Sabtu, 31 Januari 2015

Bukti Keberkahan Tanah Suci: Sebuah Pengalaman Spiritual

Beberapa hari yang lalu saya menonton acara empat mata-nya Tukul yang menghadirkan bintang tamu ust. Subki Al Bughuri.

Ust. Subki menceritakan sebuah pengalaman spiritualnya. Saat di Masjidil Haram, beliau melihat seorang pria yang menurut pandangannya masih muda usia tapi pria tersebut shalat sambil duduk di atas kursi. Apa yang terjadi kemudian? Buruk sangkanya itu terhadap pria tersebut ternyata mengakibatkan beliau tidak dapat berjalan selama dua bulan. Di masa itu beliau hanya bisa shalat sambil duduk.

Ceritanya, saat tiba kembali ke Indonesia, ust. Subki rindu mengendarai motornya. Lalu kemudian beliau mengendarainya. Saat di perjalanan itu ia mengalami kecelakaan fatal yang mengakibatkan dirinya tidak bisa berdiri dan terpaksa kalau shalat sambil duduk. Karena kejadian itu, ia pun teringat dengan buruk sangkanya kepada pria muda yang shalat sambil duduk. Kini ia pun shalat sambil duduk. Tidak tanggung-tanggung 2 bulan lamanya.

Kisah di atas mengingatkan saya pada kejadian yang saya alami ketika berada di tanah suci. Pada saa akan berangkat dari Madinah menuju Makkah, saya menderita sakit perut yang hebat. Entah berapa kali saya BAB. Hal itu sangat mengganggu aktivitas saya dalam beribadah. Tapi saya hanya bisa pasrah setelah sebelumnya minum obat.

Sesampainya di Makkah alhamdulillah saya sembuh dari sakit perut saya. Saya dan rombongan umrah saya berangkat dari hotel menuju Baitullah menggunakan bis. Kami berdesak-desakan di dalamnya. Karena lebih dahulu masuk, saya mendapat tempat duduk. Ketika bis akan berangkat, saya lihat hanya saya yang masih muda duduk di kursi penumpang. Sementara ibu-ibu tua muda banyak yang berdiri. Ada perasaan saya ingin berbagi kursi dengan ibu yang berdiri di sebelah saya. Tapi keengganan saya ternyata jauh lebih besar. Saya merasa baru sembuh dari sakit. Jadi sudah selayaknya saya mendapat tempat duduk itu.

15 menit kemudian kami tiba di masjidil haram. Saat berjalan tak seberapa jauh dari tempat pemberhentian bis menuju masjid, saya merasa perut saya mulas-mulas. Sakit perut itu kembali menyerang saya! Sejak saat itulah saya kembali menderita sakit perut hebat. Seperti yang pernah saya alami sebelum berangkat dari hotel ke masjid.

Hanya karena 15 menit tidak mau berbagi tempat duduk. Hanya karena pikiran negatif saya; saya orang yang layak dikasihani karena baru sembuh. Namun akibatnya saya harus terkapar tak berdaya di tempat tidur. Sepulang dari Umrah, saya beristirahat seharian di hotel; tidak beribadah dan shalat berjamaah di masjidil haram! Padahal sebelumnya saya ingin sekali beri'tikaf di masjid, berlama-lama bermunajat di depan multazam. Saya pun teringat dengan kejadian di bis tadi. Saya hanya bisa beristighfar kepada Allah sambil memegang perut saya yang sakit.

Keesokan harinya saat jam sarapan pagi, saya bercerita kepada pembimbing umrah saya jika saya sakit perut lagi. Beliau menasehati saya untuk bersabar, shalat dan memperbanyak doa di Baitullah serta meminum air zam zam sambil memohon kesembuhan dari Allah.

Entah kenapa saya merasa nasehat itu begitu meresap ke dalam hati saya sehingga saya pun berdoa, "Ya Allah, saya tidak akan pulang ke hotel sebelum Engkau menyembuhkanku." Doanya mungkin terlihat rada-rada maksa, tapi itulah tekad saya; keyakinan saya bahwa Allah pasti mendengar dan mengabulkan doa saya.

Selepas sarapan pagi itu saya langsung berangkat menuju Baitullah dengan berjalan kaki. Lebih melelahkan daripada saya naik bis tapi lebih cepat sampai.

Di masjid saya sibukkan dengan beribadah. Bila sudah bosan, saya minum zam zam. Kemudian beribadah kembali. Kemudian minum zam zam kembali. Sambil diselingi acara menuju toilet untuk mengurangi sakit perut saya. Sesekali berjalan-jalan melihat-lihat masjidilharam. Alhamdulillah selepas ashar, dengan izin Allah sakit perut saya hilang. Saya pun kembali ke hotel sekedar untuk makan, setelah itu kembali lagi ke masjid.

Demikianlah satu pengalaman ruhani saya ketika berada di Makkah. Sebenarnya masih ada pengalaman-pengalaman lainnya. Tapi cukup satu kisah itu dulu yang ingin saya ceritakan. Hikmahnya, sesungguhnya tanah suci (Makkah dan Madinah) adalah tanah yang diberkahi, tempat yang mustajab, karenanya berpikir positiflah selama berada di dalamnya, perbanyak amal saleh baik kepada Allah maupun kepada manusia. Jangan sungkan-sungkan untuk berbagi kepada sesama. Iringilah segera amal keburukan dengan kebaikan agar segera terhapus amal keburukan itu.

Jumat, 30 Januari 2015

Hari ini Harus Lebih Baik Daripada Hari Kemarin

"Barangsiapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin maka dia orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini lebih sama dengan hari kemarin maka dia orang yang merugi. Barangsiapa yang hari ini lebih buruk daripada hari kemarin maka dia orang yang hina."

Perkataan di atas disampaikan Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah, Khalifah yang dikenal karena kesalehan, keadilan, dan kebijaksanaannya.

Walaupun berkuasa hanya sebentar, yakni 2,5 tahun tapi sudah mampu melakukan terobosan-terobosan penting dalam ilmu dan amal. Dalam bidang ilmu, salah satunya adalah, beliau memelopori pengumpulan hadits. Hal ini mirip seperti apa yang dilakukan kakek buyutnya, Umar bin Khaththab, yang memelopori pengumpulan ayat-ayat Al Quran dalam satu mushaf. Sehingga Umar bin Abdul Aziz sering dijuluki Umar II.

