Kamis, 30 April 2015

Pelajaran Penting dari Para Ulama tentang Qunut Subuh

Seringkali saya dapati beberapa orang yang menjadi makmum pada shalat subuh yang berqunut, tidak mengangkat tangannya seperti layaknya orang yang berqunut. Mungkin alasannya karena mereka berkeyakinan qunut itu bid'ah atau tidak ada dalam shalat subuh. Apakah benar dengan tindakan seperti itu?

Saya termasuk orang yang tidak berqunut dalam shalat subuh. Tapi bila saya menjadi imam ataupun makmum di masjid yang terbiasa qunut subuh, maka saya pun berqunut. Sebagai adab dan penghormatan saya kepada yang berqunut.

Saya menyadari bahwa masalah berqunut atau tidak adalah masalah khilafiyah ijtihadiyah. Jadi tidak perlu panjang lebar diperdebatkan dan merasa diri yang paling benar. Mereka yang berqunut mengikuti mazhab Malikiyah dan Syafi'iyah, sedangkan yang tidak berqunut mengikuti mazhab Hanafiyah dan Hanbaliyah. Keempat mazhab ini adalah mazhab ahlussunnah wal jamaah. Jadi sah mengikuti salah satu di antara kedua pendapat tersebut.

Mereka yang merasa yang paling benar berqunut atau tidak berqunut, hendaknya mencontoh bagaimana para ulama besar beramal terkait dengan khilafiyah ini. Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Jika aku shalat di belakang imam yang berqunut, maka aku akan mengikuti qunutnya itu, dan aku aminkan doanya, semua ini lantaran demi menyatukan kalimat, melekatkan hati, dan menghilangkan kebencian antara satu dengan yang lainnya.”

Asy Syafi’i Radhiallahu ‘Anhu meninggalkan qunut dalam subuh ketika Beliau shalat bersama jamaah bersama kalangan Hanafiyah (pengikut Abu Hanifah) di Masjid mereka, pinggiran kota Baghdad. Berkata Hanafiyah: “Itu merupakan adab bersama imam.” Berkata Asy Syafi’iyyah (pengikut Asy Syafi’i): “Bahkan beliau telah merubah ijtihadnya pada waktu itu.”

Imam Asy Syaukani berkata, “Imam Ats Tsauri dan Imam Ibnu Hazm berkata: “Siapa saja yang melakukannya (berqunut) dan meninggalkannya (tidak berqunut), adalah baik.”

Imam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ al-Fatawa menegaskan hendaknya makmum mengikuti gerakan apapun dari imam, selama masih berada dalam ranah ijtihad. Jika imam berqunut, maka ikutlah berqunut. Sebaliknya, bila imam tidak berqunut maka jangan sekali-kali berqunut sendiri. Ini penting. Karena, keberadaan imam itu untuk ditaati.”Seorang imam (shalat) ditunjuk supaya diikuti,” demikian sabda Rasulullah SAW.

Akan ada banyak perkataan senada dengan perkataan ulama di atas, yang kesemuanya itu menyimpulkan bahwa berqunut atau tidak berqunut saat shalat subuh sama-sama sah.

Apalah kita ini dibandingkan dengan keluasan dan kedalaman ilmu para ulama besar itu. Para ulama itu lebih mementingkan persaudaraan dan persatuan umat ketimbang mementingkan pendapat dari golongannya masing-masing. Imam Sufyan Ats Tsaury berkata, "Jika engkau melihat seorang melakukan perbuatan yang masih diperselisihkan, padahal engkau punya pendapat lain, maka janganlah kau mencegahnya.”

Oleh karenanya, saya jadi heran dengan tindakan orang yang tidak mau berqunut saat shalat subuh berjamaah di masjid yang jamaahnya berqunut, mereka tidak tahu atau mereka mencontoh ulama yang memberi mereka contoh demikian. Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa para ulama telah bersepakat (ijma) tentang hal ini dan kesepakatan ulama adalah berdasarkan pada kebenaran, bukan berdasarkan hawa nafsu. Maka, berqunutlah disaat imam berqunut dan tidak berqunut disaat imam tidak berqunut.

Rabu, 29 April 2015

Hikmah Gempa Di Nepal


Saya mendapatkan foto ini dari seorang teman yang mensharenya di FB. Terkait dengan kejadian gempa Nepal beberapa hari yang lalu. Kabarnya, menurut data terakhir yang saya lihat di TV One, jumlah korban tewas mencapai 5600 orang. Tapi kemungkinan besar terus bertambah karena orang yang belum ditemukan tidak dimasukkan ke dalam korban tewas.

Menurut berita yang banyak di share di FB tersebut, beberapa hari sebelum terjadinya gempa hebat tersebut, di adakan upacara pembantaian hewan terbesar di dunia dalam rangka suatu upacara persembahan kepada dewa-dewa di Nepal. Jutaan pemeluk agama Hindu berduyun-duyun mendatangi lokasi upacara yang digelar tiap lima tahun sekali di Kuil Gadhimai, Dewi Kekuatan, di Bariyarpur, Nepal. Lebih dari 250.000 hewan dibariskan untuk dilakukan pembantaian di acara tersebut. Festival tersebut diakhiri dengan ritual membunuh 5000 kerbau. Ritual itu selesai dilakukan selama dua hari. Hewan-hewan tersebut tidak untuk dikonsumsi, melainkan untuk dijadikan sesajen bagi dewa-dewa mereka.

Membaca berita di atas membuat saya tidak habis pikir. Betapa ngerinya. Betapa dahsyatnya pembantaian tersebut. Dan lebih dahsyat lagi, jutaan orang menyaksikannya secara langsung, tidak merasa apa yang mereka lakukan adalah perbuatan yang sangat buruk. Setiap lima tahun sekali mereka melakukannya. Awalnya tidak terjadi apa-apa atas diri mereka. Mereka anggap dewa-dewa mereka senang menerimanya. Kemudian mereka melakukannya lagi dan lagi dengan penuh suka cita, tanpa merasa bersalah. Padahal Allah sedang memasukkan mereka ke dalam istidraj. Sehingga ketika masanya tiba, Allah mengazab mereka tanpa mereka sadari kedatangannya.

Rasulullah Saw. bersabda, “Jika kamu melihat (suatu keadaan di mana) Allah memberikan kenikmatan dunia pada seorang hamba karena kemaksiatannya, maka hal itu merupakan istidraj.”Kemudian beliau membaca ayat: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44) (HR. Ahmad dan Ath-Thabari)

Allah Swt. berfirman,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41).

Menurut Ibnu Zaid, yang dimaksud kerusakan di darat dan dilautan adalah dosa. Dalam bahasa Arab, agar adalah “li” atau huruf lam untuk menunjukkan makna akibat. Jadi, makna kerusakan pada bagian pertama adalah kekurangan, keburukan, dan penderitaan yang diturunkan oleh Allah di bumi karena perbuatan maksiat hamba-Nya.

Mujahid Ra. berkata, “Sesungguhnya binatang ternak melaknat ahli maksiat dari keturunan Adam. Jika paceklik menimpa dan hujan tidak turun mereka berkata, ‘Ini akibat maksiat yang dilakukan oleh keturunan Adam’.”

Ikrimah Ra. berkata, “Binatang melata dan serangga di bumi hingga kumbang kelapa dan kalajengking berkata, ‘Kami tidak merasakan walau hanya setetes hujan karena dosa-dosa keturunan Adam’.” (Dikutip dari Kitab al-Jawabul Kafi Liman Saala Anid Dawaaisy Syafi karya Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah).

