Jumat, 27 Februari 2015

Dimana Letak Kejahilan Orang-Orang yang Tidak Beragama?

Apa perbedaan orang yang tidak beragama dengan orang yang beragama? 

Orang yang tidak beragama mendasari keyakinannya pada pikiran manusia, baik diambil dari dirinya maupun dari orang lain. Bila mereka mengutip suatu pendapat dari orang lain maka yang mereka kutip adalah pendapat tokoh-tokoh pemikir seperti psikolog, sosiolog, ekonom, fisikawan, kimiawan, dan sebagainya. Mereka menjadikan pendapat-pendapat itu sebagai syariat dan petunjuk jalan hidup mereka. 

Sedangkan orang yang beragama (baca: Islam), mendasari keyakinannya pada ayat-ayat suci Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya. Mereka menjadikan keduanya sebagai syariat dan petunjuk jalan hidup. Bilapun mereka mengutip pendapat atau pemikiran manusia, maka yang dipilih adalah yang tidak bertentangan dengan Al Quran dan As Sunnah. 

Apa dampak dari dua pemikiran di atas? 

Orang yang tidak beragama pada hakikatnya sedang mendirikan agama baru, yaitu 'agama' yang sesuai dengan keinginan mereka, sesuai dengan hawa nafsu mereka. Agama yang diperoleh dari hasil pemikiran dirinya sendiri dan dikutip dari pendapat tokoh-tokoh yang sesuai dengan keinginan hawa nafsunya sendiri walaupun mereka mengatakan tidak sedang beragama. Maksudnya tidak beragama Islam atau agama-agama yang sudah mapan lainnya. Tidaklah mengherankan bila ada di antara mereka yang mengatakan, "Saya percaya Tuhan tapi tidak percaya pada agama." Maksudnya, "Saya percaya Tuhan tapi tidak percaya pada Al Quran dan As Sunnah sebagai syariat dan petunjuk jalan hidup." Mereka punya tata cara untuk 'mendekatkan' diri pada Tuhan seperti bermeditasi atau menciptakan suatu bentuk tata cara spiritualitas.

Dampak dari pemikiran di atas, mereka tidak punya pegangan yang jelas dan kuat tentang apa yang mereka yakini kebenarannya. Karena pemikiran manusia sering sekali berubah-ubah. Sekarang A besok bila ditemukan sesuatu yang menurut mereka benar secara ilmiah maka dipilihlah B. Bisa saja nanti kembali pada pilihan A. Begitu seterusnya tidak berkesudahan. 'Nabi-Nabi' mereka adalah orang-orang seperti Frederich Nietszhe, Karl Marx, atau Charles Darwin.

Sedangkan orang yang beragama, pemikirannya tampak mudah dan sederhana namun memiliki pegangan yang kuat dan kokoh serta tidak berubah-ubah. Keyakinan seperti ini sudah teruji oleh waktu, sebagaimana telah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul, sejak dari Nabi Adam hingga pada Nabi Muhammad. Para Nabi dan Rasul itu adalah orang-orang yang paling dekat dengan Tuhan karena Tuhan sendirilah yang mengajari mereka syariat untuk mendekatkan diri kepada-Nya. 

Tampak sekali jalan lurus itu pendek dan singkat. Begitu mudah dan sederhana. Tapi ternyata yang sulit dan rumit lebih disukai orang yang tidak beragama. Sehingga, jalan yang mereka lalui pun menjadi sulit.

Bisa saja kita menemukan pengakuan orang-orang yang tidak bahagia tentang betapa bahagianya hidup mereka berdasarkan apa yang mereka yakini. Tapi bacalah riwayat hidup 'Nabi-Nabi' mereka. Kehidupan mereka sama sekali tidak bahagia. Nietszhe mati dalam keadaan gila di rumah sakit jiwa. Sedangkan Karl Marx mati dalam keadaan depresi. Bandingkan dengan hidup Nabi Muhammad dan para sahabatnya yang penuh dengan kebahagiaan dan ketenangan hingga akhir hayat. Bukankah yang mereka (orang-orang yang tidak beragama) cari adalah kebahagiaan hidup di dunia?

Mari kita tadaburi salah satu ayat berikut ini:
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

Yang dimaksud dengan melampaui batas adalah berbuat dosa yang begitu banyak. Saking banyaknya, seolah-olah mereka menganggap bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa itu. Lalu, Allah pun memberikan harapan kepada mereka: Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Selagi nyawa dikandung badan dan selagi Anda mau bertaubat, Allah masih bersedia mengampuni dosa-dosa Anda itu walaupun dosa-dosa itu sebanyak buih dilautan, pasir di pantai atau bintang-bintang dilangit. Karena, Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Maka tampaklah fajar yang menyingsing menghadirkan pahala dan berlalulah malam yang mengusung bala. Tatkala matahari pahala mulai menyingsing, ia telah sampai pada tujuan dengan selamat, melewati segala bencana dengan penuh kesabaran.

Bukankah nilai-nilai spiritual ini adalah nilai-nilai yang mulia, yang lebih tinggi daripada nilai-nilai manapun? Tapi, mengapa mereka meremehkannya, menjauh darinya, bahkan mengatakan tidak beriman kepadanya? Bukankah hal ini berarti mereka menganggap diri mereka lebih hebat daripada Tuhan? Mereka menganggap bahwa mereka mampu membuat konsep yang lebih hebat daripada konsep Tuhan. Padahal yang ada, mereka hanya menunjukkan kebodohan mereka sendiri, sadar ataupun tidak mereka sadari.

Itulah mengapa Imam Al Ghazali dalam bukunya yang berjudul "al kimya as sa'adah" (kimia kebahagiaan) berkata tentang mereka, "Dan karena manusia bukan hakim yang terbaik dalam kasusnya sendiri, maka untuk menetapkan batasan-batasan apa yang harus dikenakan itu sebaiknya ia konsultasikan masalah tersebut kepada pembimbing-pembimbing ruhaniah. Pembimbing-pembimbing ruhaniah seperti itu adalah para nabi. Hukum-hukum yang telah mereka tetapkan berdasar wahyu Tuhan menentukan batasan-batasan yang mesti ditaati dalam persoalan-persoalan ini. Orang yang melanggar batas-batas ini berarti "telah menganiaya dirinya sendiri", sebagaimana tertulis di dalam Al Quran. Meskipun pernyataan Al Quran ini telah jelas, masih ada juga orang-orang yang, karena kejahilannya tentang Allah, melanggar batas-batas tersebut."

Jadilah mereka orang yang tersesat hidupnya di dunia dan celaka hidupnya di akhirat.Naudzubillahi mindzalik.

Kamis, 26 Februari 2015

Melihat Indonesia dari Luar Negeri (2)

Sudah lazim wisatawan asal Indonesia dikenal sebagai wisatawan yang doyan belanja. Sebagian dari penjualnya sudah fasih berbahasa Indonesia. Hal ini tentu saja membuat calon pembeli akan lebih senang berbelanja ke penjual yang bisa berbahasa Indonesia ketimbang yang tidak bisa.

Berdasarkan laporan perusahaan belanja wisatawan Global Blue Analytics yang dikutip China Daily (hal. 7, edisi 11 juni 2014), ada 5 negara yang terbilang cukup royal dalam rata berbelanja di luar negeri dalam mata uang dollar: 1. Tiongkok $ 1.103, 2. Amerika Serikat $ 876, 3. Indonesia $ 823, 4. Jepang $ 689, dan Rusia $ 482.