Sedangkan dalam bidang amal khususnya amal sosial, Umar telah mampu mendongkrak perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Beliau telah melampaui pekerjaan yang dilakukan Khalifah-Khalifah Bani Umayah yang berkuasa melebihi waktunya berkuasa. Dua setengah tahun masanya berkuasa adalah masa-masa emas Bani Umayah. Standar hidup dan perekonomian rakyat begitu tinggi sehingga jumlah orang kaya jauh lebih banyak daripada orang miskin. Hal ini ditandai dari sedikitnya orang yang mau menerima zakat karena mereka yang sebelumnya mustahik, kini sudah menjadi muzakki. Para pemuda yang belum menikah karena alasan ekonomi, oleh pemerintah diberikan dana pernikahan plus rumah, kendaraan, dan modal usaha yang cukup besar untuk masa depan keduanya.

Istri Umar menggambarkan Umar sebagai orang yang takut kepada Allah, zuhud, dan wara. Jarang ditemui pemimpin seperti ini dimasa sebelum dan sesudahnya. Kekuasaannya yang membentang dari Asia hingga Afrika tidak menjadikannya pemimpin yang sombong dan arogan. Beliau dekat dengan rakyat, berpakaian sederhana, dan jauh dari kemewahan. Tapi cerita beliau sebelum berkuasa dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita. Bagaimana seorang yang sebelumnya dikenal sebagai sosok pangeran yang hidup dalam kemewahan kini hidup dengan sangat sederhana bahkan cenderung "menderita" karena kekuasaan yang diembannya. 

Hijrah menjadi lebih baik, itulah yang menjadi pilihan Umar saat ini. Kekuasaan yang diembannya membuatnya berpikir untuk hidup lebih baik; lebih takwa, lebih takut kepada Allah. Karena dirinya akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah dengan beban tanggung jawab yang lebih besar daripada sebelumnya. Beliau kini tidak hanya memimpin dirinya sendiri dan keluarganya, tapi juga memimpin jutaan rakyatnya.

Suatu hari istri Umar bertanya kepada Umar, "Ya Suamiku, apa yang sebenarnya membuat engkau berubah sedemikian rupa?"

Umar menjawab, "Aku memiliki jiwa yang tidak pernah puas, setiap yang kuinginkan selalu dapat kucapai, tetapi aku menginginkan sesuatu yang lebih baik lagi yang tidak ternilai dengan apapun juga yakni surga, surga adalah impian terakhirku."

Itulah makna hijrah secara hakiki; menjadi insan yang lebih baik daripada hari-hari sebelumnya. Seseorang dikatakan berhijrah bila telah memenuhi 2 syarat: Pertama, ada sesuatu yang ditinggalkan. Kedua, ada sesuatu yang dituju. Kedua-duanya harus dipenuhi oleh seorang yang berhijrah. Yaitu meninggalkan segala hal yang buruk, negatif, maksiat menuju keadaan yang lebih baik, positif, dan kondisi yang kondusif untuk menegakkan ajaran Islam.

Perubahan pada diri Umar setelah menjabat Khalifah telah menjadi bukti nyata atas perkataan beliau di atas. Semoga kita dapat memetik pelajaran dari kisah hijrahnya Umar di atas.

Kamis, 29 Januari 2015

Menikmati Secangkir Kopi

Saya termasuk orang yang senang minum kopi. Tidak terlalu banyak sih. Cukup secangkir saja di pagi hari. Srupuut.

Kopi yang paling senang saya minum adalah kopi ditambah sedikit kream dan gula. Sebenarnya kopi tanpa gula jauh lebih menyehatkan. Tapi karena ngga kuat dengan pahitnya, saya tambah sedikit gula di dalamnya. Ternyata yang tidak menyehatkan itu karena "gula" bukan karena kopi itu sendiri. Makanya, saya tidak terlalu suka kopi instan dengan campuran gula, susu, atau mocca. Dulu terlalu sering minum jenis kopi ini membuat saya jadi suka batuk. Makanya saya tinggalkan saja.

Satu jenis kopi yang belum saya minum dan ingin saya minum adalah kopi luwak. Kabarnya kopi jenis ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki jenis kopi lainnya. Konon kopi luwak sudah mengalami proses fermentasi secara sempurna di dalam sistem pencernaan hewan luwak. Proses fermentasi luwak mampu meningkatkan kualitas aroma dan rasa.

Sensasinya, kopi ini keluar dari kotoran binatang luwak. Ditambah dengan harganya yang selangit (ratusan ribu hingga jutaan rupiah per kilogramnya). Jadi terkesan ekslusif. Biar mahal banyak dicari orang. Penasaran.

Kembali lagi ke khasiat kopi pada umumnya, saya sudah pernah menulis tentang salah satu khasiat minum kopi, yaitu sangat baik bagi penderita step. Khasiat lainnya kopi dapat mencegah dan mengobati penderita asma. Kafein yang banyak terkandung dalam kopi ternyata mampu membantu merelaksasi sel-sel paru-paru yang mengkerut, yang merupakan penyebab timbulnya asma.

Sehingga, menurut pendapat seorang ilmuwan dari Harvard, para penggemar kopi yang juga mengidap asma akan menikmati sepertiga kali lebih rendah resiko kambuhnya asma mereka daripada mereka yang jarang menikmati jenis minuman ini.

Didapati pula, para peneliti memutuskan melakukan penelitian terhadap kopi sebagai obat alternatif asma ini karena kafein dalam kopi ternyata memiliki karakteristik kimiawi yang sama dengan theophylline yang sudah umum digunakan dalam menangani penyakit asma.

Namun begitu, para peneliti tersebut juga member peringatan, pengaruh yang ditimbulkan dalam mengurangi risiko gejala asma sangat kecil hingga para pakar medis ini menyarankan untuk tidak menggunakan kafein sebagai pengobatan utama.

Di samping khasiat di atas, berdasarkan penelitian yang ada, kopi juga dapat mencegah resiko kanker mulut dan melindungi gigi, mencegah penyakit kanker dan diabetes, pembangkit stamina dan energi ekstra, serta mengurangi rasa sakit kepala.

Jadi, kalau menurut saya, kopi itu termasuk herbal. Jadi insya Allah menyehatkan bila diminum, asal tidak berlebihan. Sehari satu atau dua cangkir saja sudah cukup. Kabarnya Mbah Surip, penyanyi tak gendong kemana-mana, sehari minum kopi sebanyak 20 gelas. Banyak pihak mengatakan, hal itu menjadi salah satu penyebab Mbah Surip meninggal dunia. Organ tubuh dipacu sedemikian rupa padahal ia butuh istirahat.

