap duduk di tempatnya untukdzikrullah hingga sinar matahari pagi makin meninggi. Beliau pernah mengatakan, ‘Inilah acara rutin pagi buatku, jika aku tidak mengerjakannya nicaya kekuatanku akan runtuh.’ Beliau juga pernah mengatakan, ‘Dengan kesabaran dan perasaan tanpa beban, maka akan didapat kedudukanimamah dalam hal din (agama).’”
Imam Ibnu Rajab berkata tentang Imam Ibnul Qayyim, “Beliau melakukan beberapa kali haji dan berdiam di Makkah. Penduduk Makkah senantiasa menyebutkan perihal beliau berupa kesungguhan dalam ibadah dan banyaknya thawaf yang beliau kerjakan. Hal mana merupakan suatu yang menakjubkan yang tampak dari diri beliau.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata menyifati diri Imam Ibnul Qayyim, “Beliau rahimahullah, biasanya setelah mengerjakan shalat shubuh duduk ditempat beliau berdzikir kepada Allah hingga hari telah meninggi.”
Dari sini saya menyimpulkan adanya keterkaitan antara amalan ruhiyah dengan produktivitas dalam berkarya dan prestasi. Bahwa dakwah akan lancar manakala ruhiyah kita bersinar. Bagi yang ingin istiqomah dalam berkarya dan berprestasi, maka dirinya harus ditunjang dengan banyak mengerjakan amalan-amalan ruhiyah seperti shalat, shaum, tilawah, doa, dan dzikir.

Sabtu, 24 Oktober 2015

Perjuangan Melawan Hawa Nafsu

Sesungguhnya perjuangan melawan hawa nafsu akan terus terjadi hingga kita mati. Karena bagi orang beriman, dunia ini ibarat penjara yang memagari hawa nafsu. Sedangkan bagi orang kafir, dunia ibarat surga; mereka bebas melakukan apa saja yang mereka mau.

Bila saja kita berhenti berjuang, niscaya berhenti pula semua karunia yang kita rasakan. Bahkan semenit saja kita lepas dari mengingat Allah, maka menit-menit selanjutnya hidup terasa kurang bermakna.

Apakah kita termasuk di antara orang yang paginya mukmin, sorenya menjadi ahli maksiat? Atau sorenya mukmin, paginya menjadi ahli maksiat? Semoga Allah menjauhi kita dari hal semacam itu.

Gara-gara tidak dapat menjaga pandangan, timbullah asmara dihati. Lalu muncullah keinginan untuk melakukan perbuatan tercela. Padahal sebelumnya dia adalah ahli ibadah. Namun hanya gara-gara tidak dapat menjaga pandangan, menodai hatinya yang bersih. Tak begitu lama, rasa malas beribadah menghiasi diri dan begitu ringan ia melakukan kemaksiatan lainnya.

Dalam menjalani hidup ini, kita tidak lepas dari dua pilihan: ketaatan atau kemaksiatan. Renungkanlah setiap perbuatan, lalu katakan, apa manfaatnya bagiku? Apakah dengan perbuatan yang aku lakukan itu dapat membuatku menjadi lebih baik? Bila tidak, perbuatan yang kita lakukan bisa jadi termasuk kategori kemaksiatan.

Jumat, 23 Oktober 2015

Nikmatnya Pahala Sabar Menghilangkan Rasa Sakit Karena Musibah

Di dalam kitab Ihya Ulumuddin dikisahkan, Fath Al Maushili memiliki seorang istri yang dikenal dengan kesabarannya. Suatu saat istri beliau terjatuh dan kuku jarinya pecah hingga menyebabkan luka, namun ia malah tertawa dengan keadaan seperti itu.

Hal itu menyebabkan orang disekitarnya bertanya terheran-heran, "Apakah engkau tidak merasa sakit?"

Istri Fath Al Maushili pun menjawab, "Sesungguhnya nikmatnya pahala karena luka ini menghilangkan rasa sakitnya dari hatiku."

Demikianlah keajaiban rasa sabar; musibah yang berat terasa ringan dan senantiasa tenang dan berbahagia ditengah kesulitan. Keadaan ini akan jauh berbeda bila musibah itu dihadapi dengan ketidaksabaran; musibah yang ringan menjadi terasa berat, masalah yang kecil dibesar-besarkan.

Ketika menghadapi musibah, ingat-ingatlah keutamaan sabar; keutamaannya di dunia dan pahalanya di akhirat.Ingatlah ayat-ayat Al Quran, hadits-hadits Rasulullah, dan perkataan ulama tentang sabar.

Selasa, 20 Oktober 2015

TANDA-TANDA PEOPLE POWER DI MESIR

Disitus middleeastmonitor.com menyebutkan tingkat partisipasi rakyat Mesir dalam mengikuti pemilu parlemen baru-baru ini hanya sebesar 2,27% dari 27 juta pemilih atau hanya sekitar 612 ribuan yang ikut mencoblos. Keadaan ini sangat jauh berbeda ketika pemilu parlemen untuk pertama kalinya pasca tumbangnya Mubarak. Di mana Ikhwanul Muslimin memenangkan pemilu parlemen pada saat itu; masyarakat berbondong-bondong memilih wakil rakyatnya.

Para peneliti politik di seluruh dunia sudah mafhum, kondisi rendahnya partisipasi publik dalam pemilu adalah bukti paling kuat rendahnya kepercayaan publik terhadap pemerintah atau partai yang ada. Kondisi di Mesir saat ini sangat mengherankan sekali. Betapa pemerintahan kudeta As Sisi yang selama ini mengaku-ngaku mendapatkan dukungan rakyat, nyatanya tidak mempunyai dukungan atau legitimasi dari rakyatnya sendiri. Dari sini terlihat bahwa rakyat Mesir sedang menghukum As Sisi. Dan kudeta yang dilakukan As Sisi terhadap Mursi semakin menunjukkan bahwa kudeta tersebut hanyalah dusta dan manipulasi.

Kondisi Mesir saat ini ibarat bom waktu yang siap meledak. Ledakan tersebut tercipta bergantung pada kerjasama semua elemen masyarakat, tidak terkecuali militer di dalamnya. Bercermin dari kesuksesan gerakan People Power yang berlangsung secara damai di Filipina, di mana semua elemen masyarakat ikut terlibat di dalamnya. Bahkan pembelotan militer pun terjadi. Kelompok pro-Mursi tidak bisa mengabaikan satu elemen People Power, dalam hal ini militer, walaupun militerlah yang menyiksa mereka secara kejam. Saya percaya tidak semua militer di Mesir seperti As Sisi cs.

Dalam sejarah, setidaknya ada tiga kelompok militer ketika di dalam negaranya dipimpin oleh orang zalim: Pertama, menjadi pendukung bagi pemimpin zalim tersebut. Mereka datang menyiksa lawan-lawan politik pemimpin zalim tersebut. Biasanya mereka adalah perwira-perwira papan atas yang haus harta, tahta, dan wanita.