Demikianlah para binatang itu. Mereka tidak bisu terhadap kezaliman yang dilakukan oleh manusia. Hanya saja mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Bukan mereka yang menghukum manusia atas kezaliman terhadap diri mereka. Allah-lah yang akan turun tangan langsung menghukum manusia yang zalim tersebut. Bila ada orang yang masuk neraka gara-gara berbuat zalim kepada seekor anjing, sebagaimana sebuah hadits menyebutkan, apatah lagi ratusan ribu hewan dibantai dan disiksa sedemikian rupa!

Selasa, 28 April 2015

Nikmat Tuhan Manakah yang Kamu Dustakan?

Sahabatku, sudah bertahun-tahun kita hidup, tetapi masih saja ada di antara kita yang tidak merasakan kasih sayang Allah. Mereka berkata: Ahh, mana buktinya Allah sayang pada saya, sudah usia 40 tahun gini saya belum mendapatkan jodoh. Ahh, mana buktinya Allah sayang pada saya, sudah ratusan lamaran kerja saya kirim tapi tak satu di terima. Ahh, mana buktinya Allah sayang pada saya, sudah sepuluh tahun saya berkeluarga belum juga punya anak. Ahh, mana buktinya Allah sayang pada saya, sudah lima kali saya ikut ujian masuk perguruan tinggi tapi tak satu pun ada yang lolos. Ahh, mana buktinya Allah sayang pada saya, sudah tiga kali proposal taaruf saya ditolak oleh akhwat.

Semuanya disalahkan kepada Allah. Tidak pernah berpikir dan mengevaluasi diri, mengapa semua itu terjadi. Bahkan tidak pernah merendah diri dalam menghadap-Nya, beristighfar dan memohon kepada-Nya. Mereka menyangka bahwa ukuran kasih sayang Allah hanya pada hal-hal itu saja. 

Mengapa mereka tidak berpikir, ketika mereka tumbuh dewasa siapakah yang memberinya hidup? Siapakah yang memberinya makan dan minum? 

Mengapa mereka tidak berpikir tentang udara yang selalu mereka hirup setiap hari? Mengapa mereka tidak berpikir tentang mata mereka yang dapat berkedip? Mengapa mereka tidak berpikir tentang kelima indera mereka yang dapat berfungsi dengan baik? 

Mengapa mereka tidak berpikir tentang bumi yang mereka diami ini, yang lapisan kulitnya sangat tipis, yang di bawahnya ada magma yang sedang bergolak-golak, bukankah jika Dia kehendaki Dia dapat meletuskannya hingga menembus lapisan kulit itu? 

Mengapa mereka tidak berpikir tentang benda-benda langit yang bisa saling berbenturan lalu menghantam bumi, jika Dia menghendaki? Kita hidup di tengah-tengah tempat yang sangat rawan dari bencana, tapi karena kasih sayang Allah semuanya itu tidak terjadi. Mengapa mereka tidak berpikir?!

Lihatlah! Rasakanlah! Betapa kebaikan Allah tersebar dimana-mana, mulai dari semut, cacing tanah, hingga gajah. Tetapi mengapa sebagian dari kita menganggap terlepasnya satu nikmat menandakan Allah tidak sayang padanya? Dikemanakan jutaan nikmat-Nya yang lain??

Senin, 27 April 2015

Ketika Umur Kita Bertambah

Ketika ada yang mengucapkan, "Selamat ulangtahun!" kepada kita, sudah seharusnya perkataan itu menjadi renungan bagi kita. Bila umur kita ditakdirkan 60 tahun, dan kini usia kita sudah 35 tahun, itu artinya jatah usia kita tinggal 25 tahun lagi. Begitupun setiap tahun, bukannya bertambah, justru umur kita semakin berkurang. Setiap tahun kita hidup artinya setiap tahun kita semakin mendekat pada kematian.

Seiring bertambahnya umur kita apakah juga bertambah ilmu kita, bertambah amal saleh kita, bertambah kebijaksanaan kita? Ataukah bertambahnya umur kita, bertambah dosa kita, bertambah jauh dari kebaikan, bertambah jauh dari Allah Swt? Basyr bin Al Harits berkata, “Aku pernah melewati seorang ahli ibadah di Bashroh dan ia sedang menangis. Aku bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Ia menjawab, “Aku menangis karena umur yang luput dariku dan atas hari yang telah berlalu, semakin dekat pula ajalku, namun belum jelas juga amalku.” (Mujalasah wa Jawahir Al ‘Ilm, 1: 46, Asy Syamilah). 

Pantas bagi manusia untuk menangisi waktu yang telah berlalu karena pada kenyataannya ia semakin banyak bertumpuk dan tidak mungkin kembali lagi. Pantas bagi manusia untuk menangisi waktu karena di depannya ada surga dan neraka. Bila timbangan amal salehnya lebih banyak maka ia akan ke surga, tapi bila sedikit sudah pasti akan ke neraka. Maka, apakah waktu yang telah berlalu pergi bersama dengan amal saleh atau ia pergi membawa maksiat? 

Minggu, 26 April 2015

Nikmatnya Dunia Tak Sebanding dengan Nikmatnya Qona'ah

Pastilah Anda mengetahui betapa sedikitnya kenikmatan duniawi yang diberikan kepada manusia, jika dibandingkan dengan apa yang dirasakan oleh binatang. Makhluk Allah itu tampaknya lebih banyak menerima kenikmatan daripada yang manusia dapatkan. Binatang bahkan memperolehnya dengan tenang, sedangkan Anda mendapatkannya dengan penuh kekhawatiran. Oleh karena itu, jika bagian harta Anda dilipatgandakan seperti yang Anda kehendaki, maka Anda akan bersama kelompok hewan dan binatang itu.(Imam Ibnu Al-Jauzy)

Selalu merasa tidak puas dengan apa yang ada adalah ciri orang yang serakah. Orang seperti itu menghabiskan waktu untuk meraih materi duniawi. Sementara urusan akhirat dia lalaikan. Dia mampu menata dunia yang fana, tetapi tidak mampu menata akhirat yang baqa.

Bila memberi, pelitnya bukan main. Berpikir seribu kali untung-ruginya. Tetapi bila untuk kesenangan pribadinya, tak segan-segan dia habiskan untuk berbuat maksiat. Setelah itu dia baru menyadari hartanya telah berkurang. Padahal dialah yang menghabiskannya sendiri! Begitulah seterusnya, dia terjebak dalam lingkaran setan yang tak berujung. Untuk menambah hartanya yang hilang itu, dia melakukan hal-hal yang diharamkan. Dia gelisah pada urusan duniawi, tetapi sedikit sekali memikirkan urusan ukhrowi. Bila diingatkan, dia menyingkir dan menjauh seolah baru saja mendengar berita buruk.

Ternyata materi duniawi bukanlah ukuran untuk menunjukkan seseorang mulia atau hina. Bila materi duniawi yang menjadi ukuran, apa bedanya kita dengan kelompok hewan? Bila materi duniawi yang menjadi ukuran, tidak akan ada keadilan. Orang miskin "menyembah" orang kaya karena kehinaan yang melekat padanya. Bila materi duniawi yang menjadi ukuran, tak ada lagi kasih sayang dan berbagi pada sesama.

Tetapi bila takwa yang menjadi ukuran, para raja pun bisa tunduk pada para hamba dan rakyat jelata! Tidak semua orang kaya bertakwa, tetapi semua orang bertakwa itu kaya. Hidup orang bertakwa penuh dengan qonaah sehingga merasa berkecukupan walaupun miskin harta.