Bagaimana dengan anda, apakah anda juga termasuk penikmat kopi? Kopi apa saja yang sudah pernah anda minum?

Rabu, 28 Januari 2015

Jangan Meremehkan Dosa karena Akibatnya Pasti Ada

Imam Ibnu Sirin rahimahullah pernah berkata, "Saya menyadari bahwa kesedihan yang saya rasakan ini karena dosa yang menimpa saya sejak empat puluh tahun yang lalu."

Beruntunglah bagi orang yang diingatkan Allah atas kesalahan yang pernah dilakukannya. Karena seringkali tadzkirah itu tidak pernah datang sehingga menjerumuskan manusia ke dalam istidjraj. Dianggap mulia padahal hina. Dianggap tidak ada apa-apa padahal ada apa-apa. Dianggap taat padahal maksiat. Akibatnya ia berjalan tanpa pernah peduli bahwa sesungguhnya perjalanannya itu menuju jurang. Di saat yang tidak ia sadari ia jatuh pada kesengsaraan yang berkepanjangan. Berteriak meminta tolong namun tidak ada yang mau menolong.

Oleh karena itu, disaat Anda kembali diingatkan Allah atas kesalahan yang pernah Anda perbuat. Di mana tiba-tiba saja Allah meletakkan ingatan itu pada benak Anda di saat Anda merenung atas kemalangan yang menimpa Anda, pada hakikatnya hal itu adalah rahmat Allah bagi Anda. Bukan semata dari kemalangan itu sendiri. Ibarat Anda mengingat kembali jawaban atas sebuah pertanyaan dalam soal ujian. Atau seperti Anda memperoleh kembali harta Anda yang hilang padahal Anda sudah mencarinya kemana-mana.

Setelah cahaya petunjuk itu datang, lantas kemudian ia bergerak menuju cahaya itu. Di awali dengan memohon ampun kepada Allah, dan apabila kesalahan itu berhubungan dengan manusia maka ia meminta maaf kepadanya.

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir." (QS. Albaqarah: 286)

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesasatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha pemberi." (QS. Ali Imran: 8)

Sahabatku, itulah doa orang-orang yang beriman. Yang berdoa karena menyadari kelemahan dirinya dihadapan Yang Maha Perkasa. Maka mereka memohon dengan sangat agar mereka selalu dalam petunjuk-Nya. Diingatkan apabila lupa. Apabila lupa, mohon diampuni. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kedudukan seperti mereka yang berdoa itu.

Selasa, 27 Januari 2015

Mengapa Banyak Orang China Ahli Bela Diri?

Saya lihat rata-rata artis cina papan atas seperti Jackie Chan, Jet Li, Chow Yun Fat, Stephen Chow, Samo Hung, dan Donnie Yen pada jago beladiri. Selain bisa main film kungfu, mereka juga bisa main film komedi dan romantis. Kok bisa ya? Apa berlatih beladiri bagi mereka sudah menjadi tradisi sejak kecil?

Dalam situs ini disebutkan http://www.radarbanjarmasin.co.id/…/seni-beladiri-khas-tion… : Bangsa Cina mempunyai filosofi, selalu waspada dimanapun berada. Hal ini membuat mereka wajib menguasai ilmu beladiri. Ini sebagai sarana pembela diri. Bagi bangsa Cina tak ingin pergi merantau tanpa keahlian dan kemampuan membela diri.

Mungkin filosofi seperti inilah yang menjadikan seni beladiri sebagai sebuah tradisi di Cina. Filosofi ini melekat di dalam hati dan pikiran bangsa Cina selama berabad-abad lamanya. Beladiri di Cina dimulai sejak 4000 tahun yang lalu. Jadi bisa dianggap Cina sebagai pelopor beladiri dunia.

Foto dibawah saat saya selesai menyaksikan pertunjukan Kungfu Show di Beijing


Senin, 26 Januari 2015

Tafakur di Great Wall

Saat saya di China (Tiongkok) saya menyaksikan kemegahan dan kedahsyatan Tembok Besar yang kesohor itu. Sejak mengetahuinya pertama kali di waktu SD, saya sudah bercita-cita mengunjunginya suatu saat nanti. Alhamdulillah cita-cita itu pada akhirnya kesampaian juga.



Mengapa saya bilang Tembok Besar itu begitu megah dan dahsyat? Kemegahan dan kedahsyatannya bukan hanya terletak pada bangunannya, tapi juga sejarah pembangunannya yang memakan waktu beberapa generasi. Dimulai dari Zaman Musim Semi dan Gugur (722 SM-481 SM) dan Zaman Negara Perang (453 SM- 221 SM) untuk menahan serangan musuh dan suku-suku dari utara Tiongkok.. Selanjutnya Dinasti Qin, Dinasti Han dan Dinasti Ming.Namun, sebagian besar rupa tembok raksasa yang berdiri pada saat ini merupakan hasil dari periode Ming. Jadi sungguh hebat tempat ini. Kaisar yang satu membangun tembok besar ini. Kemudian diikuti oleh kaisar-kaisar yang berikutnya. Kabarnya, panjang asli tembok ini sejauh lebih dari 8.850 km. Penelitian terbaru malah menyebutkan lebih panjang lagi, yakni 21.196,18 km. Dan kini yang tersisa kurang lebih 5000 km. Tidak terbayangkan oleh saya kalau saya berhasil menjelajahi sejauh itu karena saya hanya sanggup berjalan menelusurinya sejauh 2 km.

Tembok Besar dimasukkan sebagai salah satu keajaiban dunia. Kalau kita buka kamus bahasa Indonesia, keajaiban memiliki arti sesuatu yang sepertinya mustahil terjadi tapi ternyata terjadi. Bercermin dari keajaiban Tembok Besar, ia tercipta bukan dari satu tahun dua tahun tapi tercipta selama ratusan hingga ribuan tahun. Begitupun bila kita mengharapkan keajaiban dalam hidup kita, bukan setahun dua tahun ia mewujud, tapi bertahun-tahun lamanya, seumur hidup kita, kita membangun hidup kita, fokus, kerja keras, semangat, dan doa.