Kedua, kelompok militer yang diam menyaksikan kezaliman tersebut. Mereka diam karena tidak ingin terlibat dalam kezaliman itu namun disisi lain mereka tidak punya kemampuan untuk menghentikan kezaliman itu. Mereka berharap akan ada pemimpin lainnya yang berani menggerakkan rakyat untuk melawan pemimpin zalim itu. Ketika kemenangan rakyat di depan mata, mereka tampil sebagai penguat atau melegitimasi kemenangan tersebut.

Ketiga, mereka yang menentang pemimpin zalim tersebut secara terang-terangan. Kebanyakan mereka bukan dari perwira papan atas. Pengaruh mereka tidak begitu besar dikalangan militer tapi dapat dijadikan penggerak revolusi dan melakukan pendekatan kepada kalangan militer lainnya.

Dari ketiga kelompok militer di atas, setidaknya dua kelompok militer dapat diajak kerjasama. Hanya saja perlakuannya berbeda. Untuk kelompok militer ketiga sudah jelas. Sedangkan untuk kelompok militer kedua, karena mereka diam, mereka juga harus diajak secara diam-diam. Maka permainan intelejen harus dijalankan agar dapat menggerakan mereka.

Saya merasa yakin bahwa revolusi di Mesir akan terjadi. melihat dari situasi dan kondisi yang terjadi di Mesir saat ini. Dapat dilihat dari tanda-tandanya, selain rendahnya partisipasi rakyat dalam pemilu sebagai faktor politik, juga karena faktor perekonomian Mesir yang semakin terpuruk.Almesryoon.com melaporkan, krisis ekonomi di Mesir telah memburuk menempatkan masa depannya beresiko dan menjurus kepada kebangkrutan.

Sabtu, 17 Oktober 2015

TIDAK ADIL MENYAMAKAN KASUS PEMBAKARAN GEREJA DI ACEH SINGKIL DENGAN PEMBAKARAN MASJID DI TOLIKARA

Saya tidak suka kekerasan. Saya mencintai keadilan. Sudah seharusnyalah yang berperan dalam menutup gereja-gereja liar di Aceh Singkil adalah aparat pemerintah. Kalaupun rakyat marah lalu membakar gereja-gereja tersebut, pasti ada sebabnya. Dan yang saya tahu penyebabnya adalah ketidakadilan. Bayangkan di bumi serambi Makkah Aceh Singkil yang mayoritas muslim, mendekati angka 99%, terdapat 20 gereja liar (menurut data lain ada 25 gereja liar) Buat apa gereja sebanyak itu?

Salah satu taktik kristenisasi adalah membangun gereja liar di perkampungan muslim. Setelah gereja itu terbangun, orang-orang Kristen diluar pemukiman itu mendatangi gereja tersebut. Sehingga kemudian tidak lagi ada anggapan bahwa perkampungan tersebut adalah perkampungan muslim. Bila tidak ada tindak pencegahan dari penduduk kampung tersebut, mereka tidak segan-segan membeli tanah atau rumah untuk tinggal di kampung tersebut. Jadi, pendirian gereja-gereja itu bukan semata sebagai tempat beribadah. Tapi juga untuk menancapkan pengaruhnya yang besar kepada penduduk setempat bahkan kepada dunia. Bahwa Aceh bukan lagi serambi Makkah karena sudah banyak orang Kristen di dalamnya.

Bandingkan dengan satu masjid di tolikara; umatnya jelas dan proporsional sesuai dengan jumlah penduduk yang ada bahkan mungkin masjidnya kurang. Tapi anehnya ada orang yang menyamakan perusakan terhadap gereja di Aceh Singkil dengan masjid di Tolikara. Ini keterlaluan dan tidak adil! Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2010, jumlah penduduk muslim di Aceh sebanyak 4.413.244, Kristen 50.309, Katolik 3.315. Artinya jumlah penduduk muslim mencapai 98% lebih. Bandingkan dengan di Papua: Muslim 450.096, Kristen 1.855.245, Katolik 500.545. Artinya jumlah penduduk muslim mencapai 16% (http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321) Namun anehnya, orang Kristen di Aceh yang hanya 1,5% mempunyai 154 gereja, belum termasuk gereja-gereja liar yang jumlahnya sangat banyak.(https://id.wikipedia.org/wiki/Kekristenan_di_Aceh)

Kalau menurut saya, jumlah penduduk muslim di Papua masih bisa diperdebatkan karena sebagian wilayah masih sulit terjangkau. Hal ini berbeda dengan wilayah di Aceh yang lebih terjangkau. Ada kemungkinan penduduk muslim bertambah karena banyak kepala suku di pedalaman Papua yang masuk Islam. Tapi saya memakai angka yang pasti saja dulu mengenai penduduk muslim disana. Dan hingga saat ini juga saya belum mendapatkan angka yang pasti dengan jumlah masjid disana. Berbeda dengan jumlah gereja dapat terdeteksi dengan mudah karena banyaknya. Di Tolikara sendiri sebelum kerusuhan terjadi ada sekitar 700 an muslim disana (http://blog.act.id/mengungkap-sejarah-islam-bertumbuh-kemb…/) Dan hanya berdiri satu masjid. Bagaimana mungkin satu masjid saja tidak boleh didirikan disana dengan jumlah muslim sebanyak itu?!

Merujuk data Kementerian Agama tahun 2008, jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 88,8%. Namun, jumlah tempat ibadahnya 64,8% saja. Sementara jumlah pemeluk Kristen Protestan nasional mencapai 5.7% dengan jumlah tempat peribadatan 15, 38%, dan pemeluk Katholik nasional mencapai 3% dengan jumlah tempat peribadatan 3.72%. Artinya tempat peribadatan umat Kristen dan Katolik jauh melebihi tempat peribadatan umat Islam dari segi skala perbandingan.

Pemerintah seharusnya tidak boleh diam melihat fenomena ini. Pendirian tempat ibadah sudah di atur dengan undang-undang. Mereka yang melanggarnya harus dihukum sesuai dengan undang-undang tersebut. Jangan dibiarkan. Kalau dibiarkan jangan salahkan juga bila penduduk yang muslim menghancurkan atau menutup gereja-gereja tersebut.

Jumat, 16 Oktober 2015

Fenomena Bobotoh Persib

Kemarin saya melihat beberapa bobotoh Persib ngumpul di kampus UIN. Dari pembicaraan yang saya dengar tampaknya mereka sedang berdiskusi ttg mekanisme pemberangkatan mereka ke GBK.

Saya melihat dari wajah-wajah mereka semangat dan senyum ikhlas. Salah satu dari mereka saya dengar berkata, "Isukan urang ke Jakarta bade nginep wae di ditu." Ada yang menimpali, "Nanaonan maneh, masih keneh lami." "Terserah urang atuh.."

Begitulah kecintaan bobotoh kepada tim sepakbola kesayangannya. Apapun mereka lakonin demi agar tim kesayangannya itu meraih kemenangan. Saya sendiri sering melihat di pagi hari remaja-remaja tanggung berkaos Persib berarak-arakan menuju Stadion Jalak Harupat padahal pertandingan baru dimulai sore atau malam hari. Kalau hari sudah mulai sore, jangan harap perjalanan menuju Soreang atau Jalak Harupat lancar. Karena pasti akan dimacetkan oleh ulah bobotoh yang asyik berkonvoi.