Sedangkan orang yang tidak bertakwa selalu merasa kekurangan walaupun kaya harta. Dia memandang kekosongan, tidak memandang apa yang telah ada padanya. Dia memandang kekurangan, tidak memandang apa yang telah Allah berikan kepadanya.

Sabtu, 25 April 2015

Kemandirian dalam Kesederhanaan

Orang yang cerdas mengatur hidupnya di dunia dengan akalnya. Jika hidup dalam kemiskinan, ia berusaha keras untuk menghasilkan rezeki yang mencegahnya dari penghinaan manusia. Ia juga mengurangi kebergantungannya kepada orang lain dengan cara hidup sederhana. Oleh karena itu, ia hidup tenang dan tak pernah mendengar ocehan manusia yang sampai ke telinganya. Ia hidup dengan harga diri di tengah-tengah mereka. Jika hidup dalam kekayaan, ia menggunakan akalnya untuk tidak berlebihan menggunakan hartanya, khawatir suatu saat ia menghajatkan sehingga membuatnya rendah di mata orang lain. (Imam Ibnu Al-Jauzy)

Saya pernah melihat peminta-minta keluar masuk angkutan umum, bis, atau rumah-rumah warga untuk meminta sumbangan. Tubuhnya sehat tetapi menjadi peminta-minta. Tidak malu apalagi terhina. Tetapi di mata orang, martabatnya jatuh, rendah, dan hina. Kenapa tubuhnya yang sehat itu tidak digunakan sebagai modal awal untuk bekerja?

Di pihak lain, saya memiliki seorang tetangga yang sebelah tangannya cacat. Ia hanya mampu menggunakan sebelah tangannya yang satunya lagi. Walaupun begitu dia tetap bersemangat dalam mencari nafkah. Dia tidak pernah meminta-minta bahkan selalu siap menolong jika dimintai bantuan. Orangnya sederhana dan senang beribadah. Semangatnya dalam mencari nafkah, menjadi cambuk untuk diri saya; mengapa orang sehat seperti saya kalah semangatnya dalam mencari nafkah dengan orang yang secara fisik berkekurangan? 

Saya juga melihat di tegah-tengah masyarakat, ada orang kaya yang gemar menghambur-hamburkan hartanya seolah tidak ada lagi hari esok. Atau menggunakan hartanya untuk berbuat maksiat. Saat hartanya habis, ia bisa menjadi orang yang terhina. Teman-teman menjauhinya. Saat miskin itulah dia merasakan jika saat kaya dulu dia tidak pandai bersyukur. Itulah. Seringkali penyesalan datang belakangan.

Sementara orang yang menggunakan akalnya, baik miskin maupun kaya, dia akan hidup sederhana. Dia akan menggunakan hartanya dengan sebaik-baiknya; menginvestasikannya untuk masa depannya dan tidak menghambur-hamburkannya untuk tujuan yang tidak benar. Setiap rezeki yang ia dapat ia syukuri, sebagian ia sedekahkan, bila cukup nisab ia zakatkan. Saat masa susah, ia masih memiliki tabungan untuk menghidupinya. Saat senang, ia tabungkan agar tenang di masa yang akan datang. 

Tidak setiap orang kaya adalah sederhana tapi setiap orang sederhana pasti kaya. Kekayaan dan kemiskinan hanyalah materi, sedangkan ruhnya adalah kesederhanaan.

Jumat, 24 April 2015

Mengapa Syiah Ingin Menguasai Makkah dan Madinah?

Tidak heran bila Saudi menyerang Syiah di Yaman. Disekeliling saudi saat ini sudah dikelilingi negara-negara syiah. Mulai dari suriah, irak, bahrain, yaman, dan sudah pasti iran. Mengapa syiah ingin menguasai Arab Saudi? Karena di sana ada al haramain. Kenapa syiah ingin menguasai al haramain?

Tanah Haramain (Makkah-Madinah) sangat istimewa dan strategis. Nilai spiritual kedua temapt suci ini menembus hati setiap muslim sejati.

Makkah adalah Qiblat kaum muslimin seluruh dunia. Setiap tahun jutaan kaum muslimin berbondong-bondong datang ke Makkah demi melaksanakan ibadah haji atau Umrah. Dan Madinah adalah kota Nabi , sekaligus tempat dimakamkannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Selain itu, nilai politis kedua tanah suci ini sangat tinggi. Siapa saja diberi taufik untuk memakmurkan al-Haramain, maka mereka bisa mempengaruhi opini dan ideologi muslim dunia.

Al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar 52/386 menulis: "Tahukah kalian, apa perbuatan yang pertama kali dilakukan oleh al-Mahdi?" Yang pertama kali dia lakukan adalah mengeluarkan jasad kedua orang ini (Abu Bakar dan Umar), kemudian membakar keduanya dan menerbangkan debunya di udara. Lalu menghancurkan Masjid (Nabawi)".

"Sesungguhnya al-Qa'im (Imam Mahdi Syiah) akan menghancurkan Ka'bah dan Masjid Nabawi, dan mengembalikannya ke asalanya". (Al-Ghaibah, h 282)

Inilah sebabnya, mengapa Iran dan Syiahnya sangat bernafsu merebut Makkah dan Madinah.

Selasa, 21 April 2015

Menjadikan Hinaan Sebagai Cambuk Kebaikan

Imam Al Bukhari di waktu kecilnya sering mendatangi para fuqaha di Marwa. Jika mendatangi mereka, Imam Al Bukhari malu untuk mengucapkan salam.

Sampai pada suatu saat salah satu pendidik di tempat itu bertanya,”Berapa hadits yang engkau tulis hari ini?” Imam Al Bukhari pun menjawab,”Dua”. Maka tertawalah mereka yang berada di majelis tersebut.

Setelah itu, salah satu syeikh mengatakan, "Janganlah kalian menertawainya. Bisa jadi suatu saat ia yang akan menertawakan kalian!” (Siyar A’lam An Nubala, 12/401)

Benar adanya, meski pernah menjadi bahan tertawaan, ketekunan Imam Al Bukhari dalam menuntut hadits sejak di masa kecil membuatnya menjadi ulama besar di dunia Islam.

Sahabat, sering orang menertawakan kita bukan karena kita lucu tapi karena mereka tidak tahu tentang siapa diri kita sebenarnya. Tentang kebaikan yang banyak kita lakukan. Tentang kebaikan yang kita sembunyikan. Tentang betapa bersungguhnya kita dalam menuntut ilmu dan beramal.

Bertahan dan bersabar untuk terus setia di jalan yang selama ini kita tempuh adalah jawabannya. Karena bila kita mundur ke belakang malah menunjukkan ketidakikhlasan kita dalam beramal. Kita menunjukkan amal-amal kebaikan yang banyak kepada orang-orang agar kita dihormati. Kita menunjukkan betapa luasnya ilmu kita agar kita tidak dianggap bodoh.

Imam Ahmad bin Hanbal setiap hari berdoa dengan menyebut satu persatu sahabat-sahabatnya. Imam Ibnu Sirin pada siang hari tertawa, namun tatkala sedang sendirian air matanya mengalir laksana sungai.

Seorang sufi terkenal, Bisyr al-Hafi, sering duduk bersama penjual minyak wangi. Thalhah bin Mathruf, seorang qari terkemuka asal Kufah, setelah melihat bahwa telah banyak orang yang belajar darinya, dia malah berangkat menuju al-A’masy dan belajar darinya, hingga orang-orang lebih condong kepada al-A’masy dan meninggalkan Thalhah. 

