Senin, 13 April 2015

Menjadikan Kritikan dan Hinaan Sebagai Cambuk Penyemangat

Suatu saat ketika masih kecil, Malik bin Anas bersama dengan saudaranya berbincang dengan sang ayah. Saat itu sang ayah bertanya kepada keduanya mengenai ilmu. Ternyata Malik bin Anas menjawab dengan jawaban yang salah sedangkan saudaranya menjawab dengan jawaban yang benar.

“Merpati telah melalaikanmu dari menuntut ilmu!” kata sang ayah kepada Malik bin Anas.

Imam Malik pun amat tersinggung dengan nasehat itu, hingga akhirnya ia memilih untuk menghabiskan waktunya untuk berguru kepada Ibnu Hurmuz selama tujuh tahun.

Agar tidak terganggu belajarnya dengan Ibnu Hurmuz, Malik bin Anas pun memberi para pembantu Ibnu Hurmuz korma dan mengatakan kepada mereka, "Jika ada yang bertanya kepada kalian mengenai syeikh, katakana bahwa ia sedang sibuk”.

Akhirnya, karena ketekunan Malik bin Anas dalam menuntut ilmu ia pun menjadi mujtahid besar pengasas madzhab Maliki yang diikuti madzhabnya oleh ribuan ulama besar. (lihat, Tartib Al Madarik, 1/55)

Bagi orang yang pesimis dan lemah, segala kritikan, nasehat, bahkan hinaan hanyalah menambah pesimis dan kelemahannya. Apa yang dikatakan orang lain kepada dirinya dianggap sebagai kejelekan dirinya. Bahwa ia tidak bisa berbuat lebih baik lagi.

Bagi orang yang optimis dan bersemangat, segala kritikan, nasehat, bahkan hinaan bisa menjadi energi untuk tampil lebih baik dari hari ke hari. Merekalah yang telah berikrar dan berteguh hati memberi yang terbaik dalam hidup ini. Dulu miskin dihina sekarang kaya raya dipuji. Dulu bodoh di ejek sekarang pandai dihargai.

0 komentar:

Posting Komentar