Rabu, 25 Februari 2015

Melihat Indonesia dari Luar Negeri (1)

Walaupun masih tergolong "muda" bepergian ke luar negeri. Yakni sejak tahun 2013, ingin sekali saya berkeliling dunia. Ya setidaknya setahun sekali saya dapat ke luar negeri. Oleh karenanya saya alokasikan uang saya untuk kesana.

Menurut saya pergi ke luar negeri banyak sekali manfaatnya. Bukan semata berlibur. Lebih dari itu, pergi ke luar negeri bagi saya adalah perjalanan spiritual, yakni melihat keagungan dan kekuasaan Allah melalui penciptaan makhlukNya yang beraneka ragam.

"Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan'." (QS. Al An'am: 11)

"Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menciptakannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu'." (QS. Al Ankabut: 20)

Imam Al Qasimi rahimahullah berkata, "Mereka berjalah dan pergi ke beberapa tempat untuk melihat berbagai peninggalan sebagai nasehat, pelajaran dan manfaat lainnya." (Mahasinut Ta'wil, 16/ 225)

Ridwan Kamil, walikota Bandung, sudah berkeliling ke 150 kota di dunia. Dan lihatlah hasil yang ia dapatkan dari perjalanan itu. Sebagaimana penuturannya sendiri, pembangunan beberapa fasilitas di kota Bandung banyak terinspirasi dari hasil perjalanan itu.

Ketika saya berada di luarnegeri ada kesan yang berbeda dalam melihat kondisi negara saya sendiri. Kadang saya membanding-bandingkan negara yang saya kunjungi dengan negara saya sendiri; mengapa bangsa saya tidak semaju bangsa lain? Faktor-faktor apa yang bisa membangkitkan kemajuan bangsa saya? Mengapa, misalnya, Jepang yang di bom atom oleh Amerika mampu bangkit dari keterpurukan itu dan kemudian menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa yang pernah mengalahkannya dalam perang itu?

Saya melihat di beberapa negara maju yang saya kunjungi, besarnya keteraturan, ketaatan pada hukum, dimana hukuman yang berat menanti bagi sang pelanggar hukum. Mungkin tidak perlu terlalu jauh membandingkan, bila kita mengunjungi Malaysia tidak ada yang merokok ditempat-tempat umum. Bahkan di terminal bis yang kita sudah mafhum di Indonesia para supir dan banyak orang di dalamnya merokok seenaknya sendiri. Asap rokok ditambah asap knalpot sudah menjadi pemandangan umum di terminal-terminal bis di Indonesia. Ini hanya salah satu contoh kecil saja. Untuk memulai seribu langkah dimulai dari langkah pertama. Apabila bangsa kita tidak mampu melakukan kebaikan yang kecil ini saja, apalagi yang besar! Dulu Malaysia banyak belajar dari kita. Mereka mengirimkan banyak pelajarnya untuk bersekolah di Indonesia. Tapi kini keadaan berbalik, banyak pelajar kita yang memilih bersekolah di Malaysia. Sedangkan pelajar Malaysia semakin jauh berkurang, kalaupun mereka belajar lebih baik ke negara-negara yang lebih maju daripada mereka. Bukannya lebih rendah daripada mereka!

0 komentar:

Posting Komentar