Senin, 20 April 2015

Kemuliaan Orang-Orang yang Tawadhu Dihadapan Allah dan Makhluk-Nya

Allah berkata pada hari pembalasan, "Pergilah kepada orang-orang yang kalian ingin mereka melihat amal-amal kalian. Lalu lihatlah! Adakah pahala yang disediakan?" (HR. Ahmad, Al Baghawi, dan Ath Thabrani dengan sanad yang shahih)

Maka, tidaklah mengherankan bila orang-orang saleh berusaha untuk menyembunyikan amal-amal mereka. Imam Sufyan Ats Tsaury tidak menganggap penting amal-amalnya yang dilihat oleh orang lain dan menganggap amalnya yang sesungguhnya adalah amal-amal yang tidak diketahui orang lain.

Imam Ali Zainal Abidin bertahun-tahun bersedekah kepada fakir miskin tanpa ada orang yang tahu. Kaum fakir itu baru mengetahuinya setelah sang imam wafat karena tak ada lagi yang bersedekah kepada mereka.

Pernah suatu ketika Imam Abu Hanifah kepergok sedang shalat malam yang panjangnya dari setelah shalat isya sampai menjelang subuh. Setelah sang Imam tahu ada yang melihatnya sedang shalat, lantas beliau berkata kepada orang tersebut agar merahasiakan apa yang dilihat.

Ada orang saleh yang bertahun-tahun menangis karena takut kepada Allah tanpa diketahui oleh istri yang tinggal bersamanya. Ada orang saleh yang menangis lantas kemudian dilihat oleh banyak orang, tapi beliau malah berkata, "Tidak apa-apa, aku sedang flu." Ada orang saleh lainnya yang berusaha menahan tangis ditengah khalayak ramai walaupun demikian orang lain yang berada bersamanya dapat merasakan bagaimana nafas yang terasa berat dan tubuh yang berguncang menahan tangis tersebut.

Mereka adalah orang-orang yang berusaha menjaga keikhlasan di dalam hatinya. Agar tidak sia-sia amal mereka. Agar Allah memberi mereka pahala bukan menambah mereka dosa. Tidak penting menjadi terkenal dihadapan manusia tapi yang paling penting adalah terkenal dihadapan Allah.

Namun anehnya, meskipun orang-orang saleh itu menyembunyikan amal saleh mereka, tapi Allah membuat mereka terkenal dihadapan manusia. Semakin mereka menjauhi dunia, semakin dunia mengejar mereka. Semakin tidak ingin mereka menjadi orang yang terkenal, semakin terkenal mereka dihadapan manusia. Lihatlah sejarah telah mencatat perbuatan mereka meskipun mereka tidak mempedulikannya. Bila Allah begitu mudah membuka aib manusia meskipun aib itu ditutup rapat oleh manusia. Tentu betapa mudahnya juga bagi Allah untuk membuka kebaikan si fulan dihadapan manusia sebagai rasa cinta-Nya kepada fulan tersebut.

Minggu, 19 April 2015

Ridwan Kamil, Kopiah, dan Sejarah Budaya Bangsa

Kalau melihat foto kang Emil saat jalan bareng dengan Jokowi cs, tampak ada yang berbeda dari kang Emil dari kebanyakan orang yang difoto saat itu. Yaitu kopiah atau peci atau songkok yang dipakainya. Kalau melihat foto-foto sejarah pendiri bangsa, kemana-mana sering pakai songkok atau kopiah. Sebut saja misalnya Soekarno, Hatta, Agus Salim, Natsir, Sutan Syahrir, dan Wahid Hasyim. Mungkin karena inilah kang Emil disangka Presiden Indonesia oleh wisatawan dari Jerman. Karena para wisatawan itu melihat foto-foto pemimpin bangsa ini juga menggunakan songkok.


Menurut laman wikipedia, Songkok, yang disebut juga sebagai peci atau kopiah merupakan sejenis topi tradisional bagi orang Melayu. Di Indonesia, songkok yang juga dikenal dengan nama peci ini kemudian menjadi bagian dari pakaian nasional, dan dipakai tidak hanya oleh orang Islam. Songkok juga dipakai oleh tentara dan polisi Malaysia dan Brunei pada upacara-upacara tertentu. Penutup kepala ini merupakan variasi dari Fes atau Tharbusy yang berasal dari Maroko.

Songkok populer bagi masyarakat Melayu di Malaysia, Singapura, Indonesia dan selatan Thailand. Perlengkapan ini dikatakan berasal dari pakaian yang dipakai di Ottoman Turki. Songkok menjadi popular dikalangan India Muslim dan menurut pakar kemudiannya berangsur menjadi songkok di dunia Melayu.

Sedangkan dari segi bahasa, sebagaimana diungkap oleh Gustaaf Kusno di kompasiana.com, istilah ‘kopiah’ di adopsi dari kata Arab ‘keffieh’, ‘kaffiyeh’, atau ‘kufiya’, namun wujud topi ini sama sekali berbeda dengan tutup kepala orang Melayu ini. Kaffiyeh berbentuk kain katun segi empat yang ditangkupkan di atas kepala dan pola kainnya biasanya berbentuk kotak-kotak kecil seperti jala ikan. Tokoh yang populer mengenakan kaffiyeh ini adalah Yasser Arafat, pejuang Palestina. Sebagaimana kata-kata Arab lain yang diserap ke dalam bahasa Melayu, suara ‘f’ berubah pelafalan menjadi ‘p’, sehingga ‘kufiah’ pun menjadi ‘kopiah’.

Tutup kepala orang Melayu ini ternyata juga dikenal dengan nama ‘peci’. Istilah ini kemungkinan besar ‘diperkenalkan’ oleh penjajah Belanda dengan sebutan ‘petje’, yaitu kata ‘pet’ yang diberi imbuhan ‘-je’ (kebiasaan orang Belanda menambahkan akhiran ‘je’ atau ‘tje’ yang makna harfiahnya ‘kecil’). Namun sama halnya seperti ‘kaffiyeh’, ujud topi ‘pet’ ini sangat berbeda dengan ‘peci’ yang kita kenal sekarang ini. Topi pet ini mempunyai pinggiran pelindung matahari dan biasanya dipakai oleh tentara di daerah operasi. Penamaan yang sebetulnya keliru dari orang Belanda ini, akhirnya malah kita adopsi menjadi kosakata Indonesia. Jadilah ‘petje’ ini menjadi ‘peci’. Sama halnya seperti ‘je’ atau ‘tje’ lainnya, seperti ‘panje’ menjadi ‘panci’, ‘schuitje’ menjadi ‘sekoci’ (perahu penyelamat), ‘laje’ menjadi ‘laci’.

Bagaimana pula dengan istilah ‘songkok’? Dalam bahasa Inggris dikenal istilah ‘skull cap’ ( dari skull = batok kepala, cap = topi). Skull cap ini juga topi yang biasa dikenakan masyarakat di Timur Tengah, bentuknya setengah bundar dan menutupi bagian ubun-ubun (crown) kepala, mirip dengan ‘topi haji’ yang sering dipakai orang di tanah air kita. Di kawasan Melayu yang dahulu dijajah Inggris, istilah ‘skull cap’ ini juga mengalami metamorfosa pelafalan, dari bunyi ‘skol-kep’ menjadi ‘song-kep’ dan akhirnya ‘song-kok’. Istilah ‘songkok’ di tanah air kita cukup populer di zaman Soekarno, namun di masa kini sepertinya agak jarang diucapkan orang. Berbeda dengan di Malaysia dan Brunei, kata ‘songkok’ ini masih sangat galib dipakai dalam wacana sehari-hari.