Dari data di atas dapat kita lihat, Indonesia berada pada rangking ketiga dalam hal berbelanja di luar negeri. Ini baru sebatas mata uang dollar, belum mata uang real Arab Saudi, Yuan China, Dollar Hongkong, Ringgit Malaysia, Euro Eropa, dan seterusnya, bisa jadi Indonesia berada di peringkat pertama.

Indonesia bersaing menduduki peringkat pertama dengan negara-negara yang jauh lebih maju perekonomiannya. Bandingkan dengan Tiongkok yang pendapatan perkapitanya $ 10.000 per tahun dan PDB nya terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, Amerika Serikat dengan pendapatan perkapitanya $ 49.800, Jepang $ 38.457, Rusia $ 16.690. Bagaimana dengan Indonesia? Ternyata pendapatan perkapitanya baru sampai $ 3.797. Wajar saja negara-negara maju mampu berbelanja lebih banyak daripada negara-negara berkembang karena toh pendapatan perkapitanya jauh lebih besar berlipat-lipat dibanding negara-negara berkembang khususnya Indonesia.

Jadi, uang yang ada di dalam negeri, dihabiskan oleh masyarakat Indonesia untuk dihabiskan berbelanja di luar negeri. Berbeda dengan di Indonesia, 60% mal-mal di Singapura justru berasal dari belanja wisatawan termasuk dari Indonesia. Jadi, negara seperti Singapura kaya bukan dari wisatawan domestik tetapi datang dari wisatawan mancanegara dalam hal ini Indonesia. Di Indonesia walaupun sudah banyak sentra-sentra industri, tapi karena political will pemerintah dan pelaku bisnis travel kurang, hasilnya wisatawan-wisatawan mancanegara malah lebih diarahkan ke wisata alam, bukan wisata belanja produk lokal. 

Karena banyaknya barang belanjaan, tas pun "beranak pinak". Tadinya hanya bawa satu, kini bawa 2-3. Tadinya bawa 2, kini bawa 3-4. Dan seterusnya hingga pusing sendiri apakah tas bagasi sudah melampaui dari berat yang ditentukan atau belum. Pernah saya lihat seorang ibu terpaksa membongkar tas bagasinya karena kelebihan berat. Kemudian sebagian isinya dia titipkan kepada seorang temannya yang tas bagasinya masih bisa diisi beberapa kilogram lagi.

Melihat dahsyatnya belanja masyarakat Indonesia ini, orang-orang luar berbondong-bondong mendirikan mal-mal. Seperti sebuah lingkaran setan, masyarakat kita di setting untuk menjadi masyarakat yang konsumtif. Shopping center tidak lagi dilihat sebagai pusat belanja semata tetapi telah menjadi pusat rekreasi bagi keluarga, anak-anak dan masyarakat kita pada umumnya. Apakah hal itu juga terjadi pada Anda?

Bandingkan dengan masyarakat Eropa pada akhir pekan lebih suka melakukan adventure atau petualangan ketimbang ke mall. Demikian laporan dari traveltextonline.com.

Pada hakikatnya negara kita adalah negara yang sangat kaya sumber daya alamnya. Tetapi kekayaan itu menjadi hal yang biasa-biasa saja ketika masyarakatnya tidak dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Masyarakat yang konsumtif adalah masyarakat yang membeli barang tidak sesuai dengan kebutuhan dan menerima begitu saja tanpa pernah berpikir untuk menciptakannya. Sumber daya alam kita di ekspor, lalu di jual kembali oleh orang luar ke Indonesia dengan beraneka ragam macam produk dengan harga yang jauh lebih mahal. Merknya merk luar tapi isinya punya kita. Kita beli suatu produk di luar negeri tapi kenyataannya isinya berasal dari negara kita. Bila seperti ini terus, apa bedanya kita dengan bangsa terjajah?

Rabu, 25 Februari 2015

Melihat Indonesia dari Luar Negeri (1)

Walaupun masih tergolong "muda" bepergian ke luar negeri. Yakni sejak tahun 2013, ingin sekali saya berkeliling dunia. Ya setidaknya setahun sekali saya dapat ke luar negeri. Oleh karenanya saya alokasikan uang saya untuk kesana.

Menurut saya pergi ke luar negeri banyak sekali manfaatnya. Bukan semata berlibur. Lebih dari itu, pergi ke luar negeri bagi saya adalah perjalanan spiritual, yakni melihat keagungan dan kekuasaan Allah melalui penciptaan makhlukNya yang beraneka ragam.

"Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan'." (QS. Al An'am: 11)

"Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menciptakannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu'." (QS. Al Ankabut: 20)

Imam Al Qasimi rahimahullah berkata, "Mereka berjalah dan pergi ke beberapa tempat untuk melihat berbagai peninggalan sebagai nasehat, pelajaran dan manfaat lainnya." (Mahasinut Ta'wil, 16/ 225)

Ridwan Kamil, walikota Bandung, sudah berkeliling ke 150 kota di dunia. Dan lihatlah hasil yang ia dapatkan dari perjalanan itu. Sebagaimana penuturannya sendiri, pembangunan beberapa fasilitas di kota Bandung banyak terinspirasi dari hasil perjalanan itu.

Ketika saya berada di luarnegeri ada kesan yang berbeda dalam melihat kondisi negara saya sendiri. Kadang saya membanding-bandingkan negara yang saya kunjungi dengan negara saya sendiri; mengapa bangsa saya tidak semaju bangsa lain? Faktor-faktor apa yang bisa membangkitkan kemajuan bangsa saya? Mengapa, misalnya, Jepang yang di bom atom oleh Amerika mampu bangkit dari keterpurukan itu dan kemudian menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa yang pernah mengalahkannya dalam perang itu?

Saya melihat di beberapa negara maju yang saya kunjungi, besarnya keteraturan, ketaatan pada hukum, dimana hukuman yang berat menanti bagi sang pelanggar hukum. Mungkin tidak perlu terlalu jauh membandingkan, bila kita mengunjungi Malaysia tidak ada yang merokok ditempat-tempat umum. Bahkan di terminal bis yang kita sudah mafhum di Indonesia para supir dan banyak orang di dalamnya merokok seenaknya sendiri. Asap rokok ditambah asap knalpot sudah menjadi pemandangan umum di terminal-terminal bis di Indonesia. Ini hanya salah satu contoh kecil saja. Untuk memulai seribu langkah dimulai dari langkah pertama. Apabila bangsa kita tidak mampu melakukan kebaikan yang kecil ini saja, apalagi yang besar! Dulu Malaysia banyak belajar dari kita. Mereka mengirimkan banyak pelajarnya untuk bersekolah di Indonesia. Tapi kini keadaan berbalik, banyak pelajar kita yang memilih bersekolah di Malaysia. Sedangkan pelajar Malaysia semakin jauh berkurang, kalaupun mereka belajar lebih baik ke negara-negara yang lebih maju daripada mereka. Bukannya lebih rendah daripada mereka!