Bobotoh Persib memang beda dibanding pendukung dari tim sepakbola daerah lainnya. Tidak hanya mereka, secara kultural orang Sunda sangat senang menonton Persib. Kalau Persib sudah bertanding, apalagi final, jalanan di kota Bandung lengang. Mereka semua sedang asyik menonton TV dimana Persib sedang bertanding. Tidak heran, channel TV ESPN mengambil hak penuh siaran Persib untuk TV kabel karena mereka sudah mengetahui fenomena hebat ini. Akibatnya, pundi-pundi uang pun mengalir ke kocek Persib.

Kepada bobotoh Persib, terutama dari Viking, jadilah sporter yang suportif. Kalah menang adalah keniscayaan. Jangan kalau kalah marah-marah; hancurin sana hancurin sini. Inget orang sunda itu someah hade kasemah. Dan juga jangan lupa shalat. Selamat bertanding di final Piala Presiden.

Kamis, 15 Oktober 2015

Kemenangan Kalian Datang dari Langit

Melihat foto-foto dan video-video pendek di facebook tentang penderitaan yang dialami saudara-saudaraku di Suriah dan Palestina sungguh menyimpan pilu yang mendalam di hati. Masih terbayang dalam ingatan, sosok mungil Aylan Al Kurdi, yang terkapar di pantai menjadi mayat. Atau seorang muslimah yang lemah dan tidak bersenjata diberondong peluru tentara Zionis la'natullah hingga syahid. Betapa saya tidak banyak berbuat untuk mereka, selain apa yang bisa saya sampaikan secara materi maupun doa.
Saya pernah mendengar salah seorang mujahidin Palestina berkata, doakan saja kami. Ya, mereka hanya minta di doakan. Permintaan yang sangat sederhana. Tapi apakah kita telah melakukannya? Telah menyempatkannya? Misalnya selepas shalat atau waktu dimana diijabahnya doa? Maaf, bukannya di facebook ya. Doa kita dalam kesunyian, hanya kita yang tahu dan dengar lafaz yang kita ucapkan, jauh lebih afdhol daripada doa yang kita ucapkan terang-terangan, apalagi di facebook.
Rasulullah Saw. bersabda, "Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, 'Dan bagimu juga kebaikan yang sama'.”(HR. Muslim)
"Doa seorang muslim untuk saudaranya di seberang sana sungguh mustajab. Di kepalanya ada malaikat yang ditugasi oleh Allah untuk mengucapkan 'amin' setiap kali ia mendoakan kebaikan buatnya. Malaikat itu juga berkata: 'Dan bagimu juga seperti itu'." (HR. Bukhari dan Ahmad)
"Doa seseorang untuk saudaranya dikejauhan tidak akan ditolak." (HR. Bazzar)
Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah berkata, "Doa ikhwah fillah adalah mustajab." (HR. Bukhari)
Mungkin saja dari doa-doa yang kita panjatkan, Allah menghancurkan tank dan pesawat musuh, atau Allah menolong seorang hamba-Nya yang sedang berjihad, atau Allah menghalau roket-roket musuh, atau Allah membunuh musuh-musuh-Nya lewat para pejuang-Nya, atau Allah menyelamatkan seorang anak. Doa-doa kita untuk mereka ibarat senjata-senjata yang mematikan bagi musuh. Berdoalah sebanyak-banyaknya untuk mereka dan yakinlah jika doa-doa itu tidak ada yang sia-sia.
Umar bin Khaththab meminta kemenangan kepada Allah atas musuhnya dengan berdoa, padahal Umar adalah tentara-Nya yang paling gagah. Umar pernah berkata kepada pasukannya, “Kalian tidak menang karena jumlah kalian yang banyak, akan tetapi kemenangan kalian datang dari langit.” Dalam kesempatan lain ia mengatakan, “Saya tidak membawa semangat dikabulkannya doa, akan tetapi saya membawa semangat untuk berdoa. Jika saya dikaruniai kesempatan untuk berdoa, maka sesungguhnya aku dikaruniai terkabulnya doa.”
Cobalah setelah membaca tulisan ini Anda berdoa untuk saudara-saudara Anda di Suriah dan Palestina. Berdoalah ditempat duduk Anda berada.

Rabu, 14 Oktober 2015

Atas Nama Kemanusiaan, Persenjatailah Rakyat Palestina!

Begitu mudahnya orang-orang Israel mendapatkan senjata. Sementara bagi rakyat Palestina di tepi barat mendapat senjata saja susah, ketika mendapat senjata, mereka malah ditangkapi oleh orang-orang Mahmud Abbas.

Sudah bukan saatnya lagi rakyat Palestina hanya bermodalkan batu untuk menyerang tentara Israel. Sudah saatnya rakyat Palestina dipersenjatai dengan senjata-senjata yang canggih. Ditangan Pemuda Palestina bukan lagi batu melainkan granat-granat yang siap meledak.

Jika dunia barat menolak aksi ini berarti mereka menolak aksi kemanusiaan. Rakyat Palestina hanyalah membela diri dan mendapatkan hak-hak mereka kembali setelah sebelumnya dirampas oleh Zionis Israel.

Apa bedanya dengan bangsa kita yang dulu ingin merdeka pada awalnya menggunakan bambu runcing lalu kemudian memiliki senapan laras panjang. Zionis Israel tidak ada bedanya dengan Belanda atau Jepang. Mereka sama-sama penjajah. Jika ada yang mengaku dirinya muslim menolak aksi jihad seperti HAMAS maka dia jelas-jelas buta mata hatinya dan tidak berprikemanusiaan.


Selasa, 13 Oktober 2015

Ilmu Kimia Sebagai Warisan Umat Islam bagi Peradaban Dunia

"Saya sangat bahagia untuk negara saya. Turki butuh ilmu pengetahuan. Saya sangat senang karena sudah berkontribusi." (Perkataan Prof. Aziz Sancar setelah meraih Nobel Kimia 2015)

Seorang muslim dari Turki kini berhasil meraih nobel kimia, setelah sebelumnya pada tahun 1999, Prof. Ahmad Zewail dari Mesir juga turut meraihnya. Dibanding nobel fisika yang baru sekali muslim memperolehnya dan nobel kedokteran yang belum ada sama sekali. Nampaknya dua raihan nobel kimia ini bisa menjadi bukti bahwa ilmu kimia begitu lekat dengan umat Islam.

Ilmu kimia sendiri berasal dari bahasa Arab kimiya yang berarti perubahan benda/zat. Menurut seorang ilmuwan terkemuka, Will Durant dalam bukunya The Story of Civilization IV: The Age of Faith, ilmu kimia merupakan ilmu yang hampir seluruhnya diciptakan oleh peradaban Islam. “Dalam bidang ini (kimia), peradaban Yunani (seperti kita ketahui) hanya sebatas melahirkan hipotesis yang samar-samar,” ungkapnya. Jabir bin Hayan hidup di abad ke-8 dan kabarnya menjadi murid Imam Ja'far Ash Shadiq disebut-sebut sebagai "Bapak pendiri laboratorium kimia pertama" atau "Bapak kimia modern".