Begitulah sejarah dan asal usul istilah kopiah, peci, atau songkok telah populer sejak zaman sebelum kemerdekaan. Yang mempopulerkan justru bangsa kita sendiri sehingga melekat pada kebudayaan kita. Bahwa orang melayu, orang Indonesia terkenal dengan kopiahnya. Kalau ada orang pakai kopiah kemungkinan besar itu orang Indonesia atau orang melayu. Benarlah apa yang dikatakan oleh kang Emil, sebagaimana dikatakannya di twitternya, "Saya itu terbiasa berpeci di setiap acara kedinasan. peci adalah simbol nasionalisme. Mohon maaf jika jadi salah paham. lain kali saya akan menyesuaikan."

Pada hakikatnya bukan kang Emil yang salah, tapi tampaknya para pemimpin bangsa saat ini yang tidak terbiasa menggunakan kopiah.

Kamis, 16 April 2015

Rakyat Rusak karena Ulama dan Penguasanya Menyimpang

"Sesungguhnya rusaknya rakyat terjadi karena rusaknya penguasa; dan rusaknya penguasa terjadi karena rusaknya ulama." (Imam Al Ghazali)

Mengomentari pernyataan Imam Al Ghazali di atas, Dr. Adian Husaini berkata, "Maka, renungkan: Jika penguasa saat ini rusak, jangan-jangan, memang bermula dari kerusakan yang terjadi di dunia pendidikan, diawali oleh kerusakan ulama dan cendekiawan!"

Saat ini institusi pendidikan Islam mulai dari madrasah, pesantren, hingga perguruan tinggi sudah mulai banyak disusupi oleh pemikiran Islam liberal oleh kalangan penganutnya. Akibatnya, banyak dari kyai, santri, dan mahasiswa teracuni oleh pemikiran itu. 

Ketika kalangan ulama sudah rusak pemikirannya maka bisikan yang masuk ke telinga penguasa juga ikut menyimpang. Akibatnya lahirlah penguasa yang menyimpang; jauh dari Allah dan Rasul-Nya. Karena penguasa punya kekuasaan, lantas ia gunakan kekuasaannya tersebut untuk merusak rakyatnya. Karena sudah rusak, mereka akhirnya memilih pemimpin yang rusak pula. Dan menghasilkan bibit-bibit ulama yang rusak juga karena para ulama itu asalnya dari rakyat.  

إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّيْنَ

"Sesungguhnya yang aku khawatirkan terhadap umatku tiada lain adalah para pemimpin yang menyesatkan." (HR. al-Darimi dalam Shahihnya dari haidts Tsauban, Imam Abu Dawud al-Thayalisi dari hadits Abu Darda')

Penggunaan kata "innama" secara umum memiliki makna hashar (pembatasan). Ini menunjukkan besarnya bahaya pemimpin penyesat. Pemimpin penyesat adalah pemimpin sesat yang mencakup penguasa perusak, ulama penyesat, dan ahli ibadah yang sesat (ngawur). Keberadaan mereka menggiring umat kepada kesesatan, menghancurkan agama mereka, dan menimbulkan kerusakan dalam kehidupan mereka. Termasuk di dalamnya adalah para du'at (pendakwah dan penceramah); jika mereka menyeru kepada kesesatan maka bahayanya tidak lagi diragukan. Jika masyarakat sudah percaya kepadanya dan yakin dengan ilmunya, maka ia akan merusak akidah dan keimanan mereka. 

Dari Ziyad bin Hudair Radhiyallahu 'Anhu , ia berkata: Umar bin Khathab Radhiyallahu 'Anhu berkata kepadaku: "Tahukan engkau apa yang akan merobohkan Islam?" Aku menjawab: "Tidak (tahu)." Beliau berkata: "Yang akan merobohkan Islam adalah penyimpangan ulama, debatnya munafik dengan Al-Qur'an, dan hukum para pemimpin penyesat." (Atsar Shahihi riwayat Ibnul Mubarak dalam al-Zuhud wa al-Raqaiq, al-Faryabi dalam Sifah al-Nifaq wa Dzam al-Munafikin, Ibnu Abdil Barr dalam Jami' Bayan al-'Ilmi wa Fadhlih, Al-Darimi dan selainnya. Dishahihkan al-Albani dalam al-Misyhkah)

Pernyataan Imam Al Ghazali rahimahullah di atas bisa menjadi testimoni bila ada suatu wilayah, daerah, atau negara yang mana rakyatnya rusak, maka hal itu bisa terjadi karena penguasa dan ulamanya rusak. Apakah sudah terjadi pada negara ini?  

Selasa, 14 April 2015

Prestasi Menyebabkan Orang Jelek Menjadi Menarik

Banyak orang tidak dianugerahi tampang yang menarik tapi ketika berprestasi banyak orang menghargainya, mengelu-elukannya, merindukannya, dan mencintainya.

Bilal bin Rabah, bekas budak Umayah, berkulit hitam legam, adalah salah satu sahabat yang dijamin masuk surga, sangat dicintai Nabi, muadzin Rasulullah.

Atha bin Abi Rabah, berhidung pesek, berkulit hitam legam, berambut keriting, dan berbibir tebal, bekas budak Habibah binti Maisarah bin Abi Hutsaim. Tapi tahukah anda bagaimana akhlak dan ilmunya

Yahya bin Sa’id mengatakan, “Bagi Atha, masjid adalah tempat tinggalnya selama dua puluh tahun. Ia adalah orang yang paling bagus salatnya.”

Suatu ketika Ibnu Umar Ra. datang ke Mekah lalu orang-orang pun datang mengitarinya untuk meminta fatwa, maka Ibnu Umar mengatakan, “Kalian mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan ini kepadaku padahal di sisi kalian ada Atha bin Abi Rabah!!”

Perkataan yang senada pun diucapkan oleh Ibnu Abbas, tatkala ada seseorang yang diutus untuk mengajukan pertanyaan kepadanya, lalu sepupu nabi ini menjawab, “Wahai penduduk Mekah, kalian berkumpul dan meminta fatwa kepadaku padahal di tengah-tengah kalian ada Atha bin Abi Robah.”

Abu Ja’far Al-Baqir mengatakan “Bertanyalah kalian kepada Atha, dia itu orang yang paling baik di antara kita.” Ia juga menuturkan, “Ambillah (ilmu) dari Atha semampu kalian, karena tidaklah tersisa di muka bumi ini seorang yang lebih mengetahui tentang manasik haji selain Atha.”

Ibnu Mas'ud Ra. Perawakannya kurus dan pendek sekali serta kulitnya amat hitam. Selalu berpakaian rapi serta memakai wangi-wangian. Ciri khas lainnya adalah, ia memiliki betis yang kecil. Perawakannya yang kecil inilah yang pernah dipuja Rasulullah dari orang-orang yang menertawakannya.

Sabda Rasulullah kepada para sahabatnya, “Ambillah Alquran itu dari empat orang. Yaitu dari Abdullah bin Mas'ud, Salim, Mu'adz bin Jabal dan Ubay bin Ka'ab.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ahmad).

Petuah Nabi kepada sahabatnya, “Barang siapa yang ingin membaca Alquran yang baik seperti pertama kali turun, maka bacalah seperti bacaan Abdullah bin Mas’ud.”(HR Ibnu Majah, Ahmad).

Yang paling menyedihkan adalah orang yang buruk rupa yang tenggelam dalam maksiat; tidak bermanfaat bagi dirinya dan juga bagi orang lain.