Selasa, 24 Februari 2015

Agar Memperoleh Manfaat dan Berkah dari Al Quran

"Tadabbur tidak saja mengharuskan pengetahuan kekuatan akal untuk berpikir, tapi juga harus mengerahkan hati dengan segala kesungguhan untuk dapat meraih pesan-pesan Al-Qur'an. Akal dan hati haruslah dibersihkan dan disucikan dari segala pikiran dan prasangka yang tidak baik sehingga pesan-pesan Al-Qur'an akan mudah mengalir dari langit pikiran dan hati yang kemudian menghujam dan menenteramkan.

Akal dan hati yang terbuka akan memudahkan seseorang menangkap pesan-pesan mulia Al-Qur'an. Sebaliknya, akal dan hati yang sudah diliputi pikiran yang tidak sehat dan hati prasangka buruk hanya akan menutup dan menjauhkan Al-Qur'an dari dirinya. Jika demikian, Al-Qur'an tidak akan memberikan manfaat dan berkah. Justru menjadikannya bertambah jauh dan bertambah pula kesesatannya." (Dari buku Meraih Mutiara Al-Qur'an, hlm. 4 karya Bachtiar Natsir)

Ketika membaca nasehat di atas, saya jadi teringat dengan orang-orang seperti Abu Jahal dan Abu Lahab. Mereka masih kerabat dekat Nabi Muhammad Saw. Tetapi mereka juga sangat dekat permusuhannya dengan Nabi. Mereka bukanlah orang yang tidak mengakui kebenaran Al-Qur'an. Abu Lahab pernah berkata, "Demi Allah! Sesungguhnya aku mengetahui yang dibawanya itu haq. Akan tetapi, ada sesuatu yang menghalangiku (untuk mengikutinya)." Yaitu kesombongan dan kedengkianlah yang menghalanginya untuk mau menerima kebenaran. Mereka merasa bahwa posisi mereka berada di atas Nabi Saw. Ketika mereka melihat bahwa pengaruh Nabi semakin meluas, mereka sangat ketakutan dan menginginkan perluasan itu tidak terjadi. Kemudian mereka melakukan berbagai upaya untuk menghalang-halangi dakwah Nabi. Mereka mencaci, menyiksa, hingga mengobarkan peperangan terhadap diri Nabi dan para sahabatnya. 

Saya juga teringat dengan kaum orientalis yang picik, yang menghabiskan waktunya untuk mengobrak-abrik Islam. Para penjajah Kristen-Yahudi berada dibalik orientalisme itu. Para orientalis itu menghabiskan waktunya bertahun-tahun mempelajari Islam hanya untuk mengetahui celah dalam menghancurkan akidah umat. Bahkan orientalis seperti Snouck Hourgronje pura-pura masuk Islam dan menikah dengan anak seorang ulama hanya untuk melakukan pembusukan ini. Mereka kemudian mengemukakan yang menurut mereka kontradiksi-kontradiksi dalam Islam, melemahkan riwayat yang kuat dan menguatkan riwayat yang lemah, menghina para ulama dan menuduh mereka telah berdusta atas nama Islam. Para orientalis itu berupaya mencabut akar keislaman umat Islam, kalaupun tidak bisa secara fisik, maka secara batin dan pemikiran. Sehingga kemudian umat Islam tidak memiliki akidah yang kuat, mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, memunculkan benih-benih ateisme, dan memiliki kepribadian yang rendah diri terhadap umat lain. 

Apa kurangnya para orientalis itu dalam mempelajari Islam? Mereka mempelajari Islam siang-malam. Tapi hati mereka yang busuk, kedengkian dan kebencian mereka yang mendalam tentang Islam, menghalangi mereka dari menerima Islam. Mereka seperti Abu Jahal dan Abu Lahab; mengakui kebenaran Islam tetapi tidak mau beriman kepadanya. Hal ini terlihat dari pujian-pujian mereka terhadap Islam. Pujian-pujian itu tidak sanggup mereka bendung lagi dari hati dan pikiran mereka sehingga tertulis dalam buku-buku mereka. Mereka berusaha untuk tidak mengatakannya tetapi mereka tidak kuasa karena pada hakikatnya kebenaran Islam tidak mampu mereka tutupi semuanya. Ada saja sedikit banyaknya kebaikan dan kebenaran itu muncul. Sekuat tenaga mereka menyembunyikan hal itu, tetap saja tidak bisa. 

Syaikh Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya berjudul "Al Quran Kitab Zaman Kita" mengatakan: "Dalam penilaian saya, jika bukan karena penganut Masehi (Kristen) tidak menghendaki mengambil hukum Islam, sudah pasti mereka akan mengharamkan minuman keras. Sebab pada kenyataannya, minuman keras banyak dijauhi kaum intelektual di kebanyakan negara, atau paling tidak mereka mempunyai undang-undang yang melarang seseorang meminum minuman keras ketika sedang mengendarai kendaraan bermotor. Mereka mengetahui bahwa kebanyakan kecelakaan di jalanan disebabkan pengemudinya mabuk; peristiwa kriminal dan tingkah laku destruktif lainnya berawal dari mabuk; demikian juga dengan rusaknya alat-alat pabrik disebabkan oleh mabuk. Mereka sebenarnya menginginkan pengharaman minuman keras, tetapi mereka tidak suka mengambil hukum Islam. Seperti poligami, misalnya, mereka sebenarnya mengharapkan hal itu diperbolehkan di kalangan mereka. Tetapi, kebencian mereka terhadap Islamlah yang menjadikan bangsa Eropa (barat -pen) menolaknya."

Apa yang dikatakan Syaikh Muhammad Al-Ghazali, sebelumnya juga terekam dalam benak seorang ilmuwan Barat yang masuk Islam, yaitu Muhammad Asad, yang beliau tulis dalam mukadimah bukunya yang berjudul "Road To Mecca". Bahwa apa yang dilakukan orang-orang kafir Quraisy pada hakikatnya setali tiga uang dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir Barat yang memusuhi Islam. Fakta ini semakin memperjelas karakter asli orang kafir sebagaimana telah diabadikan dalam ayat-ayat Al-Qur'an, seperti yang disebutkan dalam ayat berikut ini: 

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata 'Kami beriman', dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): 'Matilah kamu karena kemarahanmu itu.' Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati." (QS. Ali Imran: 119)

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka..." (QS. Al-Baqarah: 120) 

Apakah akal dan hati kita juga dipenuhi hal yang sama dengan akal dan hati orang-orang kafir dan munafik itu? Bila hingga kini kita belum mendapat hidayah Al-Qur'an, merasakan manisnya iman dan lezatnya ibadah, mungkin disebabkan oleh akal dan hati kita dipenuhi dengan prasangka buruk terhadap Al-Qur'an, Allah, Rasul-Nya, dan Islam secara keseluruhan. Ya Allah, semoga Engkau lapangkan hati ini dari meyakini kebenaran.

Senin, 23 Februari 2015

Konspirasi Israel dalam Melemahkan Kekuatan Umat Islam

Seperti kata Abu Muhammad Al Maqdisi, guru Abu Mush'ab Al Zarqawi dan salah seorang tokoh penting mujahidin Al Qaidah, banyak dari orang-orang bekas anggota dari partai Baats (sosialis) Irak yang sekarang menjadi tokoh penting ISIS.

