Selasa, 03 Maret 2015

Syaikh Prof. DR. Musthafa As Siba'i rahimahullah

Beliau adalah ulama Suriah ternama. Pendiri Fakultas Syariah Universitas Damaskus sekaligus juga Muraqib Am Ikhwanul Muslimin cabang Suriah. Beliau meraih gelar doktor dalam ilmu hadits di Universitas Al-Azhar dengan tesis yang berjudul "As-Sunnah wa Makanatuha fit Tasyri’ Al-Islami." Di dalam buku beliau ini terlihat kecintaan yang besar kepada Islam. Semangat beliau berkobar-kobar menghadapi para orientalis. Buku beliau ini menjadi pukulan keras terhadap para orientalis. Kebobrokan orientalis dan penyimpangan-penyimpangannya di bongkar habis sehingga terlihatlah mana yang haq dan mana yang batil. Tidak heran karena dianggap karya ilmiah yang berbobot, tokoh Islam Liberal Dr. Nurcholis Majid menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Indonesia.

Syaikh Musthafa As Siba'i bersama para mujahidin saat menjadi panglima perang melawan zionis Israel

Selain sangat lihai dalam menulis, beliau juga seorang Panglima mujahidin Ikhwanul Muslimin dalam perang melawan Israel. Pada saat itu pertempuran di menangkan oleh mujahidin Ikhwanul Muslimin yang membuat kaget Israel dan sekutunya. Israel, melalui antek-anteknya di Mesir, melakukan politik adu domba antara pemerintah Mesir dengan Ikhwanul Muslimin bahwa Ikhwan berniat mengkudeta pemerintah Mesir saat itu. Sehingga terjadilah penangkapan besar-besaran terhadap anggota Ikhwan. Dan terputuslah gelombang jihad besar-besaran yang sempat dimenangkan Ikhwanul Muslimin. Hasbunallah wa ni'mal wakil.

Tujuh tahun lamanya, Musthafa melewatkan hari-hari bersama penyakitnya, akhirnya hari Sabtu tanggal 3 Oktober 1964, ia meninggal dunia di kota Himsh. Jenazahnya diiringi rombongan besar orang dan disholatkan di Masjid Jami’ Al-Umawi, Damaskus.

Dr. Husni Huwaidi berkata tentang kondisi As-Siba’i sewaktu sakit. “Saya melihatnya ketika sakit, bersandar pada tongkat, berjalan di pagi dan sore hari menuju masjid, pada saat orang-orang sehat dan kuat enggan pergi ke masjid. Betapa sedikitnya orang sakit dan lumpuh, namun ia lebih kuat dari pedang terhunus. Kelestariannya dalam jihad, betapapun ia lumpuh, menderita sakit jantung dan hipertensi, tidak lain dalil nyata dan hujjah jelas bahwa karakter orang ini ialah jihad dan tabiatnya perjuangan, nalurinya pengorbanan, fitrahnya keberanian dan patriotisme.

Bagaimana mungkin riya’ mendapatkan peluang menyusup ke hatinya, futur menemukan jalan mengusik jiwanya dan keraguan menemukan lorong merusak tekadnya? Maha suci Allah yang memberi karunia kepadanya lalu ia mensedekahkannya dan menimpakan ujian kepadanya lalu menjadikannya ridha pada ujian.”

Sehari sebelum wafat beliau menulis tiga buku yaitu Al-Ulama’ Al-Auliya’, Al-Ulama’ Al-Mujahidun, dan Al-Ulama Asy-Syuhada’. Semoga menjadi amal jariyah bagi beliau atas karya-karya beliau ini yang beliau tulis hanya dalam waktu satu hari.

0 komentar:

Posting Komentar