Sabtu, 07 Maret 2015

Hijrah Di Abad Modern

Saya pernah membaca sebuah buku bagus karya Prof. Ismail Al-Faruqi yang berjudul "Hijrah". Bukunya tipis tapi memuat gagasan yang brilyan dan patut dilaksanakan. Tapi sebelumnya izinkan saya memperkenalkan sosok Prof. Ismail Al-Faruqi terlebih dahulu.

Prof. Ismail termasuk ilmuwan langka yang pernah dimiliki umat Islam di abad modern. Karena, beliau adalah perpaduan ilmuwan barat dan ulama yang alim ilmu agama. Beliau termasuk pelopor Islamisasi ilmu pengetahuan. 


Ismail Raji al Faruqi lahir di Jaffa, Palestina pada tanggal 1 Januari 1921. Pada tahun 1926-1936 bersekolah di Colleges des Freres yang terletak di Libanon. Kemudian pada tahun 1941 lulus dari American University of Beirut. Di Amerika, ia melanjutkan pendidikan Master dalam bidang filsafat di University of Indiana dan University of Harvard. Beliau melanjutkan pendidikannya dengan mengambil gelar doktor filsafat di University of Indiana dan di Al-Azhar University pada tahun 1952. Artinya, beliau meraih gelar dua master sekaligus dan dua gelar doktor sekaligus dari universitas yang berbeda. Beliau kemudian mengajar beberapa universitas diseluruh dunia diantaranya universitas di Kanada, Pakistan dan Amerika Serikat. Pada tahun 1968, dia menjadi guru besar Studi Islam di Temple University, Amerika Serikat.

Ditangan beliau banyak ilmuwan muslim dididik dan dibina. Para ilmuwan itu kemudian kembali ke tanah kelahiran mereka untuk mengembangkan ilmunya dengan paradigma Islam. Maka, seperti di Indonesia, misalnya, dikenal dengan pendirian sekolah-sekolah Islami dan kampus-kampus Islami. Atau, pendirian bank-bank Islam, yayasan-yayasan Islam, dan sebagainya. Gelombang Islamisasi ini ternyata sangat ditakuti pihak Barat. Lalu, dengan menggunakan tangan orang lain, mereka membunuh Prof. Ismail Al-Faruqi dan istrinya secara sadis. Ini adalah upaya memotong jalur Islamisasi dalam ilmu pengetahuan modern.


Berkat kegigihan Prof. Ismail Al-Faruqi itulah banyak muslim yang kembali berhijrah ke negara asal mereka, setelah sebelumnya menetap di negara-negara Barat. Bagi Prof. Ismail, pada tahap pertama pengiriman muslim untuk belajar ilmu pengetahuan ke negara-negara Barat, tidak mengapa muslim ke negara-negara Barat. Tapi setelah lulus, mereka hendaknya kembali ke tanah air mereka untuk mengabdikan diri dan mengajar kepada masyarakat muslim. Nah, buku "Hijrah" Prof. Ismail Al-Faruqi banyak membahas tentang ini.

0 komentar:

Posting Komentar