Diawal perjuangannya, mujahidin dari berbagai kelompok bersatu untuk berjihad melawan Bashar Asad cs. Namun gerak maju mereka tiba-tiba saja dihadang oleh ISIS. ISIS merasa bahwa merekalah yg berhak mewakili kaum mujahidin untuk menyerang Bashar. Mereka adalah wakil sah umat Islam karena telah tegaknya khilafah. Untuk itu mereka memaksa kaum mujahidin untuk berbaiat. Bila tidak, mereka akan membunuhnya dengan cara yang sadis. Oleh karena itulah kaum mujahidin kini berjihad tidak hanya melawan Bashar tapi juga melawan ISIS. Dan hal ini jelas melemahkan dan memperlambat gerak maju kaum mujahidin.

Keberadaan ISIS juga disinyalir untuk mengamankan Israel. Amerika dkk menakut-nakuti negara-negara teluk bahwa ISIS jauh lebih berbahaya. Kemudian negara-negara teluk mulai ketakutan melihat sepak terjang ISIS yang terus merangsek maju hingga ke Irak. Negara teluk yang awalnya mendukung perlawanan terhadap Bashar, kini malah terlihat enggan membantu kaum mujahidin dan lebih terfokus pada ISIS.

Bagaimana dengan Israel? Tampaknya hingga saat ini Israel aman-aman saja. Bahkan beberapa waktu lalu, sebelum roket HAMAS menembus Tel Aviv, kota itu menjadi kota teraman di dunia. Kini kendala yang paling membahayakan bagi Israel hanyalah HAMAS. Karena serangan HAMAS selalu terfokus pada Israel, tidak pada yang lain. Oleh karena itu, HAMAS harus dilemahkan kalau bisa dihabisi.

Kini HAMAS yang notabene Ikhwanul Muslimin cabang Palestina harus berjuang sendiri dalam berjihad melawan Israel. Sementara yang lain disibukkan dengan urusannya masing-masing yang memang secara sengaja diciptakan sedemikian rupa oleh israel dan sekutu-sekutunya.

Minggu, 22 Februari 2015

Khilafah ala ISIS

Pada awal deklarasi berdirinya Khilafah ala ISIS, banyak yang bersimpati pada ISIS. Umat Islam berduyun-duyun datang membaiat Abu Bakar Al Baghdadi alias Ibrahim Awadh. Hal ini terjadi karena dilubuk hati yang paling dalam, umat ini merindukan berdirinya Khilafah itu kembali.

Ketika ada yang mendeklarasikan kekhalifahan itu kembali mengingatkan umat pada kejayaan Islam di masa silam. Di mana pada saat itu para khalifah menjadi poros pemersatu dan kekuatan umat.

Namun seiring berjalannya waktu, mereka yang sudah masuk dan bergabung bersama ISIS, berusaha kabur setelah melihat kekejian ISIS. Ditelinga mereka sudah terbiasa mendengar sebutan "kafir" kepada kaum muslimin yang tidak sependapat dengan ISIS. Bahkan gelar itu juga diberikan ISIS kepada kaum mujahidin diluar ISIS.

Jangan dibilang soal kecintaan orang-orang yang keluar dari ISIS terhadap Islam, karena mereka bergabung dengan ISIS karena menginginkan kembalinya kejayaan Islam. Bukan karena menginginkan harta ghanimah atau fa'i. Tapi semata-mata merindukan apa yang dirindukan dalam lubuk hati mereka.

Semoga Allah menjadikan kita generasi yang menyaksikan kembalinya Khalifah ala minhajin nubuwwah; khalifah yang tegak di atas Al Quran dan As Sunnah.

Sabtu, 21 Februari 2015

Tak Kenal Maka Tak Sayang: Proses Masuk Islam Warga Perancis Setelah Kasus Charlie Hebdo

Jaringan media Perancis, RTL, jumlah warga Perancis yang masuk Islam meningkat 20% daripada tahun sebelumnya. Kasus penembakan Charlie Hebdo justru membuat keingintahuan warga Perancis terhadap Islam semakin besar. Dan setelah mereka pelajari, mereka menemukan keindahan dan kedamaian di dalamnya. Sebagaimana dikutip Islam Memo (14/2/2015), pada Januari 2015 ini, Masjid Paris telah menjadi saksi bersyahadatnya 40 warga Perancis atau naik dibandingkan Januari 2014 yang berjumlah 22 orang.

Sesungguhnya mereka yang datang dengan kebencian pada hakikatnya tidak mengenal Islam itu seperti apa kecuali dari gambaran yang mereka peroleh dari orang-orang yang membenci Islam lainnya. Sedangkan mereka yang ingin tahu lebih jauh apakah benar seperti itu Islam yang dituduhkan penuh kekerasan, biasanya hatinya lapang dan pikirannya hanya diarahkan pada keingintahuannya. Sehingga kemudian mereka memperoleh wujud asli dari Islam itu seperti apa.

Ketika Rasulullah Saw. hendak berdakwah di Thaif, orang-orang melempari Rasulullah Saw. dengan batu hingga berdarah. Sehingga malaikat Allah merasa perlu turun tangan melihat kejadian itu; dua gunung itu akan menghimpit mereka, penduduk Thaif, sebagai balasan atas penyerangan terhadap diri Rasulullah. Namun Rasulullah menolak hal tersebut; mereka hanyalah umat yang tidak memperoleh gambaran yang utuh tentang Islam; mereka hanyalah tidak tahu. Mudah-mudahan mereka kelak memeluk Islam, bila tidak anak cucu merekalah yang memeluk dan menjadi pembela Islam. Demikianlah kira-kira pengharapan Rasulullah Saw.

Dan pengharapan itu kini terwujud menjadi kenyataan. Penduduk Thaif hingga kini 100% adalah muslim. Semoga Allah memberikan hidayah kepada penduduk Perancis sebagaimana Allah memberikan hidayah kepada penduduk Thaif.

Jumat, 20 Februari 2015

Lion Air Delay, Penumpangnya Terlantar

Nonton di TV, 6000 penumpang Lion Air terlantar. Alhamdulillah seumur-umur belum pernah naik Lion Air karena sudah terkenal dengan delaynya.

Pemerintah seharusnya turun tangan mengenai masalah ini. Tampak sekali Lion Air seperti tidak berprikemanusiaan kepada penumpangnya. Ditinggal begitu saja tanpa adanya kepastian yang jelas. Sudah nunggu lama-lama tidak ada makan tidak ada minum. Apalagi dapat hotel sebagai tempat beristirahat.

Menurut aturannya, maskapai yang pesawatnya delay maka penumpang akan memperoleh:
1. Delay lebih dari 60 menit hingga 120 menit, maskapai wajib memberikan makanan ringan (snack).
2. Delay 120-180 menit wajib memberikan makanan berat dan memindahkan penumpang ke penerbangan berikutnya atau badan usaha angkutan udara lainnya bila diminta penumpang.
3. Terlambat lebih dari 240 menit dan penumpang tidak dapat dipindahkan ke penerbangan selanjutnya maka wajib memberikan akomodasi (hotel dan makan), diangkut pada penerbangan berikutnya.

Jadi sudah seharusnya pemerintah menindak tegas maskapai yang tidak jelas ini. Jangan mentang-mentang dekat dengan rezim pemerintahan Jokowi lalu dibiarkan begitu saja tanpa ada sanksi. 

