Kamis, 12 Maret 2015

Islam Sebagai Solusi Problematika Kehidupan

"Ketika saya sedang menulis, saya membagi pikiran dan perasaanku ke dalam dua bagian: Satu bagian berupaya mengenal realitas Islam dengan teliti, yaitu kondisi-kondisi yang nampak maupun tersembunyi dari umat kita, dan yang lainnya menyerap arahan-arahan Islam yang sifatnya menyembuhkan penyakit dan memperkuat keberadaan Islam.

Dalam pengenalan itu saya mencoba memilah penyakit-penyakit warisan dari luar sehingga saya tidak sesat jalan. Saya tidak akan kompromi dengan berbagai jenis penampilan-penampilan serupa yang ingin menipuku sehingga saya tidak mampu mengetahui virus-virusnya yang beragam!

Dan dalam upaya mencari obat, saya membedakan ajaran Islam yang berasal dari sumber-sumbernya yang ma'shum dengan perjalanan sejarahnya yang mengalami pasang surut, baik sejarah itu sifatnya politis maupun kebudayaan." (Syaikh Muhammad Al Ghazali rahimahullah)

Kata-kata di atas adalah sebuah renungan yang menusuk relung hati saya. Yang membuat saya menyadari kesalahan saya selama ini. Tentang betapa malasnya saya dalam menuntut ilmu. Tentang waktu yang banyak terbuang untuk hal-hal yang mubah, makruh hingga yang diharamkan-Nya. Padahal kewajiban lebih banyak daripada waktu yang tersedia. 

Betapa bodohnya diri saya! Saat saya mengetahui problematika di dunia modern saat ini, saya tidak dapat menunjukkan kegemilangan Islam dengan memberikan solusi terhadap problematika itu. Karena, saya tidak banyak mengetahui ajarannya! Bahkan mungkin pengetahuan saya tentang diluar Islam jauh lebih banyak daripada ajaran Islam itu sendiri. Maka, bagaimana mungkin yang banyak menggeser yang sedikit! Atau yang sedikit menutupi yang banyak! Bagaimana mungkin saya dapat menunjukkan kegemilangan Islam sementara saya sendiri tidak mengetahui apa yang ada di dalam Islam! Tidak menghafal ayat-ayat-Nya dan Sunnah Nabi-Nya! Malas membaca sejarah dan khazanah ilmu yang ada padanya!

Akibat dari kebodohan akan sumber-sumber Islam, kita tidak mampu berpikir kritis. Kita hanya berputar-putar mencari solusi pada peradaban yang bukan bersumber dari Islam. Padahal peradaban itu sedang bermasalah. Bahkan ada yang mengatakannya sedang kritis! 

Orang-orang saleh dari kalangan ulama begitu mudahnya mensitir suatu ayat atau hadits untuk dijadikan solusi dan inspirasi terhadap problematika yang ada sehingga tampak wujud kegemilangan Islam. Bahwa ternyata peradaban Islam jauh lebih unggul, jauh lebih komprehensif daripada peradaban selainnya. Sehingga umat kemudian menyadari kekeliruannya selama ini. 

Rasulullah Saw. bersabda, "Didiklah anak-anakmu dengan tiga hal: mencintai Nabimu, mencintai keluarganya dan membaca Al-Qur'an. Sebab, orang-orang yang ahli Al-Qur'an itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya beserta para Nabi dan orang-orang yang disucikan-Nya." (HR. Thabrani)

Dr. Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan kandungan hadits ini dalam buku Tarbiyatul Aulad fil Islam jilid 1, "Rahasianya adalah agar anak-anak mampu meneladani perjalanan hidup orang-orang terdahulu, baik mengenai gerakan, kepahlawanan maupun jihad mereka; agar mereka juga memiliki keterkaitan sejarah, baik perasaan maupun kejayaannya; dan juga agar mereka terikat dengan Al-Qur'an baik semangat, metode maupun bacaannya."

Salah seorang sahabat Nabi yang bernama Sa'ad bin Abi Waqqash juga berkata, "Kami mengajar anak-anak kami tentang peperangan Rasulullah Saw. sebagaimana kami mengajarkan surah Al-Qur'an kepada mereka."

Filsuf muslim kenamaan, Imam Al-Ghazali di dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, memberikan wasiat sebagai berikut, "Dengan mengajarkan Al-Qur'an Al-Karim kepada anak-anak, hadits-hadits, hikayat orang-orang baik, kemudian beberapa hukum agama."

Sejarawan terkemuka, Imam Ibnu Khaldun, di dalam Muqadimah-nya, mengisyaratkan akan pentingnya mengajarkan dan menghafalkan Al-Qur'an kepada anak-anak. Ia juga menjelaskan bahwa pengajaran Al-Qur'an merupakan dasar bagi seluruh kurikulum sekolah di berbagai dunia Islam. Sebab, Al-Qur'an merupakan salah satu syiar agama yang dapat menguatkan akidah dan keimanan.

Ahli kedokteran muslim terkemuka, Ibnu Sina, dalam buku As-Siyasah memberikan nasihat agar seorang anak sejak kecil sudah mulai diajari Al-Qur'an. Hal ini dimaksudkan agar ia mampu menyerap bahasa Al-Qur'an serta tertanam dalam hati mereka ajaran-ajaran tentang keimanan.

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (al-Qur’an).” (QS. Al-Nisa’:174).

Maka, untuk meraih kegemilangan itu, mau tidak mau kita harus terus berinteraksi dengan ajaran agama kita. Karena disanalah sumber kegemilangan dan kejayaan. Tidak ada kata terlambat untuk memulai mempelajarinya. Mari kita mulai dari Al Quran, kemudian As Sunnah, kemudian sejarah Islam. Setelah makna-makna ketiganya melekat pada diri kita, maka akan dengan mudah kita memberikan solusi atas setiap problematika yang ada dengan solusi yang benar dan tepat.

0 komentar:

Posting Komentar