Minggu, 29 November 2015

Pendidikan Islam di Zaman Keemasan Islam

Di zaman keemasan Islam anak-anak kecil memulai pelajarannya dengan menghafal Al Quran. Tidak mengherankan bila sedari kecil mereka sudah mampu menghafalnya secara keseluruhan. Hafalan ini adalah bekal untuk mereka dalam mengarungi samudera kehidupan ini.

Ahli kedokteran muslim terkemuka, Ibnu Sina, dalam buku As-Siyasah memberikan nasihat agar seorang anak sejak kecil sudah mulai diajari Al Quran. Hal ini dimaksudkan agar ia mampu menyerap bahasa Al Quran serta tertanam dalam hati mereka ajaran-ajaran tentang keimanan.

Sejarawan terkemuka, Imam Ibnu Khaldun, di dalam Muqadimah-nya, mengisyaratkan akan pentingnya mengajarkan dan menghafalkan Al-Qur'an kepada anak-anak. Ia juga menjelaskan bahwa pengajaran Al-Qur'an merupakan dasar bagi seluruh kurikulum sekolah di berbagai dunia Islam. Sebab, Al-Qur'an merupakan salah satu syiar agama yang dapat menguatkan akidah dan keimanan.

Apakah nantinya mereka menjadi seorang ahli tafsir Al Quran atau ahli ilmu-ilmu keagamaan lainnya atau mereka menjadi seorang dokter, ahli fisika, matematika, kimia, biologi, nilai-nilai Al Quran tetap melekat pada jiwa mereka. Bila dia dokter, menjadi dokter yang islami. Bila dia insinyur, menjadi insinyur yang islami.

Syaikh Muhammad Al Ghazali dalam bukunya Kaifa Natama'al Quran berkata, "Dapat dikatakan bahwa pada saat melekatnya hafalan, mudah juga untuk memberikan pemahaman terhadap isi Al Quran. Artinya, sudah ada potensi untuk menginterpretasi dan menganalisis makna-makna Al Quran, bahkan lebih dari itu."

Misalnya ketika hati sedang gelisah, mereka yang menghafal Al Quran teringat dengan ayat, "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28) Maka, mereka pun mulai mengingat Allah.

Ketika mulai timbul malas dalam belajar, mereka yang telah hafal Al Quran dengan cepat mengingat ayat yang berbunyi, "Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 247) Bagaimana mungkin meraih apa yang kita inginkan atau meraih kepemimpinan apabila kita sendiri tidak memiliki ilmu yang memadai. Maka, semangatnya pun tumbuh kembali. Begitu seterusnya. Al Quran selalu hadir untuk mengingatkan.

Syaikh Muhammad Khair Ramadhan dalam bukunya "Petuah-Petuah Luqmanul Hakim" mengatakan bahwa salah satu pintu meraih hikmah adalah dengan menghafal Al Quran.

Maknanya, jangan pernah meremehkan menghafal Al Quran. Justru menghafal Al Quran adalah pondasi bagi kebangkitan Islam. Orang-orang yang menghafal Al Quran lebih mudah memahami Al Quran ketimbang mereka yang belum menghafalnya. Semakin banyak penghafal Al Quran artinya semakin besar pula peluang kebangkitan Islam.

Saya mendapatkan kisah berikut ini dari kitab Miftahu Daaris Sa'adah karya Imam Ibnul Qayyim dalam babnya tentang keutamaan ilmu: Saat Umar bin Khaththab menjadi khalifah, beliau menunjuk Nafi' bin Abdul Harits menjadi walikota Makkah. Umar berkata kepadanya, "Siapa yang engkau tunjuk sebagai wakilmu di penduduk lembah tersebut?" Nafi' berkata,"Ia adalah salah seorang dari mantan budak kami." Umar bertanya, "Engkau mengangkat salah seorang mantan budak untuk memimpin mereka?" Nafi menjawab, , "Ia penghafal Al Quran dan ahli tentang ilmu faraid." Umar berkata, "Sesungguhnya Nabi kalian Saw. telah bersabda, 'Sesungguhnya Allah dengan kitab ini mengangkat banyak kaum dan menurunkan kaum-kaum yang lain dengannya pula'."

Umar bin Khaththab, sebagaimana banyak sahabat lainnya, sangat menghormati para penghafal Al Quran. Bahkan mereka mendapat tempat terhormat di pemerintahannya meskipun dulunya mereka bekas budak.

0 komentar:

Posting Komentar