Kamis, 19 Februari 2015

Keadilan untuk LHI

Melihat ribut-ribut KPK vs POLRI mengingatkan saya pada LHI. Membuat saya semakin sedih sekaligus marah. Disini saya sedang bicara keadilan. BW ditangkap selepas dia mengantarkan anaknya ke sekolah. LHI ditangkap saat sedang rapat di kantor PKS dan langsung ditetapkan tersangka. Bedanya, BW ditangkap POLRI, sedangkan LHI ditangkap KPK. Keduanya sama-sama ditetapkan sebagai tersangka dgn cepat. 

Tapi anehnya penetapan tersangka BW dianggap para pendukungnya sebagai kriminalisasi, lalu mengapa pendukung LHI tidak berhak juga mengatakan hal yang sama?! Apa alasan penyidik KPK begitu cepat menetapkan LHI sebagai tersangka? Saya ingat perkataan Johan Budi, itu bagaimana penyidik KPK. Bila dirasa memang harus segera ditetapkan tersangka ya harus segera ditetapkan sebagai tersangka. Begitupun ketika penyidik Polri menetapkan BW sebagai tersangka, ya itukan terserah mereka. Jadi sama saja kan? Bukankah wakil ketua KPK dan ketua umum sebuah partai hingga rakyat kecil sama kedudukannya didepan hukum?


Wahai KPK, kini LHI sedang meringkuk penjara selama 18 tahun! Tidak tanggung-tanggung; hak berpolitiknya juga dicabut! Bandingkan dengan koruptor lainnya yang sudah jelas salahnya dan jauh lebih besar korupsinya, malah dihukum tidak seberapa.

Saya bukanlah seorang pembela LHI tapi saya pembela keadilan. Bila LHI bersalah ya harus dihukum. Tapi sangat tidak benar ia diperlakukan tidak adil. Apalagi bila pada hakikatnya ia tidak bersalah dimata Allah. Hukum Allah-lah yang akan "membalas dendam" kepada orang-orang yang menzaliminya.

Rabu, 18 Februari 2015

Kematian: Bukti Keberadaan dan Kebesaran Allah

Kematian adalah sebuah misteri yang hanya Tuhan yang tahu kapan masanya ia menjumpai makhluk-Nya. Seringkali yang muda lebih dahulu wafat ketimbang yang tua; penjenguk lebih dahulu wafat daripada yang dijenguk; anak lebih dahulu wafat ketimbang orangtuanya; ada yang baru satu kali naik pesawat sudah mengalami kecelakaan dan wafat, sementara yang sudah ratusan kali naik pesawat masih hidup tidak kurang suatu apapun; ada panglima perang yang puluhan kali berperang tapi matinya di tempat tidur. Di sisi lain ada yang baru sekali perang sudah mati duluan.

Kenyataan ini telah membuat banyak orang takut dengan kematian, terutama dikalangan orang-orang kafir. "Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut (mati), disebabkan mereka menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan kete­rangan tentang itu.Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim." (QS. Ali Imran: 151)

Oleh karenanya, mereka selalu berusaha menghindari diri dari berbicara tentang kematian atau menyinggung-nyinggung tema tentang kematian. Bila mereka mendengar tentang kematian, mereka berusaha menjauh darinya. Atau bila ada orang yang berbicara tentang kematian, ia berusaha mengalihkan pembicaraan tersebut. Takut kematian itu sewaktu-waktu akan menimpanya. 

Mengingat kematian artinya mengingatkan manusia tentang dosa-dosa yang telah mereka lakukan, sudahkah mereka memohon ampun dan bertaubat karenanya? Mengingat kematian artinya merenungkan amal saleh yang pernah dilakukan, sudahkah cukup sebagai bekal di hari penghisaban kelak? Mengingat kematian artinya mengingat kehidupan yang harus mereka tempuh selama hidup di dunia, yaitu kehidupan yang lurus, yang Allah ridhai. Kematian telah memisahkan manusia dari kenikmatan dan kemewahan hidup duniawi dan memulai hidup baru yang abadi, surga atau neraka.

Di saat banyak orang yang sombong dimasa hidupnya, namun di saat sakaratul maut terjadi mereka bertekuk lutut, menderita kekalahan total. Ternyata kesombongannya tidak berdaya dihadapan sang maut. Bisa jadi jeda antara kesombongan dengan sakaratul maut hanya beberapa detik atau beberapa menit saja. Kematian adalah bukti kekuasaan-Nya yang tidak terbantahkan lagi.

Selasa, 17 Februari 2015

Dua Sisi dari Nikmat Allah

Indonesia, dari sisi geografis, adalah negara yang unik. Salah satu keunikannya adalah karena ia dikelilingi oleh pegunungan berapi atau yang dikenal dengan istilah ring of fire. Kondisi ini menyimpan dua potensi sekaligus; potensi keindahan, kekayaan, dan kesuburan alamnya, serta potensi bencana. Artinya, dibalik keindahan alam Indonesia tersimpan bencana yang mengerikan, yang sewaktu-waktu akan terjadi. 

Kapankah terjadinya bencana itu? Para ilmuwan sendiri menyebutkan bahwa kejadiannya sulit diprediksi. Hingga saat ini belum ditemukan alat yang mampu memprediksinya. Bila kemudian bencana itu terjadi pada hari ini atau di zaman kita hidup, bolehlah kita merenung diri, mengapa? Seperti saat kita berada di sebuah lapang golf yang luas. Tiba-tiba saja sebuah bola golf mengenai kepala kita. Mengapa mengenai kepala kita, tidak mengenai kepala orang lain? Atau mengapa tidak jatuh pada tempat lain? Saya percaya ini bukan sebuah kebetulan. Bila kita percaya kepada Allah, Sang Maha Pencipta. Tentu sebuah peristiwa datang dengan sepengetahuan-Nya. Daun-daun yang jatuh hingga suara jalan semut, Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahuinya. Apalagi bencana yang menimpa kita, yang jauh lebih besar dan lebih terlihat!

Artinya, setiap peristiwa yang terjadi pada diri kita, sesungguhnya Allah sedang memberikan kabar, entah itu sebuah teguran, ujian, atau laknat sekalipun. Semuanya itu bertujuan agar dapat dijadikan pelajaran oleh siapapun. Kota Pompeii, misalnya, walaupun sejarahnya terjadi ribuan tahun yang lalu tetapi menyimpan pelajaran berharga bagi orang-orang kemudian. Menurut Harun Yahya, daerah di mana kaum Pompeii tinggal dikenal dengan kesuburan dan keindahannya. Namun kaum Pompeii tidak sanggup menerima ujian Allah itu. Mereka berbuat maksiat dan melupakan Tuhan yang memberikan mereka banyak kenikmatan. Akhirnya Allah letuskan gunung berapi di dekat mereka secara tiba-tiba. Binasalah mereka semuanya. Jasad-jasad mereka yang membeku karena abu vulkanik masih bisa dilihat hingga kini. 

Allah telah memberi mereka nikmat yang banyak, namun mereka mengkufurinya. Allah memberi mereka tubuh yang kuat dan dengan tubuh itu mereka mampu membuat gedung-gedung yang tinggi dan megah. Allah juga memberi mereka lahan pertanian dan perkebunan yang subur, namun dengan tiba-tiba Allah musnahkan semua itu dari mereka. Begitu mudahnya Allah melakukannya seperti membalikkan telapak tangan, bahkan lebih mudah lagi.