Senin, 13 April 2015

Menjadikan Kritikan dan Hinaan Sebagai Cambuk Penyemangat

Suatu saat ketika masih kecil, Malik bin Anas bersama dengan saudaranya berbincang dengan sang ayah. Saat itu sang ayah bertanya kepada keduanya mengenai ilmu. Ternyata Malik bin Anas menjawab dengan jawaban yang salah sedangkan saudaranya menjawab dengan jawaban yang benar.

“Merpati telah melalaikanmu dari menuntut ilmu!” kata sang ayah kepada Malik bin Anas.

Imam Malik pun amat tersinggung dengan nasehat itu, hingga akhirnya ia memilih untuk menghabiskan waktunya untuk berguru kepada Ibnu Hurmuz selama tujuh tahun.

Agar tidak terganggu belajarnya dengan Ibnu Hurmuz, Malik bin Anas pun memberi para pembantu Ibnu Hurmuz korma dan mengatakan kepada mereka, "Jika ada yang bertanya kepada kalian mengenai syeikh, katakana bahwa ia sedang sibuk”.

Akhirnya, karena ketekunan Malik bin Anas dalam menuntut ilmu ia pun menjadi mujtahid besar pengasas madzhab Maliki yang diikuti madzhabnya oleh ribuan ulama besar. (lihat, Tartib Al Madarik, 1/55)

Bagi orang yang pesimis dan lemah, segala kritikan, nasehat, bahkan hinaan hanyalah menambah pesimis dan kelemahannya. Apa yang dikatakan orang lain kepada dirinya dianggap sebagai kejelekan dirinya. Bahwa ia tidak bisa berbuat lebih baik lagi.

Bagi orang yang optimis dan bersemangat, segala kritikan, nasehat, bahkan hinaan bisa menjadi energi untuk tampil lebih baik dari hari ke hari. Merekalah yang telah berikrar dan berteguh hati memberi yang terbaik dalam hidup ini. Dulu miskin dihina sekarang kaya raya dipuji. Dulu bodoh di ejek sekarang pandai dihargai.

Jumat, 10 April 2015

Fakta Islam Indonesia Datang Langsung dari Mekah

Saya teringat ketika masih duduk di sekolah menengah, saya diberitahu oleh guru-guru sejarah saya, berdasarkan buku rujukan sejarah sekolah, bahwa Islam di Indonesia datang pertama kali dari negeri Gujarat. Alasan yang saya ingat, karena pedagang-pedagang muslim dari Gujarat yang datang ke Indonesia.

Saya yakin doktrin "Gujarat" ini banyak melekat pada benak kaum muslimin di Indonesia. Karena buku-buku sejarah sekolah tidak pernah mengajarkan adanya kemungkinan lain tentang kapannya Islam masuk ke Indonesia. Padahal jika dipelajari lebih lanjut, adanya teori-teori lain yang bisa disandingkan dengan teori Gujarat ini. Dan teori-teori itu cukup masuk akal dan bisa jadi benar karena memiliki bukti-bukti yang otentik. 

Salah satu teori yang cukup kuat tentang kapan masuknya Islam di Indonesia adalah teori Mekkh. Teori ini telah dikemukakan oleh A. Hasjmy, HAMKA, Agus Salim, dan orientalis seperti T.W. Arnold, dan D.G.E. Hall. Fakta-fakta tersebut dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Orang Arab (Islam) telah memegang peranan penting di perairan Selat Malaka.

2. Tercatat Raja Sriwijaya Sri indrayana pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I, Bagian pembukaan dari surat pertama dikutip oleh al Jahiz dalam bukunya Kitab al Hayawan berdasarkan 3 rantai isnad. Muawiyah 1 sendiri hidup sekitar tahun 661 M.  Dan untuk surat yang  ke-2 di kirimkan kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-940) dalam karyanya Al-Iqdul Farid. Surat ke-2 ini diterima Khalifah sekitar tahun 717 M. Isi surat ke-2: “Dari Rajadiraja…; yang adalah keturunan seribu raja … kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.” 

3. Agama Islam masuk ke kawasan Nusantara bersamaan dengan masuknya Islam di Tiongkok (abad ke-7 M). Alasannya, sejak semula perdagangan antara Tiongkok dengan Nusantara sudah ramai, khususnya kawasan Sumatra.

4. Berdasarkan keterangan Dr. Ilyas Ismail (Imam Besar Masjid Manila) bahwa Islam telah masuk ke Aceh Besar pada masa Utsman bin Affan (abad ke-1 H/7 M). Pendapat Ilyas Ismail didasarkan pada catatan pedagang Arab dalam naskah tua di Manila.

5. Terdapat catatan Cina tentang adanya sebuah kerajaan yang bernama Ta Chi di gugusan pulau Melayu dan kerajaan ini telah menjalin hubungan diplomatik dengan Cina dari tahun 630 hingga 655. Ta Chi adalah nama yang diberi oleh orang-orang Islam gugusan pulau Melayu di pertengahan abad ke-7.

Menurut saya lima fakta di atas begitu kuat dan bisa jadi shahih mutawattir. Teori ini memberikan pelajaran berharga bahwa sesungguhnya Islam di Indonesia memiliki rantai sanad dengan para sahabat Nabi Saw. Sanad ini sangat penting mengingat ia merupakan bagian dari agama. 

Imam Sufyan Ats Tsaury mengatakan, “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga.”

Imam Ibnul Mubarak berkata, "Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya (dengan akal pikirannya sendiri).”  Beliau juga berkata, "Antara kami dengan satu kaum terdapat beberapa kaum – yaitu sanad."

Imam Malik berkata, “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad ilmu).”

Bangsa kita adalah bangsa Islam. Bangsa yang sudah ditanamkan Islam sejak Islam itu didakwahkan langsung oleh Rasulullah Saw. Dengan kata lain, umat Islam Indonesia merupakan salah satu pewaris sah dakwah Rasulullah Saw. secara langsung, disamping bangsa Arab. Hal ini menunjukkan salah satu keistimewaan yang Allah berikan kepada bangsa kita yang tidak diberikan kepada bangsa lain. 

Kamis, 09 April 2015

Janganlah Engkau Sakiti Anakmu, Karena Dia Adalah Buah Cinta Kamu Berdua

Sungguh saya sedih saat menonton tayangan berita yang menyebutkan sekeluarga tewas bunuh diri dengan cara meminum cairan beracun. Yang paling mengiris hati saya, anaknya yang berusia 7 tahun, yang saya yakin tidak tahu apa-apa, juga ikut tewas. Kabarnya, alasan bunuh diri itu karena masalah kesulitan ekonomi yang mereka hadapi. Sebegitu beratkah masalah yang mereka hadapi itu sehingga mereka sekeluarga harus bunuh diri? 


Saya teringat dengan kisah seorang bapak di China bernama Xia Jun. Dia memiliki bocah yang sangat disayanginya, Guo Guo. Sayang, dalam usianya yang baru dua tahun, Guo mengalami cobaan yang sangat berat. Ia divonis menderita penyakit yang cukup langka yang bisa merenggut nyawanya, yaitu penyakit leukimia myeloid akut. Jika tak dilakukan tindakan segera, usia Guo hanya akan bertahan beberapa tahun saja. 

Sebagai ayah yang tak tahan melihat penderitaan anaknya, ia berusaha ke sana kemari mencari penyembuhan terbaik untuk anaknya. Ia harus mengeluarkan uang sebanyak 2,2 milyar rupiah untuk proses operasi anaknya secara keseluruhan. Ia harus memutar otaknya untuk mendapatkan uang sebanyak itu. 