Berkat revolusi sains yang digelorakan para kimiawan Muslim-lah, dunia mengenal berbagai industri serta zat dan senyawa kimia penting. Adalah fakta tak terbantahkan bahwa alkohol, nitrat, asam sulfur, nitrat silver, dan potasium–senyawa penting dalam kehidupan manusia modern–merupakan penemuan para kimiawan Muslim. Revolusi ilmu kimia yang dilakukan para kimiawan Muslim di abad kejayaan juga telah melahirkan teknik-teknik sublimasi, kristalisasi, dan distilasi. Dengan menguasai teknik-teknik itulah, peradaban Islam akhirnya mampu membidani kelahiran sederet industri penting bagi umat manusia, seperti industri farmasi, tekstil, perminyakan, kesehatan, makanan dan minuman, perhiasan, hingga militer.

Walaupun tidak bisa dijadikan ukuran mutlak keilmuaan seseorang, setidaknya Nobel kimia yang diraih muslim saat ini atau nobel-nobel lainnya, merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi umat ini untuk mengingatkan kembali sejarah kejayaannya di masa lalu.

Senin, 12 Oktober 2015

Kemunduran Ilmu Islam di Luar Wilayah Jazirah Arab

Penyusun kitab-kitab hadits paling terkenal ternyata bukan berasal dari kawasan Jazirah Arab. Yaitu, kawasan di mana terdapat tujuh negara di dalamnya: Arab Saudi, Kuwait, Yaman, Oman, UEA, Qatar, dan Bahrain.

Imam Bukhari lahir di kota Bukhara, Uzbekistan. Imam Muslim, Imam Al Hakim, dan Imam Al Baihaqi lahir di kota Naisabur Iran. Imam Abu Daud lahir di kota Sijistan (daerah antara Iran dan Afghanistan). Imam Tirmidzi lahir di kota Tirmidz, Iran. Imam Ibnu Majah lahir di kota Qazwin Iran. Imam An Nasa’i lahir di Nasa’, salah satu kota di Khurasan Iran. Imam Ad Darimi lahir di daerah Darim, Samarkand, Uzbekistan.

Saya memahami pesan ini sebagai berikut: Para penguasa muslim pada waktu itu bukan sekedar menaklukan wilayah musuh tetapi juga turut menyebarkan Islam dan bahasa Arab. Hal ini mendorong bahasa Arab menjadi bahasa resmi kaum muslimin. Kalaupun ada bahasa non Arab, dapat disebut sebagai bahasa daerah, seperti bahasa sunda atau bahasa jawa di Indonesia.

Bila dibandingkan saat ini, di mana wilayah Islam terpecah-belah atau tidak berdiri tunggal dalam satu kekuasaan khilafah, bahasa pun ikut-ikutan terpecah. Bahasa Arab tidak lagi menjadi bahasa resmi. Bahasa nomer dua pun bukan. Di masyarakat pada umumnya lebih senang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Jadi bahasa Arab entah berada di kedudukan ke berapa. Yang di maksud bahasa Arab hanyalah bahasa orang jazirah Arab.

Dengan keadaan ini, kecil kemungkinan orang-orang di non-Arab menjadi ulama besar. Padahal di masa kejayaan Islam, sumbangsih orang non Arab terhadap ilmu pengetahuan sangat besar. Bahkan mungkin saja lebih besar daripada orang Arab itu sendiri. Selain ahli-ahli hadits di atas, terdapat banyak ahli ilmu lainnya yang bukan berasal dari Arab. Misalnya Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al Biruni, dan Ar Razi.

Minggu, 11 Oktober 2015

MENYIBAK TABIR SYIAH KONTEMPORER (Bag. 3)

Kaum syiah dan para pendukung Bashar Al Asad seringkali menuduh bahwa ulama-ulama pendukung kelompok oposisi berasal dari kelompok wahabi atau kelompok oposisi itu adalah wahabi. Mereka berpikiran bahwa yang mengkritik mereka adalah wahabi. Tidak sedikit kaum muslimin yang terpengaruh dengan tuduhan mereka ini. Sebagian dari kaum muslimin akhirnya memilih diam atau tidak mendukung siapapun, dan sebagian lagi malah terprovokasi dan ikut-ikutan menyerang mujahidin Suriah. Salah satu alasan mereka terprovokasi adalah dengan kematian ulama Syaikh Said Ramadhan Al Buthi yang menurut mereka dibunuh oleh kaum oposisi Suriah. Karena Syaikh Al Buthi adalah ulama ahlussunnah, maka otomatis yang membunuh ulama tersebut berasal dari wahabi. Yang ada dalam pikiran mereka, para pembunuh ulama ahlussunnah adalah berasal dari kalangan wahabi. Inilah fakta yang terjadi saat ini. Umat Islam dipecah belah sedemikian rupa oleh permainan kotor kaum syiah dan para pendukung Bashar Al Asad.

Mereka mengatakan bahwa yang membunuh Syaikh Al Buthi adalah wahabi, lalu bagaimana dengan yang membunuh ribuan ulama ahlussunnah Homs dan Hama tahun 1982? Ya, para pembunuh itu tidak lain adalah orang-orang syiah. Saksikanlah kemarahan Syaikh Ali Ash Shabuni hafidzahullah dalam video di youtube berikut ini:https://www.youtube.com/watch?t=59&v=rEq_qtzkr9w

Di video itu, Syaikh Ali Ash Shabuni, walaupun sudah tua tapi tampak terlihat kemarahan beliau dengan fenomena ini. Beliau berkata: Kemarin dunia seluruhnya telah menyaksikan terbunuhnya seorang ‘alim yang memutuskan dirinya membela kezaliman dan thoghut menurut kebenaran dan keadilan. Kita telah berselisih dengan Syaikh Al-Buthi semenjak priode penjahat lagi zalim Hafez Assad, di mana pada waktu itu ia berdiri di samping Hafez kemudian menshalatinya dan berdiri untuk jenazahnya. Sedangkan Allah Ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu menshalati jenazah yang mati di antara mereka (munafiq) selamanya dan janganlah berdiri di kuburannya,” (QS. At-Taubah:84)

Apa makna jangan berdiri di kuburannya. Artinya jangan menyaksikan jenazahnya karena murka Allah Azza wa Jalla turun ke jenazah itu.

Kemudian pada revolusi yang penuh berkah ini, Al-Buthi telah menyelisihi bukan hanya rakyat Suriah saja, bahkan menyelisihi para ulama ummat ini. Dan Maha benar Allah yang Maha Agung, “Siapa yang menentang Rasul setelah jelas baginya Al-Huda dan mengikuti jalan selain jalan kaum muslimin, Kami palingkan ia sebagaimana ia berpaling dan Kami masukkan ke jahannam.” (QS. An-Nisa’: 115)

Apa maksud firman Allah Kami palingkan ia sebagaimana ia berpaling dan Kami masukkan ke jahannam? Yaitu kami rasakan ia siksa jahannam. Allah tidak berfirman siapa yang menentang Rasul dan kitab Allah, tapi Ia berfirman dan mengikuti selain jalan kaum muslimin.