Begitu sangat dekatnya kenikmatan, seiring dengan begitu dekatnya kengerian bencana. Oleh karena itu, nikmat yang banyak yang Allah berikan kepada kita, bukanlah tolok ukur bahwa Dia mencintai kita. Seperti halnya musibah, pada hakikatnya nikmat itu adalah ujian bagi kita. Jika kita mendapat musibah, Allah menguji kita apakah kita bersabar atau tidak. Jika kita mendapat nikmat, Allah menguji kita apakah kita bersyukur atau tidak.

Jangan seperti tetangga Qarun yang melihat Qarun dan mereka menginginkan seperti apa yang dimiliki Qarun. Mereka melihat Qarun dengan takjub, padahal Qarun adalah orang yang jahat. Mereka melihat Qarun dari segi materi belaka, tetapi buta akan kejahatannya. Kemudian datanglah orang-orang yang ingat akan kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti. Mereka memperingatkan tetangga-tetangga Qarun itu tentang siapa Qarun sebenarnya dan memberikan pelajaran tentang hakikat dunia yang fana ini. Kemudian Allah memperlihatkan kebenaran apa yang dikatakan oleh orang-orang yang berilmu itu. Yaitu mengazab Qarun dengan cara membenamkannya ke dalam tanah. Lalu, tetangga Qarun itu pun sadar dan bertaubat. Mereka berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah).” (QS. al-Qashash: 82).

Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari peristiwa yang sudah terjadi.Rabbanaghfirlana dzunubana... Allahumma a'inni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik.

Senin, 16 Februari 2015

Tidak Merasa Diri Mendapat Cobaan

"Cobaan terberat bagi seseorang adalah jika ia tidak merasa dirinya sedang mendapatkan cobaan, terlebih lagi jika ia sangat bergembira dengan cobaan itu. Misalnya, perasaan bangga dengan harta yang haram dan terus-menerus melakukan dosa sementara ia tahu bahwa hal itu adalah dosa." (Imam Ibnu Al-Jauzy)

Seringkali manusia mampu bersabar dengan kemiskinan, tetapi tidak mampu bersabar dengan kekayaan. Ketika miskin mereka banyak berdoa, beribadah, dan berakhlak mulia. Mereka berharap Tuhan memberi mereka rezeki agar dapat beribadah lebih baik dan lebih banyak lagi. Sedikit Dia memberinya rezeki, betapa senang hatinya. Kemudian mereka berdoa lagi, memohon tambahan rezeki, Allah pun memberi mereka rezeki.

Setelah rezeki itu semakin sering mereka peroleh, semakin lemah semangat mereka dalam berdoa. Dan, akhirnya mereka menjauhi-Nya seolah lupa akan masa lalunya seperti apa. Seolah lupa bahwa Tuhan telah mengangkatnya dari lembah kemiskinan. Mereka menganggap rezeki itu akan datang dengan sendirinya atau semata-mata berasal dari usahanya sendiri.

Kemudian mereka gunakan harta kekayaan itu untuk kemaksiatan dan hal-hal yang tak bermanfaat. Mereka akhirnya masuk ke dalam lingkaran setan yang tak berujung. Setelah menghambur-hamburkan kekayaan, mereka melakukan berbagai tindak kejahatan. Setelah hartanya berkurang, mereka mencuri harta orang lain. Pihak keamanan yang belum menjangkaunya, menjadikan mereka leluasa untuk berbuat korupsi atau melakukan tindak kriminal lainnya.

Seperti halnya Qorun. Dulunya dia adalah pengikut Nabi Musa. Lalu dia berharap Nabi Musa mau berdoa agar Allah menjadikan dirinya sebagai orang kaya. Nabi Musa menasehati Qorun agar senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah, baik ketika miskin maupun kaya. Lalu Nabi Musa pun berdoa dan kemudian Allah mengabulkan doa tersebut, hingga akhirnya Qorun menjadi kaya raya.

Kekayaan itu ternyata telah membuat Qarun lupa dengan nasehat yang disampaikan Nabi Musa. Bahkan kesombongan Qorun semakin menjadi-jadi. Hingga akhirnya Allah menghukum Qorun dengan membenamkan dirinya dan hartanya ke dalam bumi. Qorun telah menjadi fakta sejarah tentang orang yang “tidak merasa dirinya sedang mendapatkan cobaan, terlebih lagi jika ia sangat bergembira dengan cobaan itu.”

Minggu, 15 Februari 2015

Standar Ganda Jaringan Islam Liberal

JIL lewat tokohnya yang bernama Zuhairi Misrawi baru-baru ini menghina KH. Arifin Ilham dengan julukan "penjaja zikir" karena telah memprovokasi umat untuk membenci kelompok syiah. Zikir dan kebencian tdk mungkin bersatu sehingga dakwah yang dilakukan oleh KH. Arifin Ilham lebih pantas disebut sebagai penjaja zikir.

Sejak kapan mereka yang anti ajaran syiah bahkan membencinya dianggap sebagai orang yang menyimpang - dalam kasus KH. Arifin Ilham disebut "penjaja zikir"? Bila memang menyimpang, berarti ulama-ulama besar seperti Imam Syafii, Imam Ahmad, Imam Malik juga menyimpang karena telah memfatwakan sesatnya syiah!

Bila dirunut semakin jauh ke belakang, kelompok syiah-lah yang terlebih dahulu menyebarkan kebencian. Yaitu kebencian mereka kepada para sahabat Nabi dan orang-orang saleh setelahnya.

Mereka menyuruh umat berlaku toleran terhadap umat atau organisasi yang menyimpang. Tapi disisi lain mereka malah menjelek-jelekkan, menghina, dan menganjurkan umat untuk menjauhi umat/organisasi yang memiliki garis perjuangan yang bertolak belakang dari hawa nafsu mereka; yang sudah selayaknya umat Islam berkasih sayang kepada sesamanya dan bertegas keras kepada orang kafir. .

Mereka terkesan toleran padahal mereka adalah pembenci yang paling nyata. Seandainya senjata halal ada pada mereka, sudah mereka bunuh para da'i dan aktivis islam, sebagaimana penuturan Zuhairi sendiri saat menyaksikan pembantaian umat Islam di Mesir.

Marilah kita menjadi bagian dari umat cerdas. Jangan mudah tertipu oleh propaganda sesat mereka. 

Sabtu, 14 Februari 2015

Al Quran yang Menyembuhkan

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman..." (QS. Al-Isra: 82)

"Al Quran itu adalah petunjuk dan obat penawar bagi orang-orang yang beriman..." (QS. Fushshilat: 44)

Para dokter dan psikolog dewasa ini mengungkapkan adanya keterkaitan antara hati (pikiran) dan tubuh. Penyakit-penyakit hati bisa menimbulkan penyakit pada fisik. Stres yang berlebihan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dari menghadapi penyakit yang datangnya dari luar. Sebaliknya, ketika kita tidak stres atau merasa bahagia, sistem kekebalan tubuh kita semakin meningkat. Oleh karena itu sangat berbahaya jika penyakit hati ini dibiarkan begitu saja.