Demi mendapatkan dana untuk operasi dan perawatan Guo, Xia setiap hari pergi ke depan sebuah stasiun yang ramai dilewati banyak orang. Di sana ia memajang kotak sumbangan yang ditempeli foto dan surat diagnosis yang diberikan dokter padanya. Agar orang memberikan sumbangan tanpa ia harus meminta-minta, Xia melakukan hal yang cukup membahayakan, yaitu menjadikan tubuhnya sansak hidup. Xia memakai sebuah kaos yang bertuliskan: "Karung tinju manusia, 10 yuan (sekitar 20 ribu rupiah) per pukulan."

Kerelaan untuk jadi sansak hidup itulah yang membuat banyak orang iba padanya. Aksi unik ini kemudian tersebar luas ke berbagai media dan masyarakat mulai berbondong-bondong memberikan sumbangan kepadanya. Dengan dana tersebut, anaknya itu dapat dioperasi dan kini sedang dalam fase penyembuhan. Demikianlah perjuangan seorang ayah demi anaknya tercinta. Seluruh keringat, darah, dan airmata ia persembahkan untuk kesembuhan anaknya tercinta. 

Saat cucu Rasulullah Saw. wafat, beliau sangat bersedih seakan seperti geriba yang kosong. Beliau menggendong cucunya yang wafat itu dan menangisinya. Salah seorang sahabatnya yang bernama Sa'ad bin Ubadah Ra. bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapakah engkau menangis?” Beliau berkata, “Inilah rahmat yang Allah berikan kepada hati hamba-hamba-Nya; dan sesungguhnya Allah akan merahmati di antara hamba-hamba-Nya mereka yang saling berkasih sayang.”

Semua orang yang masih memiliki cinta dan kasih sayang dihatinya, akan bersimpati dan berempati ketika misalnya, melihat seorang anak yang menderita sakit, kelaparan, atau disiksa. Walaupun anak-anak itu bukan anaknya, tapi perasaan kasih sayang itu muncul begitu saja seolah memang telah tertanam dalam fitrahnya yang suci. Entah apa jadinya jika anak-anak itu adalah anak-anaknya, perasaan memilikinya pasti jauh lebih besar. Maka janganlah heran bila ada orangtua menangis sejadi-jadinya saat anaknya yang masih kecil wafat. Bahkan kalau bisa yang mati itu dirinya daripada anaknya.

Bila anak sering disebut dengan istilah "buah hati" atau "buah cinta", artinya apa yang ada dalam diri anak adalah perpaduan cinta ayah dan ibunya. Maka, cinta kasih kedua orangtua kepada anaknya jauh lebih besar daripada cinta kasih kepada diri mereka masing-masing. Lantas, apa jadinya jika sang anak yang tidak tahu apa-apa itu diikutsertakan dalam aksi jahat kedua orangtuanya? Ya, tidak lain cinta itu telah hilang dalam diri kedua orangtuanya.  

Rabu, 08 April 2015

Mengapa Terjadi Peredaran Narkoba di Lapas?

Beberapa hari yang lalu saya melihat berita penangkapan pengedar narkoba di salah satu Lapas di Jakarta. Aneh tapi nyata, pengedar narkoba ditangkap di dalam penjara. Dan kejadian ini bukan hanya sekali dua kali ini saja. Tapi sudah cukup santer terdengar. Artinya, Lapas sudah menjadi tempat peredaran narkoba.

Saya bertanya-tanya, mengapa semua itu bisa terjadi? Saya memberi empat catatan tentang fenomena ini: Pertama, tidak adanya ketegasan dan hukuman yang berat kepada petugas Lapas yang turut terlibat dalam peredaran narkoba di Lapas. Sehingga kasus-kasus seperti ini terus menerus terjadi di Lapas.

Kedua, orang-orang yang ditahan karena narkoba tidak bisa dikatakan dapat sembuh setelah ditahan. Bila tidak ada rehabilitasi maka kecanduan itu alias sakau akan muncul kembali. Sehingga mereka merasa perlu mendapatkan narkoba bagaimanapun caranya.

Ketiga, yang paling berbahaya dari peredaran narkoba di Lapas adalah mencampurbaurkan tahanan narkoba dengan tahanan-tahanan lainnya, misalnya tahanan pencurian atau perampokan. Bisa saja pengguna narkoba ini menularkan perilaku buruknya kepada para tahanan lain itu. Bagi para pelaku kriminal itu tidak ada bedanya kriminalitas yang satu dengan yang lain. Selagi menguntungkan, akan mereka lakukan. Apalagi bila ditambah jika mereka menjadi pemakai dan kemudian kecanduan. Maka keinginan untuk menjadi pengedar narkoba akan semakin kuat. Mereka menjual narkoba dan uangnya untuk mereka belikan narkoba lagi. Begitu seterusnya.

Keempat, pencampurbauran ini menghasilkan efek domino lainnya, yaitu penyebaran virus HIV/ AIDS yang berasal dari pengguna narkoba. Penyalahgunaan narkoba dan kecanduan seseorang dapat mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan, membuat mereka lebih rentan terhadap HIV atau, pada orang dengan HIV, memperburuk perkembangan HIV dan konsekuensi-konsekuensinya, terutama di otak. Sebagai contoh, penelitian telah menunjukkan bahwa HIV menyebabkan kerusakan sel-sel saraf di otak dan kerusakan kognitif yang lebih besar di antara pengguna methamphetamine dan pelaku orang-orang dengan HIV yang tidak menyalahgunakan narkoba. Dalam penelitian hewan, metamfetamin telah terbukti meningkatkan jumlah HIV dalam sel-sel otak.

Kesimpulan saya, karena semakin banyaknya pengguna narkoba yang dipenjara, seharusnya pemerintah mendirikan Lapas khusus untuk mereka. Selain menahan mereka, pemerintah juga punya kewajiban merahabilitasi mereka. Sehingga apabila keluar dari penjara, mereka tidak menjadi pemakai narkoba lagi. Kontrol dan hukuman yang tegas harus ditegakkan. Hukuman mati sudah sangat layak diberikan kepada mereka yang kembali terlibat pengedaran narkoba di dalam Lapas. Hukuman itu juga pantas diberikan kepada petugas Lapas yang terlibat karena secara tidak langsung mereka juga bagian dari pengedar narkoba, agar timbul efek jera untuk tidak melakukannya lagi.

Selasa, 07 April 2015

Ridwan Kamil Walikota Bandung

Kang Emil orangnya santai tapi sering mobile; lihat-lihat keadaan disekelilingnya kadang sampai malam hari. Dibawa enjoy. Lebih banyak bekerja daripada bicara. Tidak terasa sudah bangun ini bangun itu. Taman-taman diperindah. Tujuannya agar orang bandung bahagia.

Kata kang emil, bekerja itu tidak perlu bising. Apalagi mereka yang punya niat pencitraan. Marah sana marah sini agar terlihat peduli tapi ternyata bawahannya makin tak peduli sebagian malah mengundurkan diri. Kelihatan sibuk di media tapi hasilnya tidak ada untuk rakyat.

