Rabu, 29 April 2015

Hikmah Gempa Di Nepal


Saya mendapatkan foto ini dari seorang teman yang mensharenya di FB. Terkait dengan kejadian gempa Nepal beberapa hari yang lalu. Kabarnya, menurut data terakhir yang saya lihat di TV One, jumlah korban tewas mencapai 5600 orang. Tapi kemungkinan besar terus bertambah karena orang yang belum ditemukan tidak dimasukkan ke dalam korban tewas.

Menurut berita yang banyak di share di FB tersebut, beberapa hari sebelum terjadinya gempa hebat tersebut, di adakan upacara pembantaian hewan terbesar di dunia dalam rangka suatu upacara persembahan kepada dewa-dewa di Nepal. Jutaan pemeluk agama Hindu berduyun-duyun mendatangi lokasi upacara yang digelar tiap lima tahun sekali di Kuil Gadhimai, Dewi Kekuatan, di Bariyarpur, Nepal. Lebih dari 250.000 hewan dibariskan untuk dilakukan pembantaian di acara tersebut. Festival tersebut diakhiri dengan ritual membunuh 5000 kerbau. Ritual itu selesai dilakukan selama dua hari. Hewan-hewan tersebut tidak untuk dikonsumsi, melainkan untuk dijadikan sesajen bagi dewa-dewa mereka.

Membaca berita di atas membuat saya tidak habis pikir. Betapa ngerinya. Betapa dahsyatnya pembantaian tersebut. Dan lebih dahsyat lagi, jutaan orang menyaksikannya secara langsung, tidak merasa apa yang mereka lakukan adalah perbuatan yang sangat buruk. Setiap lima tahun sekali mereka melakukannya. Awalnya tidak terjadi apa-apa atas diri mereka. Mereka anggap dewa-dewa mereka senang menerimanya. Kemudian mereka melakukannya lagi dan lagi dengan penuh suka cita, tanpa merasa bersalah. Padahal Allah sedang memasukkan mereka ke dalam istidraj. Sehingga ketika masanya tiba, Allah mengazab mereka tanpa mereka sadari kedatangannya.

Rasulullah Saw. bersabda, “Jika kamu melihat (suatu keadaan di mana) Allah memberikan kenikmatan dunia pada seorang hamba karena kemaksiatannya, maka hal itu merupakan istidraj.”Kemudian beliau membaca ayat: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44) (HR. Ahmad dan Ath-Thabari)

Allah Swt. berfirman,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41).

Menurut Ibnu Zaid, yang dimaksud kerusakan di darat dan dilautan adalah dosa. Dalam bahasa Arab, agar adalah “li” atau huruf lam untuk menunjukkan makna akibat. Jadi, makna kerusakan pada bagian pertama adalah kekurangan, keburukan, dan penderitaan yang diturunkan oleh Allah di bumi karena perbuatan maksiat hamba-Nya.

Mujahid Ra. berkata, “Sesungguhnya binatang ternak melaknat ahli maksiat dari keturunan Adam. Jika paceklik menimpa dan hujan tidak turun mereka berkata, ‘Ini akibat maksiat yang dilakukan oleh keturunan Adam’.”

Ikrimah Ra. berkata, “Binatang melata dan serangga di bumi hingga kumbang kelapa dan kalajengking berkata, ‘Kami tidak merasakan walau hanya setetes hujan karena dosa-dosa keturunan Adam’.” (Dikutip dari Kitab al-Jawabul Kafi Liman Saala Anid Dawaaisy Syafi karya Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah).

Demikianlah para binatang itu. Mereka tidak bisu terhadap kezaliman yang dilakukan oleh manusia. Hanya saja mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Bukan mereka yang menghukum manusia atas kezaliman terhadap diri mereka. Allah-lah yang akan turun tangan langsung menghukum manusia yang zalim tersebut. Bila ada orang yang masuk neraka gara-gara berbuat zalim kepada seekor anjing, sebagaimana sebuah hadits menyebutkan, apatah lagi ratusan ribu hewan dibantai dan disiksa sedemikian rupa!

0 komentar:

Posting Komentar