Allah Swt. telah memberi petunjuk tentang salah satu obat mujarab bagi hati yang sakit. Yaitu dengan membaca Al-Qur'an secara teratur. Sekalipun pada saat itu pikiran kita sedang kacau, hati terasa lalai, Al-Qur'an akan memberikan penawarnya. Karena, Al-Qur'an adalah obat penawar (syifa) bagi hati-hati yang gelisah.

Syaikh Sa'id Hawwa dalam buku Jundullah Tsaqafatan wa Akhlaqan berkata, "Bahwa seorang Mukmin, meskipun hatinya lalai dan berpaling dari kitabullah, tetapi jika mereka membiasakan serta memperbanyak baca Al-Qur'an secara teratur dan baik, maka penyakit yang diidapnya akan hilang dengan sendirinya. Sebab, sebagaimana Allah nyatakan, Al-Qur'an adalah obat bagi penyakit hati."

Benarlah apa yang dikatakan Syaikh Sa'id Hawwa itu, saya sangat merasakannya. Yaitu ketika saya jauh dari Al-Qur'an, hati saya jauh dari kebenaran; jauh dari kebaikan. Seolah-olah ada yang hilang dalam diri saya. Tetapi ketika saya mulai membaca Al-Qur'an, mulailah timbul semangat baru dalam hidup saya. Semakin banyak membaca Al Qur'an semakin kuat semangat saya untuk berbuat kebaikan. Itulah efek dari membaca Al-Qur'an, yaitu sebagai syifa (penawar) hati yang sakit, hati yang lalai, hati yang malas dari berbuat kebaikan. 

Tidak ada yang sia-sia dari ayat-ayat Al-Qur'an yang kita baca. Mungkin awalnya dengan sedikit paksaan untuk membacanya atau jiwa ini sebelumnya malas untuk membacanya. Tapi yang terpenting adalah MULAILAH MEMBACANYA di tengah kondisi hati seperti apapun. Jangan pernah tinggalkan Al-Qur'an meskipun hanya sehari saja. Para sahabat Nabi menjadi hebat dan rajin beramal adalah karena setiap harinya membaca Al Qur'an. Ada yang membaca satu hari satu juz, satu hari dua juz, satu hari tiga juz, seminggu khatam, ada juga yang mampu tiga hari khatam seperti yang dilakukan Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu anhuma. Sayidina Utsman bin Affan Ra. pernah mengatakan, sebaik-baik taqarub ilallah adalah dengan membaca Al-Qur'an.

Bagi hati yang merindukan pertolongan Allah, merindukan kebangkitan dan kejayaan, mari mulai membiasakan diri membaca Al-Qur'an secara dawam dan istiqomah. 

Jumat, 13 Februari 2015

Hari Kasih Sayang Antara Islam dan Barat

Seperti halnya ibadah kaum nasrani yang hanya seminggu sekali ke gereja. Mereka menumpahkan kasih sayang hanya pada satu hari saja. Lihatlah kelakuan mereka; siapakah yang memulai perang dunia 1, perang dunia ke 2, menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, membunuh jutaan rakyat Vietnam, pembantaian umat Islam di Afghanistan, Irak, Palestina, dan seterusnya.

Sedangkan umat Islam adalah umat terbaik karena mereka menyeru pada kebaikan, mencegah pada kemungkaran, dan beriman kepada Allah Ta'ala. Kita adalah umat yg diwajibkan beribadah shalat lima waktu sehari, bahkan kita diperintahkan untuk banyak berzikir di saat berdiri, duduk, dan berbaring. Dan kita juga diperintahkan untuk berakhlakul karimah, memiliki adab baik kepada sesama, hewan, maupun tumbuhan. Bila kita menyembelih hewan pun haruslah dengan pisau yang tajam. Tujuannya adalah agar tidak menyiksa hewan. Demikianlah kita berkasih sayang setiap hari, setiap waktu, dan dimanapun kita berada.


Jadi, mau pilih yang mana, Islam atau Barat?

Kamis, 12 Februari 2015

Salah Paham Tentang Dzikir

Ada anggapan sebagian orang, jika orang yang berdzikir tidak mampu menghentikan perbuatan maksiatnya, maka artinya orang itu belum berdzikir. Jika seorang koruptor berdzikir, artinya koruptor itu belum berdzikir.

Anggapan di atas bisa menjerumuskan banyak orang terutamanya orang-orang awam yang baru ingin memulai berdzikir. Bisa-bisa mereka menjadi tidak ingin berdzikir. Hanya gara-gara takut belum bisa menghentikan perbuatan maksiatnya. Dzikir menjadi sesuatu yang menyeramkan dan momok yang menakutkan baginya, bukan sebuah keasyikan dan meraih manfaat yang besar di dalamnya. Kasus ini sama seperti orang yang berpendapat, jilbabkan dulu hati sebelum menjilbabkan diri. Karena hati belum berjilbab juga, akhirnya orang tersebut tidak berjilbab hingga matinya. Padahal perintah berjilbab itu ditujukan pada menutup aurat secara fisik, sedangkan masalah hati adalah urusan dia dengan Allah. Mudah-mudahan saja dengan berjilbab, hati dan perbuatannya akan lebih baik lagi daripada sebelumnya, sebagaimana fisiknya yang sudah mengikuti perintah Allah.

Ketika muslimah sudah berjilbab, tidak mungkin dia berada di tempat-tempat maksiat. Karena jilbab itu membuat dirinya malu hingga akhirnya dia menjauh dari tempat-tempat seperti itu atau dia melepaskan jilbabnya untuk memperturutkan nafsu syahwatnya. Jika begini, mana yang lebih mulia, mana yang lebih bisa menjaga diri, dan mana yang lebih bersih hatinya?

Baik, mari kita kembali ke topik semula, yaitu meluruskan kesalahpahaman tentang dzikir. Saya merasa terpanggil untuk meluruskannya, salah satunya dengan analogi jilbab di atas. Berikut saya sajikan tanya jawab imajiner tentang dzikir. Semoga bermanfaat.

Apakah manfaat dzikir?
Dzikir secara bahasa artinya mengingat. Sedangkan definisi syara’ menegaskan bahwa dzikir berarti mengingat Allah. Berdzikir bisa dengan lisan maupun hati. Lebih afdhol adalah dengan lisan dan hati. Tapi jika tidak bisa keduanya sekaligus, jangan ditinggalkan semuanya. Lakukan yang mudah kita lakukan di awal kita berdzikir. Karena pada hakikatnya dzikir itu memiliki manfaat yang sangat besar bagi orang-orang yang berdzikir. Cukup kiranya saya sebutkan beberapa di antaranya, misalnya dzikir itu dapat memberikan ketenteraman pada hati, memberikan pahala yang besar, menjauhkan diri dari segala kemaksiatan dan kemunafikan.

Jika seorang penjahat berdzikir tapi dia masih berbuat maksiat, apakah dzikir itu tidak berguna baginya? Apakah lebih baik baginya untuk tidak berdzikir agar tidak mengotori makna dzikir itu sendiri?
Dzikir, sebagaimana yang saya sebutkan di atas memiliki banyak manfaat dan semua manfaat itu dapat kita temukan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Tidak ada ketentuan bahwa penjahat tidak boleh berdzikir atau yang boleh berdzikir itu hanya orang yang hatinya sudah bersih dan perbuatannya sudah baik. Perintah berdzikir ditujukan kepada setiap muslim baik tua maupun muda, pria maupun wanita, dari penjahat hingga alim ulama. Maka, setiap ibadah yang sudah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, siapapun orangnya akan mendapat manfaat yang besar di dalamnya.

