Rabu, 18 November 2015

Arab Saudi Memberontak Melawan Kekhalifahan Utsmaniyah?

Selama ini saya sering mendengar dari salah satu harokah sebelah yang sering meributkan bahwa kerajaan Arab Saudi adalah salah satu penyebab runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah. Lalu mereka mengatakan bahwa kerajaan Arab Saudi berkomplot dengan Inggris untuk mengusir Daulah Khilafah dari tanah Arab. Akhir-akhir ini yang meributkan hal ini tidak hanya dari harokah tersebut, tapi juga sebagian dari saudara saya dari ASWAJA dan dari kelompok syiah yang berwajah sunni. Apakah benar yang terjadi seperti itu? Saya bukan orang yang sering mereka sebut sebagai "wahabi". Dalam beberapa pendapat, saya berbeda dengan kelompok ini. Namun saya selalu ingin bersikap adil, entah kepada kawan dekat maupun kawan jauh, dan kepada musuh sekalipun. Agar saya dapat lebih obyektif dalam menilai.

Pertama, wilayah Daulah Utsmaniyah terbentang luas dari Asia, Afrika, hingga sebagian Eropa. Arab Saudi hanyalah sedikit wilayah dari sekian besar wilayah Daulah Utsmaniyah. Jika Arab Saudi yang dipermasalahkan, lalu mengapa negara-negara lain bekas wilayah Daulah Utsmaniyah tidak dipermasalahkan? Jika Arab Saudi yang notabene sebagai negara berbasis syariah, mengapa negara lain yang jauh lebih sekuler tidak dipermasalahkan? Taruhlah Arab Saudi memang betul melepaskan diri dari Daulah Utsmaniyah, lalu bagaimana dengan negara lain yang juga melepaskan diri dari Daulah Utsmaniyah, bahkan banyak negara yang sudah jauh-jauh hari sebelum berdirinya kerajaan Arab Saudi sudah menyatakan berpisah dari Daulah Utsmaniyah?

Negara atau wilayah yang mula-mula memisahkan diri dari Daulah Utsmaniyah adalah apa yang disebut sebagai Daulah Shafawiyah di zaman dulu atau Iran yang dikenal sekarang. Negara Iran sudah kita ketahui bersama adalah negara yang berpaham Syiah. Tidak hanya memisahkan diri dari Daulah Utsmaniyah, Daulah Shafawiyah juga menyebarkan Syiah dan merongrong kekuasaan Daulah Utsmaniyah dengan membunuhi ribuan ahlussunnah dan menghancurkan banyak masjid.

Pemimpin Utsmaniyah, Sultan Salim, menanggapi serius upaya yang dilakukan oleh Daulah Shafawiyah terhadap rakyatnya. Pada tahun 920 H/1514 M, Sultan Salim membuat keputusan resmi tentang bahaya pemerintah Iran ash-Shafawi. Ia memperingatkan para ulama, para pejabat, dan rakyatnya bahwa Iran dengan pemerintah mereka ash-Shafawi adalah bahaya nyata, tidak hanya bagi Turki Utsmani bahkan bagi masyarakat Islam secara keseluruhan. Atas masukan dari para ulama, Sultan Salim mengumumkan jihad melawan Daulah Shafawiyah. Sultan Salim memerintahkan agar para simpatisan dan pengikut Daulah Shafawiyah yang berada di wilayahnya ditangkap dan bagi mereka yang melakukan pelanggaran berat dijatuhi sangsi hukuman mati (Juhud al-Utsmaniyin li Inqadz al-Andalus).

Peperangan antara Daulah Syiah Shafawi dengan umat Islam yang diwakili Turki Utsmani pun benar-benar terjadi. Sadar bahwa Turki Utsmani begitu besar untuk ditaklukkan, ash-Shafawi menjalin sekutu dengan orang-orang kafir Eropa yakni orang Kristen Portugal kemudian Kerajaan Inggris. Di antara poin kesepatakan kedua kelompok ini adalah Portugal membantu Shafawi dalam perang terhadap Bahrain, Qathif, dan Turki Utsmani.

Panglima Portugal, Alfonso de Albuquerque, mengatakan, “Saya sangat menghormati kalian atas apa yang kalian lakukan terhadap orang-orang Nasrani di negeri kalian. Sebagai balas jasa, saya persiapkan armada dan tentara saya untuk kalian dalam menghadapi Turki Utsmani di India. Jika kalian juga ingin menyerang negeri-negeri Arab atau Mekah, saya pastikan pasukan Portugal ada di sisi kalian, baik itu di Laut Merah, Teluk Aden, Bahrain, Qathif, atau di Bashrah, Syah Ismail akan melihat saya di Pantai Persia dan saya akan melakukan apa yang dia inginkan.” (Qira'ah Jadidah di Tarikh al-Utsmaniyin).

Tawaran kerja sama Portugal ini bukanlah sesuatu yang tanpa pamrih, mereka menginginkan membangun sebuah pangkalan di Teluk Arab. Bantuan kerja sama militer ini juga menjanjikan pembagian wilayah taklukkan; Shafawi mendapatkan Mesir dan Portugal diiming-imingi dengan tanah Palestina (Qira'ah Jadidah di Tarikh al-Utsmaniyin). Pasukan Salib Portugal mengetahui, bekerja sama dengan negeri-negeri muslim Teluk atau mengadakan kontak senjata dengan mereka akan berbuah kegagalan terhadap misi mereka. Shafawi adalah pilihan tepat bagi mereka untuk masuk memuluskan misi mereka di dunia Arab.

Jadi, bila ingin menyalahkan Kerajaan Arab Saudi dalam hal ini, maka salahkan juga negara-negara lainnya. Salahkan juga Mesir, Suriah, Yordania, Libya, dan seterusnya, mengapa mereka memisahkan diri dari Daulah Utsmaniyah dan terlebih lagi mendirikan negara sekuler atau jauh dari syariat. Dan yang patut disalahkan lagi adalah dengan Iran. Mereka tidak hanya memisahkan diri dari Daulah Utsmaniyah, tetapi juga merongrong kekuasaan Daulah Utsmaniyah yang sunni dan membunuhi rakyatnya yang ahlussunnah.

0 komentar:

Posting Komentar