Suatu ketika Imam Ahmad bin Hambal ditanya muridnya, “mataa yajidul abdu tha’marrahah?” “kapan seseorang bisa beristirahat?” Ia menjawab, “Indamaa yatha’u ihda qadamaihi fil jannah” (“Jika kita telah menginjakkan kaki di Surga, maka disanalah kita akan beristirahat”)

Pada kesempatan lain ada yang bertanya kepada Imam Ahmad tentang ketekunannya dalam menuntut ilmu, “Kadang ke Kufah, kadang ke Bashrah, kadang ke Hijaz, dan kadang ke Yaman. Sampai kapan?” Imam Ahmad menjawab, “Bersama mihbarah (wadah tinta) sampai ke maqbarah (kuburan).”

Bila saja Imam Ahmad berhenti menuntut ilmu atau hanya sekedarnya saja, mungkin kita tidak mengenal Kitab Al Musnad Al Kabir karya fenomenal beliau yang berisi lebih dari 27.000 hadits dan beberapa buku yang beliau tulis lainnya. Begitupun yang telah dilakukan oleh ulama-ulama dan tokoh-tokoh besar lainnya. Kesuksesan mereka adalah perjalanan yang tidak berhenti pada satu momen keberhasilan, tapi terus berjalan hingga mereka wafat.

Minggu, 25 Januari 2015

Manusia akan Terlihat Akhlaknya Saat Tengah Menghadapi Ujian dan Cobaan

Rasulullah Saw. melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan (dalam riwayat lain menangisi anaknya yang meninggal). Maka Rasul berkata kepada wanita itu : "Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah."

Maka wanita itu berkata: "Engkau tidak merasakan apa yang kurasakan, karena engkau tidak mengalami musibah seperti musibahku".

Anas berkata: "Wanita itu tidak mengetahui bahwa yang menegurnya adalah Nabi."

Lalu dikatakan kepadanya: "Yang menegurmu adalah Rasulullah Saw."

Wanita itu terkejut. Segera dia mendatangi rumah Rasulullah Saw. dan dia tidak mendapatkan penjaga pintu di sisinya.

Wanita itu berkata: "Wahai Rasulullah tadi aku tidak mengenalimu."

Maka Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya sabar itu adalah pada pukulan pertama. " (HR. Muslim)

Penyabar atau tidaknya seseorang terlihat ketika dia sedang menghadapi masalah, apakah dia mampu bersabar di saat itu atau tidak serta bersikap tenang dan terkendali atau tidak,

Sabtu, 24 Januari 2015

Ikhwanul Muslimin yang Saya Kenal (2)

Mungkin buku wirid doa dan dzikir yang paling banyak dibaca aktivis dakwah adalah Al Ma'tsurat yang disusun Imam Hasan Al Banna. Tidak hanya kalangan harokah Ikhwanul Muslimin, tapi juga harokah-harokah lainnya. Saya pernah membaca ust. Ismail Yusanto, juru bicara HTI juga mengamalkan wirid Al Ma'tsurat.

Al Ma'tsurat pada hakikatnya adalah sebuah kitab yang mencakup banyak doa dan dzikir, tidak hanya wirid pagi dan petang. Di dalam Al Ma'tsurat Imam Hasan Al Banna membuat lima pembahasan:

Qismul Awwal (bagian pertama), Al Ustadz Al Banna memberi judul Al Wazhiifah, yaitu berisi wirid pagi dan sore yang berasal dari Al Quran dan As Sunnah. Inilah yang umumnya beredar dan manusia mengenal dan menyebutnya dengan Al Ma’tsurat. Dan, ini pula yang menjadi pembahasan kami dalam buku ini.

Qismuts Tsaani (bagian kedua), berjudul Al Wirdul Qur’aniy (wirid Al Quran), yaitu berisi wirid-wirid berasal dari ayat-ayat pilihan dari Al Quran.

Qismuts Tsaalits (bagian ketiga), berjudul Ad’iyah Al Yaum wal Lailah (doa-doa sehari-hari siang dan malam), seperti doa bangun tidur, doa berpakaian, dan lainnya.

Qismur Raabi’, (bagian keempat) berjudul Al Ad’iyah Al Ma’tsurah fi Haalat Mukhtalifah (doa-doa ma’tsur pada berbagai keadaan).

Bagian kelima, adalah Wirdul Ikhwan (wirid Al Ikhwan), yaitu wirid-wirid ma’tsur yang anjurkan untuk dibaca oleh para aktifis Al Ikhwan Al Muslimun. Di dalamnya terdapat doa rabithah, dia bukan doa ma’tsur melainkan susunan Al Ustadz Hasan Al Banna sendiri, maka jangan sampai ada yang terkecoh.

Semua inilah Al Ma’tsurat itu. Cukup banyak dan panjang, dalam kitab aslinya –khususnya penerbit Maktabah At Taufiqiyah- ada pada hal. 371 – 413, alias memakan 42 halaman dari kitab Majmu’ah Rasail. Sedangkan Al Ma’tsurat yang saat ini beredar dipasaran adalah hanya pada qismul awwal (bagian pertama) saja, yakni terdapat pada hal. 379-388 (hanya sembilan halaman, sudah mencakup wazhifah sughra dan kubra). Mungkin tujuannya biar lebih praktis dan mudah dibawa kemana-mana.

Saudara-saudara saya dari kalangan salafi mengkritik wirid-wirid Al Ma'tsurat karena mencantumkan hadits-hadits lemah, bilangan-bilangan bacaan, misalnya dibaca 3 kali, dibaca 7 kali, dan doa robithoh yang menurut mereka bid'ah yang berasal dari tarekat hashafiyah.

Saya pernah dua kali membaca kitab Al Adzkar karya Imam Nawawi. Kitab ini boleh dibilang kitab induk doa dan dzikir karena memuat banyak sekali doa dari A sampai Z. Saya dapati wirid-wirid di dalam Al Ma'tsurat ada di dalam kitab tersebut. Kalaupun saudara-saudara saya 'membid'ahkan' Al Ma'tsurat, mereka juga seharusnya 'membid'ahkan' kitab Al Adzkar karya Imam Nawawi. Tapi tampaknya tidak mereka lakukan. Mungkin hal ini terjadi karena nama Imam Hasan Al Banna tidaklah sebesar nama Imam Nawawi dalam segi keilmuan seperti penguasaan hadits.