Masyarakat Bandung khususnya dan Jawa Barat umumnya banyak bersyukur sudah diberi pemimpin soleh seperti kang emil dan kang aher. Mudah-mudahan keduanya istiqomah. Aamiin

Senin, 06 April 2015

Kezaliman ISIS Terhadap Gerakan Islam

Saya menonton di TV aksi penyerangan ISIS di Kamp Yarmouk Suriah di mana di tempat itu banyak dihuni aktivis HAMAS. Aksi penyerangan itu begitu mengerikan. ISIS dengan senjata beratnya memberondong membabi buta orang-orang yang ada di hadapannya. Aktivis HAMAS saya yakin tidak siap dengan kondisi itu karena sebelumnya kondisi di kamp aman-aman saja dan juga tidak menyangka yang melakukannya adalah kelompok yang menamakan dirinya "mujahidin". Mereka tidak pernah mendapatkan perlakuan mengerikan ini sebelumnya dari kelompok-kelompok oposisi lainnya. Bahkan kelompok-kelompok tersebut menjalin persaudaraan dengan rakyat Palestina di sana.

Mengapa ISIS merebut wilayah kamp Yarmouk? Karena mereka sudah dihajar habis-habisan di Irak dan Suriah. Sehingga wilayah kekuasaan mereka semakin sempit dan terjepit. Agar punya ruang gerak, mereka pun merangsek masuk wilayah yang mudah mereka kuasai; tidak peduli wilayah tersebut tempat pengungsian rakyat Palestina atau bukan. Tidak peduli muslim atau bukan. Tidak peduli HAMAS atau bukan.

Itulah hakikat ISIS. Mereka seolah hidup di dunia lain. Mereka mengkafirkan orang-orang yang berada diluar kelompok mereka. Bila tidak mau berbaiat kepada mereka, lantas kemudian mereka perangi layaknya perang melawan orang-orang kafir. Semoga Allah membalas kezaliman mereka!

Minggu, 05 April 2015

Rezim Jokowi Rezim Militer

Hari jum'at lalu saya membaca sebuah berita di salah satu koran nasional. Di sana disebutkan bahwa Presiden Thailand yang notabene dari kalangan militer mengatakan bahwa pemerintah akan membredel media yang kritis kepada pemerintah.

Pada umumnya, diberbagai negara yang dipimpin oleh rezim militer, bertindak dengan tangan besi kepada para pengkritiknya.

Saya menjadi bertanya-tanya, negeri ini dipimpin oleh orang yang bukan kalangan militer, tapi mengapa perbuatannya lebih sadis daripada rezim militer di Thailand? Kalau di Thailand baru mau, disini sudah mulai dilakukan upaya pembredelan itu.

Keadaan sebaliknya malah terjadi pada pemerintahan SBY. Sudah 2 periode SBY memimpin negeri, sudah sangat banyak media mengkritik pemerintahannya, tapi tak satupun dari media-media tersebut yang dibredel. Bukankah SBY itu berasal dari kalangan militer? Mengapa dia tidak membredel media yang kritis kepadanya?

Saya jadi bertanya-tanya tentang definisi rezim militer. Menurut kamus bahasa Indonesia, rezim militer adalah sistem pengelola pemerintahan yang dijalankan oleh militer.

Jokowi walaupun bukan dari kalangan militer, tapi orang-orang disekelilingnya, yang mempengaruhi kebijakannya, berasal dari kalangan militer. Contohnya yang paling penting dan signifikan adalah Kepala Staf Kepresidenan Luhut Panjaitan dan mantan kepala BIN Hendropriyono. Keduanya adalah jendral-jendral yang dikenal dekat dengan kalangan sekuler dan Kristen Fundamentalis.

Luhut adalah salah satu aktor penting pembentukan Provinsi Kristen Tapanuli. Namun alhamdulillah dengan izin Allah upaya pembentukan provinsi ini gagal. Sedangkan Hendropriyono adalah aktor dibalik pembantaian umat Islam di Talangsari Lampung.

Kepala Staf Kepresidenan adalah posisi sentral dalam mempengaruhi kebijakan seorang Presiden. Apalagi saat ini, Luhut mempunyai 5 orang deputi kepala staf kepresidenan. Hal ini semakin menunjukkan cengkraman kepada Jokowi dan upaya sistematis untuk mengurangi pengaruh Wapres Jusuf Kalla. Pengangkatan deputi itu diprotes oleh JK dan Akbar Faisal.

Hendropriyono adalah aktor dibalik proyek mobil nasional. Walaupun Jokowi lagi-lagi berbohong untuk kesekian kalinya mengatakan bahwa penandatangan itu bukan terkait dengan mobil nasional. Padahal sudah jelas tertulis "mobil nasional". Anak dan menantu Hendro juga diangkat menjadi komisaris telkomsel dan komandan paspampres.

Seorang pengamat dari Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Indonesia Ray Rangkuti mengaku heran dengan sikap Presiden Jokowi yang begitu mengistimewakan Mantan Kepala BIN Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono. Ray Rangkuti menilai komposisi tersebut seolah memberi sinyal kalau Jokowi akan banyak mengambil pendekatan keamanan dalam menangani berbagai persoalan, termasuk politik.

Dari pengamatan saya ini, saya menarik kesimpulan. Bahwa pada hakikatnya rezim Jokowi adalah rezim militer. Dari kebijakan-kebijakan Jokowi seperti pemblokiran situs islam, menunjukkan fakta ini.

Jumat, 03 April 2015

Jihad Pena Melawan Kezaliman

Situs-situs islam diblokir. Beberapa FB atau fanpage yang kritis kepada pemerintah juga ikut diblokir. Melihat kezaliman yang dilakukan musuh-musuh Islam di negeri ini, membuat tangan ini merasa gatal untuk terus menulis menyuarakan kebenaran.

Saya pernah hidup di akhir masa kepemimpinan Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, dan Jokowi. Dan saya melihat era Jokowi yang baru seumur jagung sangat terasa permusuhannya kepada rakyat pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Banyak kasus yang tidak perlu saya sebutkan satu persatu karena hampir semua kita sudah mengetahuinya. Buktinya menurut survei indonesia monitoring development, rakyat menginginkan Jokowi lengser. Ini membuktikan rakyat sudah muak dengan rezim saat ini.

Tapi saya harus akui tidak mudah untuk konsisten dan banyak menulis. Saya menghadapi dua masalah: Pertama, terkait wawasan. Saya hanya menulis apa yang saya ketahui dan pahami. Sehingga sudah pasti tulisan yang saya buat tidak terlalu banyak disebabkan keterbatasan wawasan saya dalam banyak hal. Kedua, masalah waktu. Agar tidak mengganggu dan terganggu dalam menulis, saya biasa menulis di tengah malam atau saat anak-anak saya tidur. Jadi waktu saya menulis juga terbatas.

Saya berpikir, ditengah keterbatasan saya ini, pasti banyak muslim yang memiliki semangat seperti saya. Bahkan mereka lebih fakih daripada saya yang dhoif ini. Umat ini harus disadarkan betapa pentingnya memiliki kemampuan menulis dan rajin menulis pada tema-tema yang bermanfaat bagi umat. Karena, pena-pena mereka pada hakikatnya sama seperti senjata kaum mujahidin di medan jihad. Tinta muslim yang peduli kepada Islam dan umatnya sejajar dengan darah para syuhada.

Bila rezim ini menutup situs-situs islam sehingga umat terhalang dari mendapatkan informasi keislaman, maka kita secara pribadi bisa tampil mengisi kekosongan ini. Misalnya dengan menulis di blog dan mensharenya ke banyak orang. Mati satu tumbuh seribu. Satu situs Islam diblokir, seribu situs islam akan hadir.

Jangan biarkan rezim ini menghentikan dakwah kita. Karena yang menghentikan dakwah kita hanyalah kematian. Selain itu tidak boleh ada.