Ulama telah berpendapat wajibnya memberontak kepada musailamah Al-kadzdzab yang dinamakan Bashar Assad setelah ia memperlihatkan kethoghutannya dan kejahatannya, membunuh manusia serta mencedari rumah Allah dengan bom. Ia juga menghinakan kitabullah dan merampas kehormatan wanita – wanita mukmin.

Namun Al-Buthi malah mendukung kezaliman ini dan kefajiran Bashar seraya melupakan sabda Rasulullah Saw, “Siapa yang menolang orang yang membunuh seorang mukmin walau dengan sepotong kata (jangankan mengatakan bunuh, tapi bun.Syaikh), ia akan menjumpai Allah Azza wa Jalla sedangkan di antara kedua matanya tertulis Ayisun min rahmatillah (berputus asa dari rahmat Allah)”

Sungguh Al-Buthi terus berlangsung menentang para oposisi Bashar, di mana ia menyebut mereka sebagai sampah. Dan menyamakan para pembunuh yaitu tentara Bashar dengan kedudukan sahabat. Kalau saja ia diam, maka hal itu lebih baik buat dia.

Al-Buthi telah datang dengan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Saya katakan sesungguhnya Dr Al-Buthi yang telah dipanggil Robb Nya telah membawa di lehernya darah yang banyak. Fatwa-fatwanya membenarkan pembunuhan atas nama agama. Hingga Allah menjadikan kontribusi Bashar yang membunuh rakyat itu berada di dadanya, di mana Al-Buthi membuat fatwanya terakhir mengajak jihad di bawah panji tentara pemerintah Bashar Assad.

Fatwa dan seruan ini membuat Bashar menyelesaikan hajatnya. Orang-orang yang keluar dari masjid dengan menyambut seruan Allah Labbaikallah, mustahil mencederai kehormatan rumah Allah. Apalagi dengan masjid Al-Iman, di mana di sana menjadi tempat mengajarnya Syaikh Syam, Syaikh Muhammad Awadh rahimahullah. Perbuatan ini (membom masjid) menyelisihi prinsip agama.

Sesungguhnya keterlibatan pasukan Assad dalam operasi jahat ini sangat jelas seperti terangnya matahari. Siapa yang mengambil manfaat atas pembunuhan Al-Buthi? Bukan kah ia adalah pemerintah. Dengan ini ia bisa menyemangati manusia untuk memerangi pejuang Suriah dengan alasan mereka membunuh orang-orang yang menyelisihi mereka.

Pasukan Assad adalah musuh kemanusiaan seperti zionis jahat. Mereka tidak pernah menunggu-nunggu waktu untuk membunuh siapa saja, meskipun orang itu membela mereka. Jika dalam membunuhnya dapat mewujudkan tujuannya yang buruk.

Pada suatu hari, di mana oposisi menekan. Seorang Kurdi dijadikan oleh pemerintah sebagai Perdana Menteri. Pasukan Assad membunuh Syaikh Kurdi pada hari besar Kurdi. Dan ini bukan suatu kebetulan bagi orang yang merenung dengan baik sejerah pemerintah ini dan kelebihannya dalam kejahatan.

Kemudian, lihat bagaimana pasukan Assad langsung masuk ke masjid setelah peristiwa pembunuhan itu dengan penuh tenang dengan para petugas medis tanpa rasa takut dan malu. Dan sebagian lagi pura – pura menangis.

Pemerintah ini (rezim syiah Bashar) juga telah membunuh Khotib masjid Al-Muhammadi, Syaikh Riyadh Ash-Sha’b rahimahullah, semoga Allah menerima beliau di kalangan syuhada. Mereka membom mobil beliau ketika menuju majlis ilmu sebelum 24 jam.

Sebelum 24 jam juga mereka membom masjid Al-Iman. Apakah dengan ini semua kita membebaskan pasukan Bashar dari pembunuhan seseorang, baik itu orang tua atau anak-anak atau wanita atau yang membela mereka.

Saya katakan sesungguhnya para pejuang yang mulia mereka mempunyai orang yang lebih penting dari Al-Buthi di jajaran militer dalam sandraan untuk dibunuh. Jika mereka benar – benar berhak untuk dibunuh.

Sesungguhnya kami di Suriah yakin bahwa di balik insiden pembunuhan ini adalah pasukan pemerintah Assad. Kami lebih tau tentang mereka dan modus-modus mereka yang membuat kami terbiasa dengan itu puluhan tahun.

Mereka adalah pembunuh. Mereka membunuh ulama Lebanon seperti Syaikh Hasn Khalid, Mufti Lebanon rahimahullah. Dan juga membunuh puluhan ulama di Suriah.

Dan bapaknya yang zalim, Hafez Assad, telah membunuh tiga puluh ribu lebih warga Suriah di Hama.

Kami meminta kepada muslimin untuk mendoakan rahmat untuk mereka yang terbunuh dan syahid di bawah panji Al-Haq. Ketika mati, semua manusia sama. Kami bersedih atas setiap tetes darah dari anak-anak, orang tua dan wanita yang terbunuh setiap hari. Kami tidak membedakan, yang satu mati kita diamkan dan yang satu kita marah karena terbunuh. Itulah Dinul Islam.

Yang mengharamkan darah di antara kita. Maka pada hari dibunuhnya Al-Buthy, terbunuh pula 150 lebih orang Suriah oleh ditang thoghut yang jahat iini (Bashar).

Ya Allah terimalah syuhada kami, ampuni mereka. Jadikan amal-amal yang baik kami pada akhir hayat kami. Siapa yang beramal baik walau sebiji zarrah ia akan melihatnya. Siapa yang beramal jelek sebiji zarrah ia akan melihatnya pula.

Saya katakan mereka adalah pembunuh dan penumpah darah orang-orang yang tak bersalah. Mereka yang berafiliasi kepada pemerintah ganas lagi bertaring yang menamakan dirinya Bashar Assad. Dia tidak lain murid musailamah Al-Kadzdzab. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin”

Siapakah Syaikh Ali Ash Shabuni hafidzahullah yang mengatakan bahwa Bashar adalah musailamah? Beliau adalah seorang mufassir besar abad ini. Namanya sudah tidak asing lagi di tengah-tengah pesantren di Indonesia. Salah satu karyanya yang terkenal adalah “Shafwah al-Tafaasir”. Kitab tafsir Al-Qur’an ini merupakan salah satu tafsir terbaik, karena luasnya pengetahuan yang dimiliki oleh sang pengarang. Selain dikenal sebagai hafiz Al-Qur’an, Ash-Shabuni juga memahami dasar-dasar ilmu tafsir, guru besar ilmu syariah, dan ketokohannya sebagai seorang intelektual Muslim. Hal ini menambah bobot kualitas dari tafsirnya ini. Syaikhul Azhar DR. Abdul Halim Mahmud rahimahullah memberikan komentar tentang kitab ini, “Shofwah at-Tafasir adalah hasil penelitian penulis terhadap kitab-kitab besar tafsir, kemudian ditulis ulang dengan mengambil pendapat terbaik dari kitab-kitab tersebut yang disusun secara ringkas dan mudah”.

