Kamis, 09 April 2015

Janganlah Engkau Sakiti Anakmu, Karena Dia Adalah Buah Cinta Kamu Berdua

Sungguh saya sedih saat menonton tayangan berita yang menyebutkan sekeluarga tewas bunuh diri dengan cara meminum cairan beracun. Yang paling mengiris hati saya, anaknya yang berusia 7 tahun, yang saya yakin tidak tahu apa-apa, juga ikut tewas. Kabarnya, alasan bunuh diri itu karena masalah kesulitan ekonomi yang mereka hadapi. Sebegitu beratkah masalah yang mereka hadapi itu sehingga mereka sekeluarga harus bunuh diri? 


Saya teringat dengan kisah seorang bapak di China bernama Xia Jun. Dia memiliki bocah yang sangat disayanginya, Guo Guo. Sayang, dalam usianya yang baru dua tahun, Guo mengalami cobaan yang sangat berat. Ia divonis menderita penyakit yang cukup langka yang bisa merenggut nyawanya, yaitu penyakit leukimia myeloid akut. Jika tak dilakukan tindakan segera, usia Guo hanya akan bertahan beberapa tahun saja. 

Sebagai ayah yang tak tahan melihat penderitaan anaknya, ia berusaha ke sana kemari mencari penyembuhan terbaik untuk anaknya. Ia harus mengeluarkan uang sebanyak 2,2 milyar rupiah untuk proses operasi anaknya secara keseluruhan. Ia harus memutar otaknya untuk mendapatkan uang sebanyak itu. 

Demi mendapatkan dana untuk operasi dan perawatan Guo, Xia setiap hari pergi ke depan sebuah stasiun yang ramai dilewati banyak orang. Di sana ia memajang kotak sumbangan yang ditempeli foto dan surat diagnosis yang diberikan dokter padanya. Agar orang memberikan sumbangan tanpa ia harus meminta-minta, Xia melakukan hal yang cukup membahayakan, yaitu menjadikan tubuhnya sansak hidup. Xia memakai sebuah kaos yang bertuliskan: "Karung tinju manusia, 10 yuan (sekitar 20 ribu rupiah) per pukulan."

Kerelaan untuk jadi sansak hidup itulah yang membuat banyak orang iba padanya. Aksi unik ini kemudian tersebar luas ke berbagai media dan masyarakat mulai berbondong-bondong memberikan sumbangan kepadanya. Dengan dana tersebut, anaknya itu dapat dioperasi dan kini sedang dalam fase penyembuhan. Demikianlah perjuangan seorang ayah demi anaknya tercinta. Seluruh keringat, darah, dan airmata ia persembahkan untuk kesembuhan anaknya tercinta. 

Saat cucu Rasulullah Saw. wafat, beliau sangat bersedih seakan seperti geriba yang kosong. Beliau menggendong cucunya yang wafat itu dan menangisinya. Salah seorang sahabatnya yang bernama Sa'ad bin Ubadah Ra. bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapakah engkau menangis?” Beliau berkata, “Inilah rahmat yang Allah berikan kepada hati hamba-hamba-Nya; dan sesungguhnya Allah akan merahmati di antara hamba-hamba-Nya mereka yang saling berkasih sayang.”

Semua orang yang masih memiliki cinta dan kasih sayang dihatinya, akan bersimpati dan berempati ketika misalnya, melihat seorang anak yang menderita sakit, kelaparan, atau disiksa. Walaupun anak-anak itu bukan anaknya, tapi perasaan kasih sayang itu muncul begitu saja seolah memang telah tertanam dalam fitrahnya yang suci. Entah apa jadinya jika anak-anak itu adalah anak-anaknya, perasaan memilikinya pasti jauh lebih besar. Maka janganlah heran bila ada orangtua menangis sejadi-jadinya saat anaknya yang masih kecil wafat. Bahkan kalau bisa yang mati itu dirinya daripada anaknya.

Bila anak sering disebut dengan istilah "buah hati" atau "buah cinta", artinya apa yang ada dalam diri anak adalah perpaduan cinta ayah dan ibunya. Maka, cinta kasih kedua orangtua kepada anaknya jauh lebih besar daripada cinta kasih kepada diri mereka masing-masing. Lantas, apa jadinya jika sang anak yang tidak tahu apa-apa itu diikutsertakan dalam aksi jahat kedua orangtuanya? Ya, tidak lain cinta itu telah hilang dalam diri kedua orangtuanya.  

0 komentar:

Posting Komentar