Sedangkan mengenai doa robithoh menurut saya tidak ada yang salah di dalamnya. Doa ini tidak ada salahnya dibaca dan Imam Hasan Al Banna sendiri tidak sedang berdusta dengan mengatakan bahwa doa ini berasal dari Rasulullah Saw. Kalaupun doa ini berasal dari tarekat, maka harus dilihat isi dan maknanya, apakah ada yang menyimpang atau tidak. Kenyataannya isi doa ini sama sekali tidak menyimpang dari syariat.

Al Ma'tsurat telah menggambarkan kepada saya bahwa gerakan Ikhwanul Muslimin pada hakikatnya adalah gerakan rabbani. Gerakan yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan. Gerakan ini bukan semata gerakan pemikiran, tetapi juga gerakan tazkiyatun nafs dengan membiasakan diri membaca wirid-wirid yang ma'tsur. Kader-kadernya tidak hanya berilmu tetapi juga dekat dengan Allah Swt. Tidak hanya fakih tapi juga sufi dalam hakikat yang sebenarnya.

Jumat, 23 Januari 2015

Ikhwanul Muslimin yang Saya Kenal (1)

Saya mengenal gerakan Ikhwanul Muslimin sejak saya duduk dibangku SMP. Saya ingat saat itu kakak saya meminjamkan kepada saya beberapa buku Islam. Di antaranya adalah karya-karya Imam Hasan Al Banna, DR. Yusuf Al Qaradhawi, Syaikh Muhammad Al Ghazali, dan DR. Abdullah Azzam. Di dalam buku-buku yang mereka tulis tergambar akhlak dan fikrah kader-kader Ikhwanul Muslimin.

Dari Imam Hasan Al Banna saat itu saya membaca buku "Wasiat-Wasiat Imam Hasan Al Banna" dan "Al Ma'tsurat". Saya membaca buku Wasiat-Wasiat itu hingga tuntas. Sedangkan doa dan dzikir Al Ma'tsurat kadang saya baca, kadang tidak saya baca. Mungkin karena saya merasa bahwa doa dan dzikir itu tidak begitu penting bagi saya. Saya baru merasakan betapa kuatnya efek yang ditimbulkan dari membaca Al Ma'tsurat pagi dan petang saat saya duduk dibangku kuliah. Saya sering mengamalkan doa dan dzikir di dalamnya. Bila tidak bisa semua dalam sehari, minimal sebagian.

Wasiat-Wasiat Imam Hasan Al Banna mencerminkan gelora ruhiyah beliau guna mewujudkan syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islami). Berikut ini intisari sepuluh wasiat yang ada dalam buku itu:

1. Jika terdengar azan, maka segeralah bangun untuk menunaikan shalat berjamaah walau bagaimanapun keadaan seseorang itu.

2. Perbanyakkan bacaan Al-Qur'an, selalu membuka kitab-kitab untuk menambah ilmu, pergi ke majelis-majelis Ilmu, perbanyakkan zikrullah dan jangan membuang masa dalam perkara yang tidak mendatangkan faedah.

3. Berusaha untuk bertutur dalam bahasa Arab yang Fushah karena Bahasa Arab yang betul (Fushah) adalah lambang (syiar) Islam.

4. Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang pembicaraan sebab hal ini semata-mata tidak akan mendatangkan kebaikan.

5. Jangan banyak tertawa sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (dzikir) adalah tenang dan tentram.

6. Jangan bergurau karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh-sungguh terus-menerus.

7. Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal ini akan mengganggu dan menyakiti.

8. Jauhilah dari membicarakan kejelekan orang lain atau melukainya dalam bentuk apapun dan jangan berbicara kecuali yang baik.

9. Berta’aruflah dengan saudaramu yang kalian temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan ta’awun (kerja sama).

10. Pekerjaan rumah kita sebenarnya lebih bertumpuk daripada waktu yang tersedia, maka manfaatkanlah waktu dan apabila kalian mempunyai sesuatu keperluan maka sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan.

Masya Allah, sepuluh wasiat ini begitu indah bila kita amalkan. Sederhana tapi seolah dapat mewakili di antara banyaknya amal shaleh. Oleh karena itu, setiap kader dakwah Ikhwanul Muslimin berusaha menjalankan sepuluh wasiat ini di manapun ia berada. Mereka bergerak dan bertingkah laku dengan standar yang ketat dan semangat yang kuat. Jadilah jiwa-jiwa mereka menebar manfaat di manapun mereka berada. Yaitu jiwa yang hidup dan rela berkorban. Pengorbanan itu dicontohkan sendiri oleh Imam Hasan Al Banna dengan penembakan terhadap beliau oleh orang-orang yang tidak menyenangi Islam. Pengorbanan juga dicontohkan oleh kader-kadernya yang dihukum gantung, dipenjara, dibunuh, disiksa, seperti yang terjadi pada Sayyid Quthb, DR. Abdul Qadir Audah, Muhammad Farghali, DR. Abdullah Azzam hingga Ahmad Yasin.

Kamis, 22 Januari 2015

Keniscayaan Hadirnya Pemimpin Islam Ditengah Kezaliman

Lahirnya seorang pemimpin yang saleh, adil, dan bijaksana ditengah kezaliman adalah sebuah keniscayaan. Ditengah kezaliman Raja-Raja Bani Umayah, lahirlah Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz. Ketika mengetahui Kekhalifahan dipimpin oleh pemimpin yang adil, Imam Ja'far Ash Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, pemuka dari kalangan Bani Alawi menyerukan kaumnya agar memenuhi seruan Amirul Mukminin, menghentikan pertumpahan darah, dan menjauhi taqiyah.

Ditengah-tengah dominasi Eropa dalam menguasai Yerusalem dan Masjidil Aqshanya, lahirlah sosok panglima yang pemberani, mujahid yang saleh, dan sultan yang adil; Shalahuddin Al Ayyubi. Di mana beliau mampu menyusun kekuatan dan menyatukan umat Islam saat itu guna meraih kemenangan dalam menghadapi kaum Salibis yang keji dan bengis. 

Ditengah kemewahan dan kemegahan kekhalifahan Utsmani lahir khalifah yang saleh, zuhud sekaligus panglima perang yang pemberani, sang penakluk Konstantinopel; Muhammad II yang dijuluki "al fatih".

