Senin, 23 Maret 2015

Bahasa Menunjukkan Kualitas Seseorang

Sultan-sultan melayu di zaman dulu sangat memperhatikan dunia kesusastraan. Mereka sangat menghargai karya-karya sastra. Pejabat tinggi hingga rakyat jelata, ulama hingga para pengikutnya berlomba-lomba dalam dunia sastra ini; baik dalam bertutur kata maupun melalui karya tulis yang mereka buat.

Sastra disini bukan sekedar sastra itu sendiri. Sastra disini adalah sastra yang mengandung budi pekerti, nilai-nilai religi, hingga sebagai alat untuk memahami ilmu pengetahuan. Bila ada peribahasa mengatakan, bahasa menunjukkan bangsa, sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai luhur. Baik buruk sifat dan tabiat orang dapat dilihat dari tutur kata atau bahasanya. Seorang ayah berbahasa kepada putra putrinya, seorang anak berbahasa kepada orangtuanya, seorang ulama berbahasa kepada penguasa, seorang penguasa berbahasa kepada ulama dan rakyatnya. Semua orang berbahasa. Semakin baik bahasanya, semakin tinggi kualitas dirinya.

Karya-karya ulama di negeri ini. Mulai dari zaman Hamzah Fanshuri, Nuruddin Ar Raniry, Raja Ali Haji hingga Buya HAMKA, begitu sangat kuat nilai-nilai sastra dalam karya-karya mereka, begitu bermaknanya mereka dalam bertutur kata menunjukkan 2 hal: Pertama, lingkungan mereka yang sangat kental dengan sastra. Dan kedua, sastra menunjukkan kualitas diri mereka.

Ketinggian nilai-nilai satra ditunjukkan di dalam Al Quran. Semakin menunjukkan kepada kita semakin tinggi kualitas seseorang, semakin tinggi kualitas bahasanya. Begitupun sebaliknya, semakin tinggi kualitas bahasa seseorang, semakin tinggi kualitas diri orang tersebut. Al Quran menunjukkan siapa sebenarnya ia dan siapa sebenarnya yang mengatakannya. Sehingga ia berani menantang kepada para sastrawan hingga cendikiawan untuk membuat satu ayat hingga satu surat seperti halnya Al Quran. Luar biasanya, tantangan itu disertai jaminan bahwa tidak ada yang bisa melakukannya. Dan memang betul tidak ada yang mampu menandinginya hingga kini.

0 komentar:

Posting Komentar