Selasa, 24 Maret 2015

Akibat dari Memperturutkan Hawa Nafsu

Sesungguhnya memperturutkan hawa nafsu ibarat fatamorgana. Dilihat ada padahal tiada. Kita berusaha mendapatkannya dengan berbagai cara, bahkan dengan jiwa dan harta. Namun begitu sampai ke tujuan, ternyata tiada. Semua yang kita keluarkan ternyata hanya kesia-siaan; kelelahan, kehinaan, kemiskinan, hingga kehancuran dalam hidup.

Banyak orang yang berharap dari meminum-minuman keras adalah kenikmatan. Namun kesudahannya ternyata tidak terperikan. Satu maksiat hanyalah pintu masuk maksiat selanjutnya. Maksiat kedua adalah pintu masuk maksiat ketiga. Begitupun selanjutnya. Ibarat berada di dalam lingkaran setan, sulit untuk dihentikan.

Pelaku maksiat lebih kuat keinginannya untuk berbuat maksiat ketimbang mereka yang belum berbuat maksiat. Meskipun pelaku maksiat itu berusaha memperbaiki dirinya untuk tidak lagi berbuat maksiat. Tetapi godaan-godaannya masih terasa. Mereka ibarat orang yang mencabut paku di sebuah kayu, meskipun paku itu telah tercabut namun bekasnya masih ada. Itulah mengapa saat bulan Ramadhan tiba, mereka masih saja berbuat maksiat padahal setan telah dibelenggu. Ya, setan memang telah dibelenggu, namun bisikannya yang telah berlalu masih mengendap di dalam benak pelaku maksiat.

Para pengisap ganja ternyata diawali dari kecanduan merokok. Orang-orang yang terkena HIV AIDS kebanyakan diantaranya bermula dari seks bebas dan pecandu narkoba. Artinya keduanya saling beririsan. Setelah menggunakan narkoba banyak di antara mereka berzina.

Saya banyak menemukan orang yang kaya di antara ahli maksiat. Namun banyak pula di antara mereka jatuh miskin dan hidup sengsara setelah terjerumus maksiat.

Saya juga banyak menemukan orang yang miskin di antara ahli taubat. Namun kemudian Allah anugerahkan kekayaan, ketenangan, dan kebahagiaan kepada mereka sebagai balasan atas ketaatan mereka.

Qad aflaha man zakkaha waqad khoba man dassaha

0 komentar:

Posting Komentar