Tidaklah terlalu sulit untuk menyebutkan satu persatu. Tapi akan menjadi panjang ceritanya. Yang ingin saya tekankan disini, berbaik sangkalah kepada Allah. Karena Allah Maha Melihat keadaan hamba-hamba-Nya dan Allah berjanji akan menganugerahkan  kekuasaan kepada orang yang beriman. Mari kita berdoa kepada Allah agar diberi seorang pemimpin yang saleh dan adil. Niscaya akan dikabulkan doa itu. Bisa jadi disaat yang tidak akan lama. Bisa jadi juga nanti baru anak cucu kita yang merasakannya. Biarlah, karena seorang pemimpin yg saleh dan adil adalah warisan berharga bagi kaumnya, melebihi harta dan tahta.

Rabu, 21 Januari 2015

Belajar dari Semangat Menulis Imam Jalaluddin As Suyuthi

Imam Jalaluddin As Suyuthi adalah salah satu ulama yang produktif dalam menulis. Dikabarkan karya tulisnya mencapai 600 judul dalam berbagai disiplin ilmu mulai dari hadits, tafsir, Fiqh, Ushul Fiqh, bahasa Arab dengan berbagai cabang ilmunya, sirah Nabawiyah, dan Tarikh. Jadi boleh dikatakan beliau adalah salah seorang ulama yang paling produktif menulis dalam sejarah Islam.

Begitu usianya menginjak 40 tahun, ia segera mengasingkan diri dari keramaian, dan menunjukkan perhatian dalam bidang karang-mengarang, sehingga hanya dalam waktu 22 tahun saja ia telah membanjiri perpustakaan-perpustakaan Islam dengan karya-karyanya dalam berbagai bidang. Beliau berdiam diri di dalam kamar khusus yang di sebut Raudhah Al-Miqyas dan hampir-hampir tidak beranjak dari situ. Ia terus menerus terlibat dalam hal ini hingga akhir hayatnya sesudah menderita sakit dan kelumpuhan total pada tangan kirinya selama seminggu.
****
Imam Jalaluddin As Suyuthi hidup di zaman kekuasaan Islam mulai melemah. Penghancuran kekhalifahan Abbasiyah beserta asset intelektualnya oleh tentara Mongol sedikit banyak telah menyumbang pelemahan ini. Sebagai salah seorang ulama yang memiliki ilmu yang tinggi dan wawasan yang luas, Imam As Suyuthi turut merasakan pelemahan ini. Beliau kemudian terpanggil untuk menghimpun kembali warisan ilmiah umat Islam yang banyak tercecer di berbagai belahan dunia Islam. Beliau melihat warisan ilmiah di masa lampau adalah ibarat harta karun yang sangat bernilai harganya dan bisa digunakan untuk meraih kemuliaan Islam dan kaum muslimin, sebagaimana yang telah diraih pendahulu-pendahulunya. Jika warisan itu tidak diperoleh, berarti umat Islam akan terputus dari sejarah masa lalunya yang sangat istimewa dan berharga itu.

Di masa mudanya beliau begitu gigih dalam menuntut ilmu. Guru tempat beliau menuntut ilmu mencapai ratusan orang dalam berbagai bidang disiplin ilmu. Dari sana beliau banyak memperoleh ilmu yang bermanfaat. Dan lalu ilmu-ilmu itu beliau himpun dalam buku-buku yang beliau tulis. Ada dua hal yang paling menonjol yang tampak dari karya-karya tulis beliau: Pertama, beliau banyak menghimpun kutipan-kutipan atau pendapat-pendapat dari masa lalu yang kemudian beliau gabung-gabungkan sesuai dengan tema buku yang beliau tulis sambil sesekali beliau mengomentarinya. Kedua, beliau banyak meringkas buku-buku yang berjilid-jilid tebalnya hingga satu-dua jilid saja, sehingga umat islam pada umumnya dan para pelajar pada khususnya dapat memperoleh gambaran tentang isi buku aslinya.

Jadi, Imam As-Suyuthi ibarat jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan. Beliau berusaha dengan sekuat tenaga menyelamatkan warisan intelektual umat Islam masa lampau untuk dimanfaatkan di masanya dan masa yang akan datang. Sehingga kemudian banyak umat Islam mengetahui ilmu yang sangat bermanfaat, yang semula disangka "hilang", yaitu dari buku-buku yang beliau tulis.

Hikmah dan pelajaran
Ikatlah ilmu dengan menuliskannya. Demikianlah Sayidina Ali bin Abi Thalib Ra. berkata. Ilmu akan hilang bila kita tidak segera menuliskannya. Imam As Suyuthi telah menjadi contoh bagaimana beliau telah banyak menulis. Dari buku-buku yang beliau tulis itu, beliau telah memberikan kepada kita warisan ilmiah yang melimpah dan bermanfaat. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. bahwa salah satu amal jariyah adalah ilmu yang bermanfaat, maka menulis adalah amal jariyah karena menulis adalah bagian dari ilmu yang bermanfaat. Jadi, sungguh beruntung para penulis itu karena mereka akan mendapatkan pahala yang terus menerus mengalir untuknya meskipun dirinya sudah meninggal dunia.

Selasa, 20 Januari 2015

Pentingnya Melihat Calon Pasangan Hidup Sebelum Melangsungkan Pernikahan

Saat anda ta'aruf dengan tujuan untuk memilih calon pendamping hidup anda, bisa jadi anda akan dihadapkan oleh dua keadaan. Keadaan pertama, anda tidak merasakan getar-getar asmara di dalam diri anda. Anda tidak merasakan calon anda itu menarik perhatian anda. Keadaan kedua, anda merasakan getar-getar asmara saat melihatnya pertama kali, Ibarat bunga-bunga yang menebar keharumannya anda menyenanginya dan merasakannya. Keadaan ini membuat anda mulai merindukannya; mulai terbayang di dalam benak anda wajahnya, ingin selalu bersua dengannya, dan ingin memilikinya.

Bagi saya, "melihat" calon pasangan hidup sebelum melangsungkan pernikahan itu penting. Sebagai salah satu modal untuk melangsungkan pernikahan. Agar semakin kuat pijakan, agar semakin langgeng rumahtangga yang akan dibangun.

Ibarat pepatah mengatakan jangan membeli kucing dalam karung hanya karena anda ingin menundukkan pandangan. Anda akhirnya merelakan begitu saja perasaan anda; cinta atau tidak cinta, suka atau tidak suka. Yang penting menikah!! Ingatlah, anda sedang ta'aruf bukan sedang zina mata! Walaupun sama-sama melihat tapi memiliki niat yang berbeda. Jangan menyesal bila sudah menikah, saat menatapnya pertama kali, anda tidak menyukainya. Anda tidur bersama orang yang anda tidak suka. Anda hidup bersama orang yang anda tidak suka. Bagaimana mungkin ia dapat bertahan lama!

Ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah Saw. memberitahukan bahwa ia akan menikah dengan salah seorang wanita Anshar. Kemudian beliau memerintahkan kepadanya, “Lihatlah dahulu wanita itu!” Ia menjawab, “Tidak Rasul.”

Lalu beliau kembali memerintahkan, “Lihatlah dahulu wanita itu…”

“Lihatlah dulu wanita itu, sebab akan lebih menjamin kelanggengan kalian berdua.” (HR. Muslim, Sa’id bin Manshur, An-Nasa’i, Ath-Thahawi , Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi, hadits ini shahih)

Maknanya menurut Syaikh Nashiruddin Al Albani, agar cinta kasih di antara kalian berdua lebih langgeng.

Senin, 19 Januari 2015

Penampilan Rapi dapat Menyembuhkan Stres

Saya membaca buku "Manajemen Stres" karya DR. Andrew Goliszek. Menurut hasil penelitian ilmuwan itu, salah satu tanda orang yang stres adalah tidak memperhatikan penampilan.

Saya temukan dalam buku-buku sejarah Islam, Rasulullah, para sahabatnya, dan para ulama shalihin sangat memperhatikan penampilan. Misalkan saja memakai pakaian yang rapi, memakai minyak wangi, menyisir rambut, bersiwak, mencukur kumis dan merapikan jenggotnya.

Dari Abu Hurairah Ra., Nabi Saw. bersabda, “Dari Abi Rofi’, ia berkata, bahwa Rasulullah Saw. pada suatu malam berkeliling mengunjungi beberap istrinya (untuk menunaian hajatnya), maka beliau mandi setiap keluar dari rumah istri-istrinya. Maka Abu Rofi’ bertanya, ‘Ya, Rasulullah, tidakkah mandi sekali saja?’ Maka jawab Rasulullah Saw., ‘Ini lebih suci dan lebih bersih.’” (HR. Ibnu Majah dan Abu Daud, derajat haditsnya hasan)
“Lima hal yang termasuk fitrah (kesucian): mencukur bulu kemaluan, khitan, menipiskan kumis, mencabut bulu ketiak dan memotong kuku.” (HR. Bukhari Muslim)

“Barangsiapa yang memiliki rambut maka hendaklah dia memuliakannya.” (HR. Abu Dawud)

“Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku akan memerintahkan kepada mereka untuk bersiwak setiap kali akan shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir Ra., Rasulullah Saw. pernah mengunjungi kami, lalu beliau melihat seorang laki-laki yang mengenakan pakaian kotor, maka beliau pun bersabda, “Orang ini tidak mempunyai sabun yang dapat digunakan untuk mencuci pakaiannya.” (HR. Imam Ahmad dan Nasa’i).
Saya melihat dalam kehidupan sehari-hari, mereka yang berpenampilan rapi lebih siap dan lebih percaya diri dibanding mereka yang tidak memperhatikan penampilan.

Fakta ini mungkin membantu kita dalam mengatasi stres. Bila stres melanda anda jangan biarkan ia mengalahkan anda. Jangan karena stres anda malas mandi, membiarkan barang-barang anda kotor dan berantakan. Justru anda harus melawannya dan melakukan yang sebaliknya. Itu akan membantu anda menyembuhkan stres anda. “Sesungguhnya Allah senang melihat tanda nikmat yang diberikan kepada hamba-hambaNya.” (HR. Tirmidzi dan Hakim)

Semangat Amar Ma’ruf Nahi Munkar Imam Malik bin Anas

Di antara ujian yang dideritanya pada tahun 146 H. adalah Khalifah Abu Ja’far melarangnya menyampaikan hadis yang berbunyi, “Tidak ada thalak bagi orang yang dipaksa.” 

Diam-diam, ada yang mananyakan kepada Imam Malik tentang hadits tersebut, hal ini mendorong sang Imam menyampaikan hadits ini ke khalayak. Mendengar demikian Ja’far bin Sulaiman, Gubernur Madinah memukul Imam Malik 30 kali, dalam riwayat lain lebih 30 kali dan ada yang mangatakan 70 kali, serta ada pula menyebutkan lebih dari itu. Sebagian perawi menyebutkan, penyebab Imam Malik dipukul dikarenakan fatwa, bahwa pengangkatan Abu Ja’far sebagai Khalifah tidak sah karena melalui paksaan.

Namun hukuman demi hukuman yang diderita, tidak membuat Imam Malik turun derajat, bahkan sebaliknya. Dirinya makin menjadi lebih terhormat dan masyhur di mata umat. Al-Hunaini teman Malik menuturkan, “Setelah menderita hukuman pukul, tangan Imam Malik menjadi kaku tidak dapat diangakat. Demi Allah, setelah ia dipukul, ia menjadi lebih terhormat dan lebih besar sehingga seakan-akan pukulan itu menjadi perhiasan baginya.” 

Al-Qarawi menguatkan, “Ketika Malik bin Anas dipukul dan disiksa, orang-orang datang menjenguknya ketika siuman, ia berkata, “Aku jadikan kalian saksi bahwa orang yang memukuliku aku maafkan.” Al-Qarawi melanjutkan, “Pada hari kedua, kami kembali menjenguk. Ternyata ia sudah dapat berdiri, lalu kami ucapkan sesuatu yang telah kami dengar darinya. Dan kepadanya kami berkata, ‘Engkau telah menderita seperti ini.’ Ia bertutur, “Kemarin aku takut meninggal lalu aku berjumpa dengan Rasulullah, dimana aku sangat malu kepada beliau jika sebagian muslim masuk neraka lantaran aku.” 

Al-Mutharrif berkomentar, “Aku dapati bekas cambukan di punggung Malik, aku telah memeriksanya dan nampaknya saat meraka mencambuknya, mereka membuka baju Imam Malik sehingga ia dapat meluruskan sorbannya karena babak belur pada pundaknya. Imam Malik sangat malu pada dirinya, saat pakaian yang menutupi dada dan pahanya terlepas akibat cambukan. Terbukanya paha lebih berat baginya daripada cambukan yang ia derita, ia lebih merasa sakit karena dadanya kelihatan ketimbang karena cambukan.”