“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” (QS. Ash-Shaffat 143 – 144)

Artinya, kalau saja Nabi Yunus bukan orang yang banyak berdzikir, niscaya dia akan berada di dalam perut ikan paus hingga hari kiamat. Banyak berdzikir, mengeluarkan orang yang berdzikir dari kesulitan hidup yang dialaminya. Seorang ahli maksiat yang tidak berdzikir, niscaya hidupnya akan berada di perut maksiat hingga hari kiamat.

Syaikh Said Hawwa dalam bukunya, Jalan Ruhani, mengatakan teruslah berdzikir sekalipun pada saat awal dzikir, kita belum merasakan ketenteraman hati. Hingga pada akhirnya nanti, Allah akan memberikan ketenteraman pada hatimu yang sudah merupakan janji-Nya. “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar’Ra’d: 28)

Syaikh Maulana Zakariyya Al-Kandhalawy dalam kitabnya yang berjudul Fadhail Amalmenyebutkan sebuah kisah, sebagai berikut: Mulla Ali Qari berkata, “Seorang murid telah mengeluh kepada gurunya dengan berkata, ‘Aku telah berdzikir, tetapi hatiku tetap lalai’. Gurunya menjawab, ‘Hendaklah kamu teruskan dzikir itu dan bersyukurlah kepada Allah yang telah melimpahkan taufik kepada anggota tubuhmu (lidahmu) untuk menyebut-Nya. Sedangkan untuk kehadiran hati, maka berdoalah kepada Allah Swt..”

Dikisahkan, pada suatu ketika ada orang bertanya kepada Buya HAMKA, “Pak Kyai, ada orang yang rajin shalat tapi kok masih berbuat maksiat, orang yang lain tidak rajin shalat tapi baik hati. Apakah itu artinya shalat itu tidak bermanfaat?” Buya HAMKA menjawab, “Anakku, kalau orang rajin shalat tapi masih maksiat, dia akan lebih banyak berbuat maksiat jika meninggalkan shalat. Sedangkan orang yang tidak rajin shalat tapi baik hati, dia akan jauh lebih baik jika rajin mengerjakan shalat.”

Di dalam kisah ini terlihat, dzikir dan shalat ditempatkan pada tempat yang semestinya. Dzikir hadir dengan membawa ketenangan yang ada di dalamnya. Dzikir bukanlah suatu kegiatan yang menakutkan sehingga harus ditinggalkan. Sehingga orang tidak berani mengerjakan shalat hanya gara-gara masih berbuat maksiat. Pada akhirnya shalat tidak dikerjakan, maksiat jalan terus. Jika shalat tidak lagi dikerjakan maka tiang iman sudah runtuh. Selamat jalan ketaatan dan selamat datang kemaksiatan!

Jadi, apakah yang harus dikerjakan bagi ahli maksiat yang berdzikir?
Berdzikirlah sebanyak-banyaknya. Sesungguhnya dalam hidup ini sering kita lalui dengan proses dan proses itu membutuhkan waktu yang kadang tidak sebentar. Sekali dia berdzikir mungkin dia belum merasakan kelezatannya. Kemudian dia berdzikir lagi, mulailah terasa manfaatnya. Dia berdzikir lagi mulai ada maksiat yang dijauhkannya walaupun tidak semuanya. Terus menerus dia berdzikir hingga ia merasakan kenikmatan di dalamnya, menangis ketika mengingat-Nya, bertaubat di jalan-Nya, senang berbuat baik, dan menjauhi kemaksiatan.

Batu yang keras sekalipun akan berlubang bila di tetesi air sedikit demi sedikit dan terus-menerus. Hati yang keras sekalipun akan luluh dengan cahaya dzikir yang terus menyeruak masuk ke dalamnya. Jangan berhenti berdzikir walaupun engkau belum merasakan kenikmatan di dalamnya. Jangan berhenti berdzikir walaupun masih ada kemaksiatan yang engkau lakukan. Teruslah berdzikir hingga hati menjadi tenteram dan segala kemaksiatan terjauhkan.

Rabu, 11 Februari 2015

Mengapa Mereka Kembali Murtad?

Saya sering membaca berita-berita yang menyebutkan bahwa ribuan hingga puluhan ribu orang kafir di Amerika Serikat masuk Islam. NBC News misalnya, menyebutkan, sekitar 20 ribu warga Amerika masuk Islam setiap tahun. Membaca berita ini membuat hati saya gembira dan bahagia. 

Angka 20 ribu bukanlah angka yang sedikit, apalagi jika ditambah imigran yang sudah beragama Islam. Kalau dipikir-pikir, dengan jumlah sebanyak itu, umat Islam pasti memiliki posisi strategis di Amerika Serikat. Tapi kenapa belum? Mengapa posisi mereka masih kalah strategis dengan kaum Yahudi?

Itulah pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam benak saya. Hingga kemudian saya temukan jawabannya setelah membaca buku "Bahkan Malaikat pun Bertanya" karya Prof. Jeffrey Lang. Beliau adalah seorang mualaf sekaligus guru besar matematika di salah satu universitas di Amerika. Dalam buku tersebut beliau menuturkan sebuah fakta mengejutkan bagi saya dan mungkin jawaban saya selama ini: Banyak mualaf yang kembali menjadi murtad. Penyebabnya ternyata adalah tidak adanya keseimbangan dalam hidup mereka. Mereka memandang bahwa Islam itu jenggot, jubah, dan surban, seperti yang mereka lihat pada diri orang-orang Timur Tengah. Mereka menumbuhkan jenggot dan berprilaku 'ekstrem' dengan berdandan ala Timur Tengah yang mereka anggap tradisi itu adalah pengejawantahan ajaran Islam. Sementara itu tradisi dan budaya mereka berbeda hampir 100% dengan Islam ala mereka. Mereka membenturkan diri pada lingkungan mereka sendiri. Apa yang terjadi kemudian? Mereka kalah dan akhirnya menyerah, yaitu dengan kembali pada ajaran lama mereka (murtad).

Kesimpulannya, sumber utama kemurtadan mereka adalah karena kesalahpahaman mereka dalam memahami ajaran Islam. Islam bukanlah semata jenggot, jubah, atau hal-hal yang berkaitan tradisi Arab lainnya diluar konteks Islam. Ajaran Islam jauh lebih banyak dan lebih besar daripada itu semua. Kesalahpahaman mereka terjadi mungkin karena kurangnya dakwah dikalangan mereka sendiri sehingga mereka melihat Islam apa yang mereka persepsikan sendiri meskipun persepsi itu salah adanya. 

Kesalahpahaman itu menyebabkan mereka berlebih-lebihan atau ghuluw atau tidak adanya sikap yang seimbang dalam hidup mereka. Mereka berpandangan, masuk Islam artinya menjadi ekslusif, menjauh dari bermuamalah dengan orang-orang diluar agama mereka. Rasulullah Saw. bersabda, “Jauhilah oleh kalian sikap berlebih-lebihan, karena sesungguhnya sikap berlebihan itulah yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu majah dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu). Dan terbuktilah kemudian, para mualaf itu dikemudian hari menjadi murtad.