Apakah beliau seorang ulama wahabi? Ternyata bukan. Beliau beraqidah asy'ariyah, banyak ulama Saudi yang memberikan kritikan dan bantahan, seperti yaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin, Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Al-Albani, Abu Bakar Zaid dan lain-lain. Kitab beliau yang paling banyak mendapat bantahan dari para ulama wahabi itu adalah Shofwah at-Tafasir. Syaikh Abu Bakr Zaid telah mentahzir kitab ini dengan menulis sebuah kitab at-Tahdzir min Mukhtasharat ash-Shabuni fi Tafsir. Syaikh Jamil Zainu menulis kitab Tanbihat Haammah ‘ala Kitab Shafwah Tafasir sebagai kritikan terhadap kitab Shafwah.

Jadi, masalah di Suriah bukanlah masalah wahabi. Tapi ini adalah masalah permusuhan orang-orang syiah terhadap ahlussunnah. Kalaupun baru-baru ini ulama-ulama saudi menggelorakan jihadnya, sesungguhnya sudah sejak lama ulama-ulama Suriah menggelorakan jihad itu. Hanya saja puncaknya menemukan momentum saat Arab Spring berlangsung. Sudah sejak lama syiah melampiaskan kezalimannya kepada ahlussunnah. Mereka adalah para pembunuh sebenarnya. Para peneror sebenarnya. Mereka memperkosa dan telah berbuat kerusakan di bumi ahlussunnah Suriah.

Foto: Syaikh Ali Ash Shabuni bersama KH. Maimun Zubair. Dan Syaikh Ali Ash Shabuni bersama Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki.



Sabtu, 10 Oktober 2015

MENYIBAK TABIR SYIAH KONTEMPORER (Bag. 2)

Saya tidak setuju dengan pandangan dokter Joserizal yang melulu berpendapat bahwa konflik yang terjadi di Suriah adalah konspirasi zionis yang bermula dari Arab Spring. Tampaknya dokter Joserizal lupa dengan pembantaian besar-besaran yang pernah dilakukan oleh Hafez Al Asad, bapaknya Bashar Al Asad, terhadap kaum muslimin Suriah terutama di kota Homs dan Hama pada tahun 1982. Puluhan ribu orang syahid, termasuk di antaranya adalah para ulama ahlussunnah. Syaikh Jabir Rizq, seorang ulama dari gerakan Ikhwanul Muslimin, menggambarkan pembantaian terhadap umat Islam Suriah di masa rezim Hafez Al Asad dalam bukunya yang berjudul, "Ikhwan Dibantai Syiria": Ada sebuah masjid dimana berkumpul para ulama dan jamaahnya. Lalu masjid itu kemudian ditembaki oleh tentara Asad hingga semua orang yang ada di masjid itu mati. Pada saat itu lebih dari 30.000 orang tewas, 88 masjid dan 3 gereja hancur serta puluhan ribu warga mengungsi dari tempat tinggalnya.

Saat itu, tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin Suriah seperti Syaikh Said Hawwa rahimahullah menghadap Khomaini. Tujuannya adalah meminta tolong kepada Khomaini agar mau membantu gerakan revolusi Islam yang saat itu sedang bergelora di Suriah. Saat itu banyak tokoh Ikhwan memandang Iran adalah negara yang berhasil meraih kemenangan berkat revolusi Islamnya dan mereka berharap banyak dari Khomaini untuk mau membantu revolusi mereka seperti halnya Khomaini berhasil melakukannya di Iran.

Apakah Khomaini mau membantu revolusi Islam di Suriah? Tidak! Mengapa? Hafez Al Asad (ayah dari Bashar Al Asad/ diktator Suriah saat itu) adalah penganut Syiah. Walaupun bukan penganut Syiah Itsna Asyariah, tetapi Syiah Nusairiyah memiliki banyak kesamaan dengan Syiah Itsna Asyariah. Begitupun yang terjadi di Yaman dan Bahrain saat ini. Kaum syiah tidak malu-malu lagi mengangkat-angkat foto-foto tokoh-tokoh syiah Iran seperti Khomaini dan Khemeni dalam aksi-aksi demonstran mereka. Apa hubungannya mereka yang bukan warga negara Iran dengan Iran? Solidaritas ke-syiahahan mereka terus memuncak. Maka syiah dari kelompok manapun dan dimanapun akan saling berangkulan dengan syiah yang ada di Iran. Dengan kata lain, Iran adalah kekhalifahan tersembunyi bagi kelompok syiah di seluruh dunia.

Tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin pun mulai menyadari bahwa revolusi di Iran bukanlah revolusi Islam, tetapi revolusi Syiah. Revolusi syiah seperti ini bisa saja meletus di negara mana pun baik negeri kafir maupun negeri yang mayoritasnya kaum sunni seperti Indonesia. Bila revolusi ini terjadi maka mereka akan mensyiahkan negara yang mereka revolusikan. Bersiap-siaplah ahlussunnah menerima penindasan dan kehancuran. Bukan menakut-nakuti. Tapi ini adalah kenyataan yang terus berulang sepanjang sejarah Islam. Oleh karenanya, sebelum Shalahuddin Al Ayyubi menaklukkan pasukan Salib di Yerussalem, terlebih dahulu menaklukkan kaum Syiah. Karena kaum syiah dikenal dengan kelicikan dan pengkhianatannya yang tidak kepalang tanggung. Tidak heran bila Sejarawan kontemporer seperti Prof. Raghib As Sirjani berpendapat, sebelum umat Islam menaklukkan Al Aqsha dari cengkeraman Zionis, harus menaklukkan kaum Syiah terlebih dahulu.

Foto: - Penghancuran kota-kota basis Sunni di Suriah pada tahun 1982 oleh rezim Hafez Al Asad, penganut Syiah Nushairiyah dan bapak dari Bashar Al Asad.
- Demonstrasi di Bahrain. Orang-orang syiah mengangkat foto Khomaini dan Khemenei dari Iran. Apa hubungannya? Tidak mengherankan bila Syaikh Yusuf Al Qaradhawi mengatakan bahwa revolusi yang terjadi di Bahrain bukanlah revolusi rakyat tapi revolusi syiah.



Jumat, 09 Oktober 2015

MENYIBAK TABIR SYIAH KONTEMPORER (Bag. 1)

Dulu saya pernah kepincut dengan gerakan syiah seperti Hizbullah dari Libanon dan juga tokohnya seperti Khomaini. Pertama kali buku syiah yang saya miliki dan saya baca adalah karya seorang ulama syiah asal Libanon, Muhammad Husain Fadhlullah, yang berjudul Islam dan Logika Kekuatan. Alasan saya membelinya adalah karena judul dan sinopsisnya yang menarik. Saat itu saya masih duduk dibangku SMA. Tanpa pikir panjang dan pengetahuan saya yang terbatas mengenai syiah, saya menelan isinya begitu saja. Kakak saya yang mengetahui saya membeli buku tersebut pun ikut membacanya. Kakak saya saat itu juga sedang keranjingan membaca buku-buku Islam. Hanya saja, dia lebih paham bahaya tentang syiah dibanding saya. Setelah membacanya, kakak saya memberi beberapa catatan peringatan dibeberapa halaman buku tersebut, "Hati-hati ini pemikiran syiah!" Pada waktu itu saya tidak peduli dengan peringatan kakak saya tersebut.