Minggu, 18 Januari 2015

Menuntut Ilmu Meskipun Sedang Di Dalam WC

Abdul Halim bin Taimiyah berkata, “Adalah kakek (yaitu Majdudin bin Taimiyah) apabila ia masuk WC, dia berkata kepadaku, 'Bacalah buku ini untukku, keraskanlah suaramu sehingga aku mendengarkannya'." 

Maka Ibnu Rajab mengomentari, “Hal ini menunjukkan akan kuatnya antusias beliau terhadap ilmu, sekaligus semangatnya untuk menggapainya, dan juga penjagaan beliau terhadap waktunya.” (Dzailuth Thabaqatil Hanabilah, Ibnu Rajab, 2/24)

Sabtu, 17 Januari 2015

Ulama ini Sangat Disiplin Menjaga Waktu

Dawud At-Tha’i rahimahullah memakan alfatit (roti yang dibasahi dengan air). Dia tidak memakan roti kering (tanpa dibasahi). Pembantunya bertanya, “Apakah anda tidak berhasrat makan roti kering?” Dawud menjawab, “Saya mendapatkan waktu yang cukup untuk membaca 50 ayat antara memakan roti kering dan basah.” (Sifatus Shafwah, 3/92)

Ibnu Aqil berkata, “Aku menyingkat semaksimal mungkin waktu-waktu makan, sehingga aku lebih memilih memakan kue kering yang dicelup ke dalam air (dimakan sambil dibasahi) daripada memakan roti kering, karena selisih waktu mengunyahnya (waktu dalam mencelup kue dengan air lebih pendek daripada waktu memakan roti kering) bisa aku gunakan untuk membaca dan menulis suatu faedah yang sebelumnya tidak aku ketahui.” (Dia melakukan hal itu supaya bisa memanfaatkan waktu lebih). (Dzailut Thabaqatil Hanabilah, Ibnu Rajab,1/177)

Imam Adz-Dzahabi menyebutkan bahwa Imam Ibnu Aqil telah menulis satu judul kitab dengan tebal 800 jilid. Sebuah maha karya yang belum ada bandingannya dari segi jumlah.

Jumat, 16 Januari 2015

Meskipun Buta, Ulama ini Mampu Menghafal Lebih Dari Seratus Baris Setiap Hari

Abu As Samra Adh Dharir merupakan seorang ulama besar madzhab Asy Syafi’i yang buta. Meski demikian beliau tetap bermujahadah dalam menghafal, dengan cara ditalqin. Hingga dalam setiap harinya beliau berhasil menghafal lebih dari seratus baris.

Karena kepandaian serta toleransinya, meski bermadzhab Asy Syafi’i, ketika beliau berfatwa, maka fatwa disesuaikan dengan madzhab si penanya. (Ad Durar Al Munadzdzam fi Ziyarah Al Jabal Al Muqaththam, hal. 608)

Sering sekali keterbatasan membuat pemiliknya termotivasi dan bersemangat. Dan sering sekali kelebihan membuat pemiliknya terlena sehingga melupakan dan tidak mensyukurinya.

Kamis, 15 Januari 2015

Ketekunan Mengalahkan Kebodohan

Imam Al Muzani sebelum berguru kepada Imam Asy Syafi’i lamban dalam berfikir. Setelah berguru kepada Imam Asy Syafi’i dalam satu hari beliau menghafal seratus baris. Berkali-kali beliau membaca di hadapan Imam Asy Syafi’i kitab Ar Risalah, dan mengulang-ulang selama 50 tahun hingga mendapatkan banyak faidah dari kitab itu.

Imam Asy Syafi’i pun berkata, “Al Muzani sebelumnya lamban berfikir, namun ia mampu menguranginya dengan kerajianannya.” (Ad Durar Al Munadzdzam fi Ziyarah Al Jabal Al Mutahtham, hal. 507)

Batu yang keras apabila ditetesi air terus menerus pada akhirnya akan berlubang juga. Seorang yang mempunyai bakat kecerdasan namun tidak tekun, kecerdasannya itu tidak bermanfaat bagi dirinya kecuali hanya sesaat saja. Ketekunan mengantarkan seseorang pada keberhasilan. Sebagaimana kemalasan mengantarkan seseorang pada kehinaan.

Rabu, 14 Januari 2015

Makan untuk Ibadah

Imam Sufyan Ats-Tsauri suatu malam makan hingga kenyang, kemudian beliau berkata,”Khimar kalau ditambah makanannya, maka kerjanya semakin giat”.

Di kesempatan lain, Imam At Tsauri makan, kemudian setelah selesai beliau menambah lagi, kemudian beliau berdiri melaksanakan shalat hingga shubuh. (Manaqib Ats Tsauri, hal. 49)

Pada kebanyakan orang makan hanya sebatas karena lapar. Tidak ada niat lain selain mengisi perutnya yang kosong. Sebaliknya bagi para ulama saleh, tujuan mereka makan dan minum adalah untuk menguatkan punggung mereka agar mereka dapat beribadah dengan sungguh-sungguh dan berlama-lama kepada Allah Swt.

Selasa, 13 Januari 2015

Wafat Ketika Sedang Menelaah Al Qur’an

Ibnu Babisyadz adalah ulama nahwu juga perawi hadits yang wafat tahun 469 H. Para ulama mengisahkan peristiwa wafat ulama Mesir ini. Kala itu Ibnu Babisyadz melakukan penelaahan terhadap Al Qur’an selama 17 tahun untuk mengkaji makna dan hukumnya di Masjid Amr bin Ash.

Saat itu beliau sampai kepada surat At Takatsur, dan beliau menelaah huruf demi huruf sambil menaiki tangga ke atas atap masjid. Tanpa disangka, tiba-tiba beliau terjatuh dari tangga dan meninggal di waktu itu. Semoga Allah merahmti. (Ad Durar Al Muanadzdzam fi Ziyarah Jabal Al Muqaththam, hal. 283)

Pelajaran dari kisah ini: 
Pertama, mempelajari isi Al Qur'an tidak cukup dilakukan sekali atau dua kali saja, setahun atau dua tahun saja, bahkan ia adalah seumur hidup kita. Karena setiap kali kita membacanya, ia akan memberikan pelajaran berharga.

Kedua, begitu bersemangatnya Imam Ibnu Babisyadz dalam menelaah Al Quran. Hingga sedang naik tangga pun beliau masih menyempatkan diri menelaah Al Quran. Hal ini menunjukkan kecintaan beliau terhadap Al Qur'an. Semoga Allah merahmati beliau.