Sewaktu perang Hizbullah-Israel tahun 2006 lalu, saya semakin terkesima dengan gerakan syiah. Tokohnya, Hasan Nashrullah begitu saya kagumi karena keberanian dan khutbah-khutbahnya yang membakar semangat. Saya menonton beberapa cuplikan video perjuangannya, semakin menambah kecintaan saya pada gerakan syiah ini. Hal ini mengingatkan saya dengan buku syiah karya Fadhlullah di atas. Karena ternyata Husain Fadhlullah adalah penasehat spiritual Hizbullah. Tapi ada yang mengganjal di hati saya, mengapa Hizbullah selalu membawa-bawia foto-foto Khomaini dalam setiap aksi-aksinya? Hizbullah di Libanon sedangkan Khomaini di Iran. Apakah Hizbullah masih dalam satu komando Khomaini? Dari sini saya tidak menemukannya di negara-negara sunni. Jawaban dari pertanyaan itu nantinya akan anda temukan dalam tulisan ini.

Saya mulai tidak suka dengan gerakan syiah ketika konflik Suriah mulai memuncak. Di mana gerakan syiah Iran dan Hizbullah ikut-ikutan menyerang dan membunuhi saudara saya dari ahlussunnah. Mulailah saya membaca buku dan artikel-artikel tentang bahaya syiah. Saya begitu terkejut, begitu banyaknya perbedaan baik yang furu maupun yang ushul dengan kalangan ahlussunnah. Rujukannya bukan hanya dari perkataan ulama-ulama ahlussunnah, tapi dari buku-buku dan perkataan ulama-ulama syiah itu sendiri. Salah satu ajaran yang paling berbahaya dari syiah adalah taqiyah yaitu menyembunyikan kebusukan hati mereka dengan alasan kondisi belum memungkinkan untuk mengungkap kebusukan tersebut. Saya katakan "kebusukan" sedangkan bagi mereka adalah "kebenaran". Bagi mereka, taqiyah adalah dien itu sendiri; fardhu ain untuk diamalkan seperti halnya shalat fardhu. Bahkan lebih fardhu daripada shalat fardhu itu sendiri. Al Kulaini, Ulama besar syiah, berkata, “Tidak beragama orang yang tidak menggunakan konsep taqiyah.” (al-Kulaini, Ushul al-Kafi, jilid II, hal. 217).

Ibnu Babawaih, tokoh besar Syiah klasik, berfatwa bahwa hukum menerapkan taqiyah itu wajib, seperti kewajiban menjalankan shalat. Ia mengatakan; “Keyakinan kita tentang hukum taqiyah adalah wajib, barangsiapa yang meninggalkan taqiyah sama halnya dengan meninggalkan shalat.” (Ibnu Babawaihi, al-I’tiqadat, hal. 114).

Dalam keyakinan Syiah, taqiyah merupakan pilar-pilar utama agama. Taqiyah diserupakan dengan Sembilan persepuluh dari agama mereka. Sementara rukun-rukun Islam dan kewajiban dalam Islam lainnya hanya sepadan dengan satu persepuluh. Ini artinya, taqiyah lebih utama daripada rukun Islam. (Al-Kafi, juz II hal. 217, Badzlul Majhud juz II hal. 637).

Prof. Ali Muhammad al-Syalabi menerangkan, dalam Syiah ada empat unsur pokok ajaran taqiyah; Pertama, Menampilkan hal yang berbeda dari apa yang ada dalam hatinya. Kedua, taqiyah digunakan dalam berinteraksi dengan lawan-lawan Syiah. Ketiga, taqiyah berhubungan dengan perkara agama atau keyakinan yang dianut lawan-lawan. Keempat, digunakan di saat berada dalam kondisi mencemaskan (Ali Muhammad al-Syalabi, Fikr al-Khawarij wa al-Syiah fi Mizan Ahlissunnah wal Jama’ah, hal. 311).

Prof. Muhammad Baharun dalam bukunya yang berjudul "Tantangan Syiah terhadap Ahlus Sunnah" di hal 108 mengatakan, topeng taqiyah Syiah menjadi masalah dalam interaksi dengan Ahlus Sunnah. Dakwah Syiah yang menggunakan taqiyah kerap mengelabuhi umat. Banyak pengikut Syiah tidak mengaku Syi’i secara konsekuen dan terang-terangan. Mereka Syi’i biwajhin Sunni (Syiah berwajah Sunni). Pengelabuhan ini memiliki target khusus. Setelah mereka menguasai, baru menampakkan wujud aslinya.

Artinya, orang syiah itu seperti musuh dalam selimut. Pengkhianat yang sewaktu-waktu menikam dari belakang. Salah satu bukti nyata pengkhianatan syiah kontemporer adalah keterlibatan mereka dalam penggulingan Presiden Mesir yang sah, Muhammad Mursi. Situs bersamadakwah.com pada bulan Juli 2013 melaporkan, "Kelompok Syiah dilaporkan tengah bergerak untuk menggulingkan Presiden Mesir Muhammad Mursi. Mereka memobilisasi lebih dari 100 ribu warga Mesir penganut Syiah menandatangani pernyataan pemberontakan yang bertujuan menarik kepercayaan terhadap pemerintahan Mursi.

Juru bicara komunitas Syiah Mesir Bahaa Anwar dalam pernyataannya Sabtu (1/6) lalu mengatakan, sebanyak 100.253 orang Syiah Mesir telah menandatangani pernyataan itu. Sebagian penandatangan tinggal di luar negeri, lapor Al-Ahram.

Selain Syiah, kalangan sekuler Mesir adalah motor kampanye “pemberontakan” itu. Mereka mengklaim, sejak “pemberontakan” digulirkan 1 Mei 2013 lalu, sampai saat ini sudah terkumpul 7 juta tanda tangan.

Kampanye tersebut berusaha mendapatkan 15 juta tanda tangan guna mengeluarkan mosi tidak percaya kepada Mursi, untuk melampaui 13,2 juta suara yang didapat Mursi dalam pemilu presiden yang dimenangkannya tahun lalu."

Sejarah pengkhianatan syiah sangat panjang. Sejarahnya mungkin sama panjangnya dengan sejarah Islam itu sendiri khususnya bermula sejak zaman Khalifah Umar bin Khaththab yang dibunuh oleh Abu Lu’luah Al-Majusi. Abu Lu'luah oleh orang syiah dijuluki "Baba Syujauddin" (sang pembela agama yang gagah berani).

Salah satu sejarah pengkhianatan mereka disebutkan oleh sejarawan Mesir, Imam Al-Maqrizi dalam kitab-nya (as-suluk), tentang rencana pembunuhan pahlawan Islam, Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi. Mereka adalah orang-orang yang berusaha menegakkan kembali daulah Syiah Fatimiyah di Mesir yang sebelumnya dihancurkan oleh Shalahuddin. Alhamdulillah, Sultan Shalahuddin berhasil menggagalkan rencana itu dengan membasmi mereka terlebih dahulu sebelum rencana mereka dilaksanakan.
Foto dibawah: Mahmud Badr, salah satu tokoh utama penggerak kudeta terhadap Mursi ternyata adalah seorang syiah.


Rabu, 07 Oktober 2015

Jangan Diam, Jadilah Pembela Islam!

Saya teringat dengan apa yang disampaikan oleh guru saya, Prof. Dr. Afif Muhammad, salah seorang guru besar UIN Bandung. Dalam suatu ceramahnya beliau berkata, dengan mengutip perkataan Imam Abul A'la Al Maududi, "Bila kita baru mempunyai silet untuk dapat menebang pohon, maka tebanglah pohon tersebut dengan silet tersebut!"

Saya menangkap pesan tersebut bahwa seorang muslim mestilah memiliki sumbangsih sedikit atau banyak untuk kejayaan Islam. Bila kita tak punya harta benda untuk bersedekah, kita masih punya ilmu, tenaga, dan waktu yang dapat kita gunakan untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Jangan hanya karena kita tidak punya harta untuk bersedekah, lalu kita, juga berhenti dari memberi manfaat dan kebaikan untuk orang lain.

Kadang saya geram dengan tulisan yang dibuat oleh orang-orang sekuler. Saya berkata dalam hati, jika saya punya kemampuan menulis maka akan saya hadapi mereka. Beberapa artikel pun berhasil saya buat untuk melawan pemikiran mereka. Namun bila saya tidak dapat membuatnya disebabkan ilmu saya yang sedikit, maka saya pun berkata dalam hati, "Ya Allah, mudah-mudahan ada ustadz yang diberi kemampuan menulis guna menghadang pemikiran orang-orang sekuler itu." Tetaplah bergerak menebar kebaikan meskipun gerakan itu terbatas dengan apa yang kita miliki.

Imam Ibnu Taimiyah adalah seorang ulama yang produktif menulis kitab. Kabarnya beliau telah menulis 500 an kitab. Saat beliau dipenjara, beliau masih tetap istiqomah menulis walaupun dengan arang. Karena pada saat itu, pena-pena beliau disingkirkan dari diri beliau oleh penguasa yang tidak senang kepadanya. Dari penjara itu, lahirlah kitab Majmu Fatawa, salah satu karya terbaik yang pernah beliau tulis.

Imam Hasan al-Banna pernah menulis komentar atas buku tokoh sekuler Mesir, Dr. Thaha Husein, yang berjudul Mustaqbal Tsaqofah fi Mishr (Masa Depan Kebudayaan di Mesir), yaitu ketika sedang dalam perjalanan naik kereta. Saat membedah buku tersebut di sebuah seminar, Imam Hasan Al Banna menyampaikan materi-materi yang ditulisnya di kereta. Dr. Thaha Husein mendengarnya dibelakang panggung tanpa sepengetahuan Imam Hasan Al Banna. Selesai acara tersebut beliau memeluk Imam Hasan Al Banna karena terpukau dengan materi yang disampaikan oleh sang Imam, dan berterimakasih karena telah menyampaikan pandangan secara objektif.

Banyak karya-karya hebat ditulis di dalam penjara. Prof. HAMKA menulis Tafsir Al Azhar ketika di dalam penjara. Begitupun dengan Sayyid Quthb dengan Fizhilal-nya, DR. Aidh Al Qarni dengan La Tahzan-nya, dsb. Penjara bagi mereka bukanlah tempat untuk berdiam diri. Justru penjara adalah salah satu medan jihad yang apinya terus mereka kobarkan.

Abu As Samra Adh Dharir merupakan seorang ulama besar madzhab Asy Syafi’i yang buta. Meski demikian beliau tetap bermujahadah dalam menghafal, dengan cara ditalqin. Hingga dalam setiap harinya beliau berhasil menghafal lebih dari seratus baris. Karena kepandaian serta toleransinya, meski bermadzhab Asy Syafi’i, ketika beliau berfatwa, maka fatwa disesuaikan dengan madzhab si penanya.

Kaki yang lumpuh disaat muda tidaklah menghentikan langkah Syaikh Ahmad Yasin untuk terus berjihad hingga titik darah penghabisan. Maka, janganlah diam berpangku tangan menunggu yang lain berjuang, teruslah bergerak dengan kebaikan yang kita miliki dan jadilah pembela Islam yang istiqomah.

Kamis, 01 Oktober 2015

Berkumpul Bersama Orang Saleh

Tiga hari yang lalu bertemu Ust. Fahrur Rozi, MA. Usianya mungkin tidak terpaut jauh di atas saya. Beliau salah satu tim pentashih Al Quran DEPAG. Bila ada Al Quran yang sudah di tashih, tandanya ada dibagian halaman depan Al Quran, maka beliau adalah salah satu orang yang mentashihnya. Disini saya ingin menceritakan amal saleh beliau. Saya tidak mendengarnya langsung dari beliau, tapi dari beberapa kawan beliau. Kalau menceritakannya secara langsung kepada saya mungkin beliau akan malu.

Ust. Fahrur Rozi, MA adalah seorang hafidz Quran. Tiga hari sekali beliau mengkhatamkan Al Quran dalam shalatnya. Ya, dalam shalatnya! Bukan diluar shalat! Subhanallah, dalam hati saya berkata. Salah seorang dari kawan beliau berkata, "Ustadz Fahrur Rozi akan berdoa khatam Al Quran karena semalam beliau telah khatam Quran dalam shalatnya. Semoga kita mendapat rahmat dan keberkahan darinya. Silahkan ustadz..." Lalu ustadz pun berdoa, lumayan panjang namun fasih dan menggetarkan sanubari. Tidak terasa saya meneteskan airmata. Mengingat banyak hal: Mengingat betapa sedikitnya amal shaleh saya. Mengingat betapa sedikitnya saya berzikir, membaca Al Quran, shalat. Mengingat dosa-dosa saya yang begitu banyak.

Selesai doa khatam Quran, saya lalu bersalaman dan mencium tangan beliau, sebagai ungkapan rasa hormat kepada orang saleh dan berilmu. Ingin sekali saya berfoto bareng dengan beliau, namun sepertinya banyak orang yang ingin mengobrol dengan beliau. Jadi ya sampai disitu saja pertemuan saya dengan beliau hari itu. Seharian beliau mengisi acara tapi tidak terlihat kelelahan padahal saat itu beliau sedang berpuasa sunah.

Semoga saya dipertemukan lagi dengan beliau atau dengan orang-orang saleh lainnya.

“Hendaknya kalian duduk bersama ulama dan mendengarkan perkataan hukama (orang bijak), karena sesungguhnya Allah ta’ala menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan.” (Hadits Rasulullah sebagaimana termaktub dalam kitab Nashaihul Ibad karya Imam Nawawi Al Bantani)